A/N.
Ada yang kangen cerita ini? 😃
Keknya ngga ya***
Kau menatap toko besar tersebut. Ramuda menyarankan kalian untuk datang kemari, mengingat bahwa kalian baru saja selesai sarapan dan masih kenyang. Pemuda itu juga bilang mau membeli sesuatu di sini.
"Nah," ucap Ramuda, menarik tanganmu agar kau segera masuk mengikutinya, "Onee-san~ apa warna favoritmu? Motif kesukaanmu? Style?"
Kau menatap pemuda itu dengan pandangan terkejut. Sambil menaikkan kedua alis ke atas, kau bertanya, "Kenapa ... bertanya begitu? Buat apa?"
"Hadiah!" seru Ramuda ceria, mulai menyusuri rak-rak berisi kain dengan berbagai motif, "Aku enggak akan ke apartmen itu lagi, jadi kupikir untuk memberikanmu hadiah. Biar kamu enggak kesepian ditinggal aku, gitu~"
Kau sontak menghentikan langkah, membuat Ramuda ikut berhenti. Pemuda itu buru-buru menambahkan, "Tentu saja kita masih bisa ketemuan. Aku ada nomormu, kok. Jadi—"
"Kenapa tiba-tiba?" tanyamu dengan tatapan yang sulit dibaca. Kau senang saat bersama pemuda ini, jadi kenapa dia mendadak mau pergi?
"Onee—"
"Jawab aku."
Kau memandangnya. Dia balas memandangmu. Iris [eye colour] itu menampakkan kesedihan serta luka yang dicampur aduk, membuat kelereng cerulean yang menatapnya terperangah.
"Aku—" Ramuda berhenti bicara. Hening sejenak sebelum akhirnya dia kembali angkat suara.
"Dengar," ucap Ramuda, suaranya agak berat, "Ini kesalahanku dan Ajisai-senpai. Akibat suatu hal, Senpai terpaksa pindah.
... Dan kamu termasuk dalam penyebab itu."
Matamu terbelalak. Ramuda tersenyum kecut dan menggelengkan kepala.
"[Name]—"
"A-apa," tukasmu, terbata-bata. Ini salahmu? Mengapa? "... Apa ini ada hubungannya dengan pertanyaanmu waktu dulu? Tentang kau ini siapanya Ajisai-san?"
Ramuda bungkam. Lagi-lagi hening. Dalam kelengahanmu itu, sang pemuda dengan mudah menarikmu mendekat, kemudian meletakkan telapak tangan pada pinggulmu.
"Akan kujelaskan setelah kencan ini selesai. Janji," gumamnya; wajah itu, bibir itu begitu dekat denganmu. Kau dapat mencium napas harum stroberi menyengat pada hidungmu; memabukkan dan sedikit membuat pusing.
Melihat dirimu yang mulai tidak fokus, Ramuda tersenyum manis, kemudian melepaskanmu. Dia berjalan mundur dua langkah tanpa melepaskan genggaman tangan kalian.
"Nah, Onee-san," Suara tenor palsu itu kembali.
"Sekarang, fokus mencari kain untuk baju hadiah Onee-san, ya~?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbour's XXX | Ramuda A.
Fanfiction[ Amemura Ramuda × Reader ] Biasanya, kau tidak terlalu ambil pusing soal tetanggamu yang sering berisik saat melakukan 'berbagai hal' pada dini hari. Namun, hari itu adalah pengecualian. Untuk pertama kalinya, kau berniat mengajukan komplain. Untuk...