"Jangan masuk ke pintu yang ada plat besi di depannya, ya?"
***
Pintu berplat besi yang dimaksud berada tepat di seberang toilet, dengan tampilan yang sangat berbeda dari yang lain. Mencolok. Bila pintu-pintu lain diberi warna kayu maple, maka hanya pintu berplat besi saja yang memiliki warna kayu mahogani merah mengilap. Sepertinya dipernis sekalian agar terlihat semakin kece.
Setelah menyelesaikan urusanku di toilet, kau mau tak mau penasaran. Kau tatap pintu itu lamat-lamat; plat besi-nya tak memiliki nama. Hanya plat besi biasa. Namun, kenapa hanya satu pintu itu saja yang mencolok? Apa disengaja?
Secuil kesantunan dalam dirimu berkoar untuk tidak seenaknya mengintip, tapi sepertinya bisikan setan telah menang. Dengan langkah pelan dan hati-hati, kau berjalan ke seberang pintu toilet—menuju pintu berplat besi itu.
Kau menjulurkan tangan ke arah kenop pintu, kemudian memutarnya ...
... dan ternyata terkunci.
Anjir. Terus tadi buat apa diperingatin!?
Kau merutuki diri dalam hati. Goblokgoblokgoblok! pekik batinmu, ya pasti dikunci, lah, ogeb! Kan yang punya rumah kan, lagi keluar!
Kau segera menarik tangab dari kenop, lalu berbalik ke ujung lorong dengan wajah memerah malu. Langkahmu tangkas; tak lama, dirimu sudah kembali ke gabungan dapur-ruang makan-ruang tamu.
Kau menoleh, tersenyum dan berkata, "Maaf, rada la—ma ...."
Dua pasang iris safir menatapmu. Di sebelah Ramuda, Ajisai sudah duduk manis sambil meminum teh. Perempuan itu tersenyum ke arahmu dan melambai.
Omaigat, ini cewek cakep banget! ... Tapi bukan waktunya untuk itu!
"Hai," sapa Ajisai santai, "Kok, diam saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbour's XXX | Ramuda A.
Fanfiction[ Amemura Ramuda × Reader ] Biasanya, kau tidak terlalu ambil pusing soal tetanggamu yang sering berisik saat melakukan 'berbagai hal' pada dini hari. Namun, hari itu adalah pengecualian. Untuk pertama kalinya, kau berniat mengajukan komplain. Untuk...