Jangan Dipikirkan

387 65 1
                                    

"Bantu apa?"

***


Ramuda manggut-manggut, lalu terkekeh. "Begitu, rupanya!" komentar pemuda itu setelah mendengar ceritamu, "Astagaaa~ kukira apa!"

Pemuda itu tertawa lagi. Kau meninju bahunya main-main.

"Tidak lucu!" serumu dengan wajah memerah, "Aku panik, tahu!"

"Iya, iya ... pfft," pemuda itu mendengus geli, menyeruput teh buatannya. "Aku paham, aku paham."

Kini, kalian berdua berada dalam kamar apartmen 302. Apartmen Ajisai. Kalian duduk di ruang makan, yang tergabung dengan dapur serta ruang tamu slash ruang keluarga. Tempat ini cukup rapi; barang-barang diletakkan pada tempat semestinya, tak ada yang berserakan. Dinding krem serta wallpaper bergambar kopi pada satu sisi terlihat serasi, bagai krim manis serta minuman moka. Kau jadi ingin minum kopi setelah melihatnya.

"Terus, aku harus apa?" tanyamu, mulai ragu-ragu apakah menanyakan hal ini pada Ramuda adalah keputusan tepat atau tidak. Kau menghabiskan isi cangkir tehmu, merasa gugup.

"Dibawa santai saja," jawab Ramuda, tersenyum, "Ajisai-neesan enggak baperan, kok. Kalau kamu minta maaf, pasti dimaafkan."

Kalau saja minta maaf semudah itu, pikirmu, tersenyum kecut. "Mana mungkin! Dia pasti kesal ...."

Ramuda memandang ke atas, tampak berpikir. Ia sedikit memiringkan kepala, sambil mengetuk-ngetuk dagu menggunakan jari telunjuk. Kau merasa wajahmu memanas; pemuda ini manis sekali!

"... Bagaimana, ya," gumam Ramuda, "Aku enggak pernah lihat Ajisai-neesan marah, sih!"

Lalu, dengab entengnya, pemuda itu tertawa. Dasar tidak membantu.

Kau hanya bisa cemberut melihat tanggapan santainya atas permasalahanmu. Dengan kesal, kau berdiri.

"Aku mau ke toilet dulu," ujarmu, "Di mana toiletnya?"

"Hmm? Oh, ke lorong sebelah sana, pintu kedua dari kiri," ucap Ramuda, menunjuk ke arah lorong kecil yang berseberangan dengan pintu masuk. Kau mengangguk paham, langsung melengos pergi.

"Oh, iya," ucap Ramuda lagi, masih tersenyum manis.

"Jangan masuk ke pintu yang ada plat besi di depannya, ya?"

My Neighbour's XXX | Ramuda A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang