Hujan sore itu

11 2 0
                                    

   "Dis, duluan ya."

   "Iya Rev, hati-hati."

Reva dijemput pacarnya, sedangkan aku masih menunggu angkot untuk pulang.
Aku menunggu angkot di warung Bu Lisa persis di depan sekolahku.
Baik angkot maupun ayahku juga tak kunjung datang, hari semakin sore mendung menggulung di langit barat.

Aku memutuskan berjalan pulang, belum berjalan jauh dari sekolah. Ada seseorang memanggil namaku.

   "Gladis..."

Aku menolehnya, lelaki itu kembali mengejutkanku.

   "Tunggu!"

Dia berlari mengejarku.

   "Kok jalan Dis?"

   "Ayahku gabisa dihubungin daritadi, angkot juga ga ada."

   "Oh. Angkot terakhir jam 4 Dis."

   "Iya. Makanya aku jalan, aku harus pulang."

Hujan turun tiba-tiba tanpa memberi kabar lewat angin sore. Begitu deras dan menguyur badanku dan juga dia.

   "Dis, hujan!"

Aku mengabaikan ucapan itu dengan tetap berjalan menatap ke depan.

   "Dis!!!" Dia memanggilku lebih keras.

   "Apa sih?"

   "Hujan!"

   "Iya tau!"

   "Berteduh! Kamu nanti sakit."

   "Aku harus pulang."

Dia menarikku dan mengajakku meneduh.

   "Besok kamu berangkat lomba kan? Jangan hujan-hujanan. Sakit nanti. Sini dulu." Dia menarikku untuk berteduh.

Udah kaya di sinetron-sinetron gituu :))))

Ya ampuun makin sayang aku sama dia (ehhh)

Aku tersenyum dan menuruti apa katanya.

   "Kok udah sore kamu belum pulang kenapa Dis?"

   "Tadi kerja kelompok dulu."

   "Udah makan?"

   "Belum."

   "Setelah hujan reda, makan dulu yuk."

   "Tapi takut kemaleman."

   "Yaudah kasih kabar dulu aja ke orang rumah Dis."

   "Iya bentar."

Aku mengambil handphone di tasku. Apesnya, batterai hpku low.

   "Lowbatt." Menunjukkan hpku.

   "Duh...." Dia mengambil hp di kantong celananya.

  "Yah? Lowbatt juga Dis, Maaf ya. Yaudah nanti aku antar."

   "Tapi..."

   "Udah gakpapa."

Hujan Reda, kita memutuskan untuk makan di dekat sekolah.
Cie lah kita :')

   "Namaku Ilham lengkapnya Ilham Tanjung Ramadhan." Dia mengulurkan tangannya.

   "Aku Febiantika Gladis Nugraha."

   "Cie elah baru kenalan, gue kira pacaran!" Salah satu pengunjung tempat makan nyeletuk.

Kampret tuh pengunjung. Lagian ini juga bercanda keles, aku udah tau namanya dia dari SMP.

   "Apaan sih lo. Udah kenal kali." Aku tertawa.

Melihatku tertawa dia juga ikut tertawa.

   "Kali aja kamu lupa namaku Dis."

   "Ya enggaklah."

(Makan selesai)

Kita berjalan menuju rumahku, aku kedinginan. Dengan baik hati dia memberiku jaketnya.

   "Nih dipake."

   "Lah kamu?"

   "Udah. Yang penting kamu ga kedinginan."

   "Makasih ya Ham."

   "Nah gitu dong, kan jadi lebih akrab."

   "Hehe bisa aja."

...

Sesampainya di rumah.

   "Assalamu'alaikum..."

   "Wa'alaikumsalam.. Gladis dari mana aja? Kok baru pulang? di telpon juga gak aktif."

Ibuku ngomel khawatir.

   "Maaf bu, hp Gladis lowbatt."

   "Ini siapa?" Ibu memandang asing wajah Ilham.

   "Saya Ilham tante." Dia Mencium punggung tangan Ibuku.

   "Temennya Gladis, maaf tante tadi hujan terus ga tega liat Gladis pulang sendirian. Jadi saya antar."

   "Iya nak Ilham, makasih sudah diantar Gladisnya. Mau makan dulu?"

   "Wah, lain kali aja tante. Alhamdulillah Ilham udah makan."

   "Duduk dulu, minum teh hangat."

   "Makasih tante, Ilham harus segera pulang. Maaf ya tante bukannya menolak, tapi Ilham harus pulang."

   "Yaudah. Lain kali kalau main lagi harus mau ya."

   "In syaa Allah tante :)"

   "Yaudah tante masuk ya."

Ibuku masuk ke rumah.

   "Makasih ya Ham udah nganterin."

   "Iya Dis, sama-sama."

   "Yaudah ati-ati ya Ham."

Aku berbalik badan.

   "Dis.."

   "Iya? Kenapa?" Kembali memandangnya.

   "Jaket." Dia meringis.

   "Oh iya" kulepas jaketnya.

   "Ini.."

   "Pulang ya Dis, Assalamu'alaikum..."

   "Wa'alaikumsalam."

Dia pulang meninggalkan rumahku.

...

Aku masuk kamar kemudian mempersiapkan semua yang akan kubawa besok lomba.

   "Dek.."

Tumben sekali abangku ke kamar.

Dia berbaring di ranjangku, aku duduk di kursi belajarku.

   "Kenapa Bang?"

   "Dianter siapa tadi?"

   "Ilham."

   "Ibu marah nggak?"

   "Enggak. Kenapa emang?"

   "Yaudah." Dia bangkit dan meninggalkanku.

   "Aneh banget sih Abang."

...

Hujan sore ini membuatku semakin dekat dengan dia, membuatku semakin senang dengan hujan. Hujan sungguh memberiku banyak kenangan.
Terimakasih hujan, kau tetap datang membasahi bumi bersama rindu-rindu yang sulit tersampaikan~

Ternyata CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang