[ Amemura Ramuda × Reader ]
Biasanya, kau tidak terlalu ambil pusing soal tetanggamu yang sering berisik saat melakukan 'berbagai hal' pada dini hari. Namun, hari itu adalah pengecualian.
Untuk pertama kalinya, kau berniat mengajukan komplain. Untuk...
Kau dan Ramuda melompat turun dari kereta, lalu sama-sama bernapas lega setelah keluar dari gerbong sesak itu. Lagi-lagi, Ramuda menggenggam tanganmu. Pasti agar kalian tidak terpisah, mengingat bahwa Stasiun Shibuya itu padatnya bukan main.
"Nah, ayo kita—" ucap Ramuda ceria, menoleh ke arahmu. Namun, seketika, pandangannya membelalak, terperangah.
Wajahmu merah padam. Semerah sambal terasi, tomat, cabai, ceri, dan kawan-kawannya.
Hei, bagaimanapun juga, tadi kau baru saja mendapat kabe-don dadakan saat di kereta, lalu sekarang tanganmu dipegang dengan cara yang sangat lembut tapi meyakinkan.
Kau malu. Sangat malu. Ramuda benar-benar smooth.
"[Name] ...."
Lagi-lagi, suara yang agak berat itu. Kau melirik ke arah sang pemuda, berekspektasi akan kembali melihat tatapan beringas itu, tapi nyatanya salah.
Ramuda tampak terkejut. Pandangannya memang menggelap sesaat, tapi langsung digantikan oleh senyum girang sekaligus lembut. Pemuda itu mengangkat tanganmu sedikit, kemudian mengecup jemari serta punggung tanganmu itu. Menyadari gestur gentleman ini, wajahmu semakin merah membara.
Tatapan kekanakkan itu kembali, seraya Ramuda tersenyum manis.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.