Aileen bersandar di pagar serambi dan melepaskan desahan bosannya.
Evans tersenyum melihatnya. “Kau masih marah padaku?”
Aileen menolak untuk melihat Evans.
Evans berkata mereka hanya perlu menyingkir setidaknya selama dua hari tetapi… ini sudah hari kelima mereka berada di pulau kecil milik keluarga Renz dan gosip akan mereka masih belum mereda.
Para kuli koran berspekulasi akan melenyapnya mereka berdua. Dan demi menambah maraknya suasana, Kathy Renz, ibu kandung Evans berkomentar ia sangat senang karena akhirnya putranya akan menikah.
Sejak Evans ‘menyelamatkan’nya ke pulau kecil ini, Aileen hanya sekali menghubungi keluarga Wilder. Itupun di malam Evans ‘menyelamatkan’nya dan hanya untuk memberitahu mereka bahwa ia ada bersama Evans. Setelahnya Aileen tidak pernah menghubungi mereka juga tidak pernah muncul di universitasnya.
Aileen termenung. Sejauh mana sekarang pelajarannya. Dua minggu lagi adalah ujian akhir – ujian penentu kelulusannya tetapi ia membolos. Untungnya, mungkin, ia tidak mempunyai kelas pada hari Jum’at dan pada hari Rabu serta Kamis ia hanya mempunyai dua kelas. Ditambah kenyataan hari ini adalah hari Sabtu, total ia membolos tiga kelas.
Aileen berharap Senin lusa ia bisa kembali ke kehidupan normalnya.
“Aku mengaku bersalah karena telah salah perhitungan tetapi setidaknya aku tidak menelantarkanmu.”
Aileen melihat Evans lalu kembali pada lamunannya.
Benar, Evans tidak menelantarkannya. Mereka datang tanpa membawa apapun namun Evans, entah bagaimana, bisa mendapatkan baju untuknya mulai dari baju dalam hingga baju yang sekarang dikenakannya. Yang harus Aileen akui adalah ketepatan Evans dalam memilih ukurannya.
“Karena kita sudah berada di sini, mengapa kita tidak menikmatinya?”
Pertanyaan itu berhasil membuat Aileen memalingkan kepalanya pada Evans.
“Kau mau berenang denganku?”
“Berenang?” Aileen melihat sekeliling. Selain bangunan villa keluarga Renz ini, ia tidak melihat bangunan lain apalagi kolam renang. “Di mana?”
“Di mana pun kau mau,” Evans tersenyum sambil merentangkan tangan.
Aileen melihat laut di sekeliling pulau dengan mata nanar. Ia tidak bermaksud…
“Baju renang pesananku untukmu sudah tiba pagi ini.”
“B-ba… baju renang?” Aileen pucat pasi. Hilang sudahlah alasan utamanya.
“Kau pasti tidak sabar melihat baju renang pilihanku,” Evans tersenyum puas, “Aku menjamin pilihanku tidak buruk.”
“Aku sudah tahu,” gumam Aileen. Siapa lagi yang memilih baju-baju terbuka yang sekarang dikenakannya ini kalau bukan Evans? Kecuali modelnya, yang menurut Aileen, terlalu terbuka, Aileen menyukai tiap baju yang dipilih Evans – khusus untuknya.
“Cepat!” Evans mendorong Aileen, “Segeralah bersiap-siap. Aku akan menyuruh seseorang menyiapkan bekal piknik kita.”
“A… aku tidak ingin berenang.”
“Mengapa? Hari ini sangat baik untuk berenang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.”
“Aku tidak ingin berenang!” Aileen menegaskan.
“Segeralah bersiap-siap,” desak Evans, “Kau hanya akan membuang waktu di sini.”
“Aku tidak mau!” Aileen bersikeras.

KAMU SEDANG MEMBACA
AILEEN (TAMAT)
Romansaa Novel by Sherls Astrella sinopsis: Aileen, nama yang begitu indah. Berarti sinar dalam Irlandia dan padang rumput hijau dalam bahasa Skotlandia. Namun keduanya terasa begitu jauh dari kehidupan Aileen. Ia bagaikan anak tiri dalam keluarganya. Cint...