Tengah Malam

378 62 6
                                    

Hening. Tidak ada jeritan, tidak ada suara pukulan, bantingan, atau semacamnya dari kamar apartmen 302.

Kau cemas. Sangat, sangat cemas. Kau membiarkan pintu apertmen-mu tetap tak terkunci, jaga-jaga apabila salah satu dari dua orang di sebelah memutuskan untuk keluar.

Jam menunjukkan tepat tengah malam ketika akhirnya pintu apartmen sebelah terbuka. Nyaris secara refleks, kau berlari dan membuka pintu apartmen-mu dengan kasar, mendapati Ramuda yang bergeming terkejut di ujung lorong, siap menaiki lift.

"Tunggu!" pekikmu, berlari mendekatinya. "J-jangan pulang dulu, Ramuda-kun!"

Ramuda mengangkat sebelah alis, sebelum akhirnya tersenyum manis dan memiringkan kepala. Ia bertanya, "Ada apa, Onee-san~?"

Kau mengatur napas, sekaligus memperhatikan pemuda itu. Tidak ada bekas luka. Baguslah.

"Um, apa masalah tadi sudah selesai?" tanyamu, cemas. Bagaimanapun juga, aneh bila bertengkar di siang hari, lalu masalahnya baru kelar saat tengah malam. Menyadari kegelisahanmu itu, Ramuda terkekeh pelan.

"Sudah, kok," jawab pemuda itu dengan riang, "Kami enggak lama berantem! Aku cuma bantu-bantu urus dokumen, tadi, jadi baru keluar sekarang."

"Oh ... baguslah ...," gumammu, menghela napas. Kau tersenyum simpul. "Kalau begitu, hati-hati di jalan, Ramuda-kun."

Mata Ramuda membulat sesaat, sebelum pemuda itu balas tersenyum.

"Tentu saja~" ucapnya, "Dan, satu lagi, Onee-san ...."

"Ya?"

"Bisa pergi denganku minggu depan, enggak?"

My Neighbour's XXX | Ramuda A.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang