"Hai," sapa Ajisai santai, "Kok, diam saja?"
***
Aku harus ngomong apa, buset.
Di seberangmu, Ramuda dan Ajisai mengobrol biasa. Kalau diterka, bisa jadi mereka adalah rekan kerja. Namun mereka sedikit sekali membahas pekerjaan—sepertinya, Ajisai malah menghindari topik itu.
"Duh, maaf, jadi kacangin kamu," ucap Ajisai tiba-tiba, seolah baru ingat kalau kau berada di sana, "Tumben kamu kemari, [Surname]-san. Apa ada sesuatu?"
"Apa? Oh, iya!" dipanggil mendadak membuatmu panik. Kau mulai meremas rok pensilmu seraya melanjutkan, "... Itu, anu, saya mau komplain."
"Komplain?" kali ini Ramuda angkat bicara, tampak terkejut. Kau mengangguk singkat.
"Itu, ng ... tolong, aktivitas malam ... suaranya dikecilkan ...." cicitmu memprotes, tidak berani menatap kedua orang di depanmu itu. Kau menundukkan kepala.
"Aktivitas malam?" ulang Ramuda heran, mengerling ke arah Ajisai.
"Kamu ngapain, hah, Ajisai-senpai?"
Ebuset. Suara siapa, tuh.
Kau sontak mendongakkan kepala, lalu merinding. Aura di sekitar Ramuda seolah menggelap; persona semanis perman sang pemuda sukses sirna akibat tatapan menusuk kalbu miliknya.
Kau merinding. Ajisai tampak tenang.
"Aku enggak melakukan hal-hal aneh," sanggah Ajisai, lalu melirikmu, "[Surname]-san, mungkin kamu mau meluar sebelum terlambat."
Kau tidak perlu diberi tahu dua kali. Kau angkat tasmu, lalu buru-buru berjalan keluar dari kamar apartmen 302 itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbour's XXX | Ramuda A.
Fanfiction[ Amemura Ramuda × Reader ] Biasanya, kau tidak terlalu ambil pusing soal tetanggamu yang sering berisik saat melakukan 'berbagai hal' pada dini hari. Namun, hari itu adalah pengecualian. Untuk pertama kalinya, kau berniat mengajukan komplain. Untuk...