Kau tidak tahu kenapa dirimu mengiyakan ajakan Ramuda. Mungkin karena merasa bersalah telah membuat pemuda itu bertengkar dengan tetanggamu, meski ia bilang kalau tidak terjadi apa-apa.
Kau kira memang tidak terjadi apa-apa. Setidaknya, sampai kau melihat Ajisai keluar dari apartmen dengan perban menutupi lengan kirinya, serta sebuah ransel yang kemarin dipakai Ramuda.
"... Ajisai-san," panggilmu cemas sambil mengunci pintu, melirik-lirik ke arah lengan kiri Ajisai, "Tanganmu ...."
"Hmm?" gumam cewek itu, menaikkan sebelah alis. Ia menunjuk lengan kirinya, "Maksudmu ini?"
Kau mengangguk singkat. "Maaf, apa ini gara-gara—"
"Bukan, bukan!" tukas Ajisai, tertawa riang, "Ini cuma luka kecil, kok. Bukan masalah besar!"
Namun, tentu saja bagimu itu adalah masalah besar. Kau-lah yang membuat Ajisai dan Ramuda bertengkar.
"Omong-omong, komplainmu apa?" tanya Ajisai, tersenyum kikuk, "Maaf, kemarin suasananya enggak enak, jadi aku enggak tanya."
Kau ragu-ragu. Haruskah memberi tahu pada saat seperti ini? Kau melirik Ajisai yang tampak ceria bebas masalah seperti biasa, lalu dengan cemas mengungkapkan uneg-unegmu.
"... Anu, itu," kau memulai, "Tolong, anu, 'aktivitas malam'-nya dikurangi sedikit ... aku terganggu ...."
"Aktivitas malam?" tanya Ajisai, memiringkan kepala. Ia kelihatan memutar otak, "Oh, maksudmu JAV yang biasa diputar?"
... Dia bilang apa tadi.
Kau melongo. "J-JAV?"
"Iya, JAV," jawab Ajisai santai, terkekeh, "Aku enggak suka hening kalau sedang kerja, tapi ngeri kalau dengan suara dialog film di tengah malam dan enggak terlalu suka musik, soalnya kadang ngeri kalau musiknya tiba-tiba berubah. Tahu, kan, kalau penghuni apartmen-ku dulunya komposer gagal yang bunuh diri? Makanya, aku putar JAV. Mengganggu, ya? Nanti kuganti, deh."
Kau speechless. Syok antara baru tahu kalau kamar apartmen 302 itu ada setannya, serta baru tahu kalau pekerjaan Ajisai sebegitu menumpuk sampai-sampai begadang terus setiap malam.
Dua-duanya seram dengan cara tersendiri, bung.
Kau tertawa kikuk. "O-oh, begitu ya ...," ucapmu, "Kerja dibidang fashion kayaknya repot banget, ya?"
Ajisai menaikkan sebelah alis. "Siapa bilang aku kerja dibidang fashion?"
Kau mengerjapkan mata, terkejut. Kau sudah pernah mencoba searching nama Ramuda di internet sekali, lalu menemukan bahwa pemuda itu adalah seorang fashion designer. Kau kira, Ajisai juga bekerja dibidang yang sama, sebab Ramuda selalu tampak bantu membawakan dokumen cewek itu.
Kalau bukan kerja dibidang fashion ... terus, pekerjaan Ajisai apa, dong?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbour's XXX | Ramuda A.
Fanfiction[ Amemura Ramuda × Reader ] Biasanya, kau tidak terlalu ambil pusing soal tetanggamu yang sering berisik saat melakukan 'berbagai hal' pada dini hari. Namun, hari itu adalah pengecualian. Untuk pertama kalinya, kau berniat mengajukan komplain. Untuk...