Ketukan pintu rumah Jimin berbunyi berulang kali, diketuk total brutal. Ganggu gila. Sumpah, rasanya mau pukul orang yang ketuk pintu.
Kedua kaki mungilnya melangkah cepat, mau siapa yang ketuk dan ternyataㅡoh?
Ternyata orang yang dirindu Jimin beberapa hari belakangan ini. Berdiri tegap dengan senyuman khas yang terpampang di wajah, sambil membawa sebuket bungaㅡdan wah, ada pizza juga.
Jimin terkejut tapi tergantikan dengan rasa malu, sumpah pipinya panas tanda merona. Jungkook bawa suasana jadi romantis.
Iya. Jungkook yang datang, calonnya.
"Sopan santunmu mana? Ketuk rumah orang nyaris mirip orang kesetanan,"
Jimin mengendus, "Kenapa gak bilang mau kesini?"
"Mau suprise ceritanya,"
"Ck, lagakmu." Jimin mendecak pelan dan berkacak pinggang.
Jungkook terkekeh pelan, memang benar sih. Jungkook ulurin tangan, kasih satu buket bunga yang di beli dekat cafe Jimin.
"Nih, ambil."
Sial, mau bunuh Jungkook yang sok manis ini. Jiminnya total memerah, pipinya nyaris mirip tomat. Gak ada niat bilang terimakasih, malu telak. Bunga diterima Jimin,
"Minggir, malu-malunya nanti aja. Mau masuk, gue tamu disini."
"Tamu kok brengsek."
Jungkook menggedikan bahu, seolah acuh dan langsung masuk ke dalam dengan santai. Jimin mendengus sekali lagi. Terlampau biasa sama sikap kurang hajar Jungkook.
Jungkook memang sedikit aneh, kadang menyebalkan, kadang asik dan kadang manis. Seperti tadi.Duh, kalo diingat lagi, Jimin jadi merona telak.
"Muka lo merah jadi makin manis, gue suka."
"Jungkook sok gamblang,"
"Terserah. Tapi jujur, lo emang manis kok. Gak salah pilih si bunda."
"Diam, Jungkook."
"Iya, Jimin."
Keduanya reflek terkekeh gemas. Saling panggil nama itu manis. Terkadang bahagia itu sederhana sekali, jangan dibuat sulit aja.
Suasana rumah sepi, biasanya suara mama Jimin menggema saat Jungkook datang. Ricih sendiri. Tapi sekarang beliau gak ada di rumah.
Kok tau? Jelas, lagi shopping bareng sama bunda Jeon. Memang kedua calon ibu mertua terlampau akur dan dekat, tinggal tunggu anaknya saja.
Asik.
Keduanya duduk di sofa seperti biasa. Jimin duduk dan Jungkook tiduran dengan paha Jimin sebagai bantalan.
Empuk bikin nyaman, kata Jungkook begitu.
Jimin menyisir surai hitam legam milik Jungkook dengan jemari kecilnya, poni Jungkook sudah panjang. Bahkan bisa dikuncir kalo mau,
"Rambutmu panjang, cukur sana."
"Iya nanti, gak sempat ke tukang cukur,"
"Segitunya,"
"Jelas, orang sibuk beda."
Jimin beralih menonyor kepala Jungkook, empunya terkekeh pelan menanggapi. Jungkook tatap Jimin yang asik menonton tv dan total kacang.
Iri dan kesal bercampur, rasanya mau buang TV itu. Fokus Jimin tertuju pada benda persegi panjang, merasa kalah saing. Aneh memang, tapi kenyataan begitu.
"Jimin?"
"Ya, Jungkook?"
"Gak ada."
Jimin beralih tatap Jungkook, tatapan bertemu dan keduanyan engan mengalihkan.
"Kenapa panggil? Jangan setengah gitu,"
"Natal, ada acara malam?"
Gelengan kepala jadi jawaban singkat, "Gue mau ajak lo ke pasar malam, ada festival disana."
"Jimin?"
"Apa lagi, Jungkook?" Jimin tanya dengan nada setengah naik, mau lanjut nonton.
"Ayo ciuman. Mumpung malam minggu,"
Jimin total blank, Jungkook ngajak ciuman segitu frontalnya. Layaknya gak terima penolakan, tengkuk Jimin di dorong dengan tangan Jungkook, reflek Jimin memajukan kepalanya.
Kebayang kan posisi mereka?
Dan hasil, bibir keduanya bertemu. Sebatas menempel, tapi rasa manisnya begitu kentara. Bahkan debaran jantung masing-masing terdengar satu sama lain.
Jungkook lepas tautan, usap bibir Jimin yang mengkilap basah karna ulah kurang hajarnya.
"Jungkook brengsek."
"Iya maaf, ciuman pertama kan?"
Jimin menunduk malu, Jungkook memang pandainya menebak soal Jimin. Jimin memang belum pernah berciuman dengan siapapun. Jungkook seorang pokoknya.
"Jimin mau ditraktir burger ukuran jumbo dekat cafe lo?"
Jimin sontak mendongak, matanya berbinar kala mendengar traktir.
"Mau!"
"Ciuman dulu sekali lagi,"
"Bajingan!"
Berakhir Jungkook dapat hantaman kuat di perutnya dari Jimin. Tapi Jungkook tetap dapat ciuman dan Jimin dapat dua burger ukuran jumbo.
Keduanya sama-sama puas menikmati malam minggunya yang tercampur udara dingin.
;
Malam minggu kalian gimana!?