Jungkook mengambil ponselnya lalu membuka kontak, berniat mau telfon pacarnya. Rindu gak dengar suara malaikatnya. Jungkook alay.
"Halo?"
"Halo, Jungkook? Kenapa?"
"Cafe buka? Mau mampir."
"Masihㅡ kesini aja, tapi aku mau pergi sebentar,"
"Kemana? Mau diantar?"
"Gak usah!"
Jungkook mengernyit heran dengan nada Jimin yang sedikit berteriak, "Kenapa? Kan mau jagain calon istriku."
"Sok sekali, berondong. Lulus aja belum,"
Nada bicara Jimin memang terdengar jenaka, tapi telak menohok hati. Jungkook saja bungkam, apalagi saat sambungan diputus sepihak.
Wah, ada apa nih? Perasaan Jungkook gak tenang, sesuatu mengganjal di dada. Persetan Jimin yang mau pergi, harus susul Jimin sekarang pokoknya.
Jungkook langsung mengendarai si jabrik kesayangan dengan kecepatan penuh. Gas pol begitu.
Kenapa ya penyesalan selalu datang belakangan? Sialan.
Jungkook total menyesal datang kemari. Panas, itu yang dirasakan sekarang. Oh, jelas panas. Lihat pacar sendiri pergi berdua sama yang katanya ‘teman’, sambil pegangan tangan.
Waras gak tuh? Haha.
Jungkook tatap lekat kedua manusia yang baru keluar dari cafe, berjalan berdua sambil berbagi tawa. Tau siapa cowok yang berani ajak Jimin jalan?
Siapa lagi kalo bukan Kim Taehyung, sahabat Jimin sekaligus saingan berat Jungkook.
"Bangsat, sahabat memang bahaya, bos."
Moodnya hilang, lebih baik pergi. Berdua dengan jabrik gak masalah juga, toh.
"Kurang pagi,"
Jimin terkejut dan menghentikan langkahnya. Jungkook ada disana, posisi berdiri dan menyender santai di tembok, bahkan satu batang rokok dijepit di antara bibirnya.
"Maksudnya?"
"Main lo nanggung, gak usah pulang sekalian."
Seperti biasa, bilang dengan nada santai namun sarkas sekaligus. Jungkook tersenyum; senyum seolah mengejek, sambil menghembuskan asap rokoknya,
"Kirain gak bakal pulang,"
Jimin mendengus tidak suka, "Jungkook, apa sih!"
"Apa? Puas lo jalan sama Taehyung? Sampai gak ingat pulang."
Lihat Jimin yang bungkam, Jungkook beralih terkekeh pelan, namun masih bisa di dengar Jimin. Jungkook masih sibuk menyesap rokoknya.
"Dari kapan disini?" Jimin berusaha mengalih topik, tapi Jungkook engan merespon. Masih menunggu penjelasan.
"Wes, syal baru. Pasti kembaran sama Taehyung. Best friend goal, ya? Cocok kok."
"Jungkook!"
Jimin meninggikan suaranya, mulai terbakar emosi. Tapi Jungkook tetap acuh, bahkan dekati Jimin dengan santai.
"Santai. Gue gak marah kok, sama sekali gak. Toh gue percaya sama lo. Tapi lo tau, Jimin?"
Jungkook menjeda kalimatnya,
"Di remehin itu gak enak."
Jimin telak bungkam sekali lagi. Gak ada jawaban, Jungkook beralih pergi pulang. Senyuman tipis dan tepukan halus di pucuk kepala Jimin sebagai salam perpisahan.
;
Maaf ya sedikit dulu? Aku kasih garem nih, biar kepanasan kaya cacing HAHAHA. See ya!