Semakin dekat; singkat.

2.6K 272 36
                                    




Mau Jimin atau Jungkook, kini keduanya bak sepasang alas kaki, selalu bersama-sama kemana-pun dan dimana-pun. Dimana ada Jimin, disitu ada Jungkook.

Jungkook yang lebih susah untuk pisah, katanya begini; 'Lo jalan sendirian suka nabrak semut, biar gue temani.'

Sinting memang. Namun mau gimana? Pemuda dimabuk kasmaran sukar di bantah. Apalagi manusia sekeras baja seperti Jungkook?

Sama halnya dengan Jimin. Sedikit lebih manja dari sebelumnya, akan sering merengek kala Jungkook ingin pergi kuliah atau main, seperti sekarang ini.

"Jungkook! Jangan lama-lama mainnya, ih. Aku sendirian, gak suka." Jimin sedikit memajukan bibirnya, tak rela calonnya akan pergi main.

"Gak janji, tau sendiri gue kalo main sama manusia gandrungan kayak mereka gimana." Balas lelaki di sebelahnya; Jungkook, tanpa menatap Jimin. Matanya sibuk dengan benda persegi panjang di tangannya, bertukar pesan untuk tempat berkumpul.

"Yasudah, terserah." Jimin menyerah, memilih pergi dari ruang tengah menuju dapur, membuat makanan bukan pilihan buruk. Jimin akan membuat makanan untuk dirinya sendiri, sembari menghabiskan malam minggunya dengan menonton film.

Padahal mau nonton sama Jungkook, mau movie date berdua layaknya anak muda jaman sekarang. Tapi apa boleh buat? Terserah.

Jemari mungilnya lincah meracik bumbu dan bahan-bahan lainnya. Sesekali mata indahnya melirik ponsel yang menunjukkan resep masakan. Semua itu Jungkook saksikan saat masuk ke dapur.

Jimin tadi bilang terserah, berarti merajuk. Jadi, Jungkook hampiri sebelum pergi main.

"Jimin?"

Tidak ada respon apapun dari pemilik nama, Jungkook hampiri lebih dekat lagi, bahkan berniat memeluk dari sisi belakang.

"Apa? Sana main, aku sibuk." Tidak ada nada ketus, merajuk, atau apapaun. Namun, Jungkook tau Jiminnya tengah merajuk, tepatnya setengah merajuk.

"Gak, lo marah."

"Emang ada aku marahin kamu?" Jimin terus menatap semua bahan-bahan di depannya, Jungkook kena kacang, sebal juga dia, haha.

"Lo iya."

Beralih Jungkook bersandar pada dinding, mengambil sebatang rokok yang terselip apik di kupingnya, pemantik menyala, begitupun rokoknya. Menatap lelaki mungil di depannya dengan diam, melihatnya kesana kemari mengambil sesuatu.

Jimin terlampau tau kalau Jungkook tengah memperhatikannya. Bukan apa, sedikit salah tingkah.

"Ih, apa lihat-lihat? Katanya mau main, sana." Ucap Jimin, nadanya sedikit tinggi, perkara Jungkook memperhatikannya, fokus masak jadi lebur. Malu telak.

"Kan gue bilang gak jadi, batu lo." Jungkook balas kelewat datar, ya memang gitu, sih. Namun Jimin langsung menatap Jungkook. Wajahnya lebih datar dari biasanya.

Jungkook merajuk juga?

"Kamu marah!?" Jungkook menggeleng pelan, Jimin menautkan kedua alisnya. Terlampau bingung.

"Lo bikin makanan yang banyak. Bakal banyak manusia janaham datang kesini." Setelah berbicara begitu Jungkook pergi dari dapur. Jimin mencerna ucapan calonnya tadi.

"Hah? Banyak manusia jahanam? Datang kesini?" Jimin membulatkan matanya kala mengerti ucapannya barusan.

"JUNGKOOK, ANJING."

Jungkook yang mendengar seruan dari calonnya jadi terbahak sampai terpingkal-pingkal.

Sebelumnya;

"Bro, calon gue ngambek, nih." Ucap Jungkook yang tengah melakukan voice call dengan sohibnya.

'Ngapa?'

"Biasalah, manusia kasmaran susah pisah." Dengusan terdengar dari seberang, Jungkook terkekeh mendengarnya.

'Jungkook bucin.'

"Kenapa? Iri?" Terbalas dengan decakan malas dari seberang.

"Tapi tenang, gantinya kalian main kesini, calon masak banyak. Makan sepuas lo pada, PS tiga gue ada, Wifi gratis, gitar ada. Kurang apa?" Seruan puas dari seberang membuat Jungkook menyunggingkan bibirnya keatas.

'OTW, BRADER!!'

Jimin selesai dengan masak-memasaknya, membuat pasta, membuat makanan lainnya, juga menyediakan minuman dingin. Mendudukan diri di sofa, tepat di samping Jungkook yang tengah menatapnya jahil.

"Gak usah lihat-lihat, bisa gak?" Ketus Jimin, sedikit menatap sengit manusia kelewat kurang ajar di depannya.

"Gue punya mata." Jimin kembali mendengus, matanya memutar.

"Capek gak?" Tanya Jungkook, Jimin menatap telak wajah calonnyan, terbalas gelengan kecil dari si mungil. Jungkook terkekeh melihat bibir setengah maju Jimin, tanpa basa-basi, Jungkook mengangkat tubuh kecil Jimin di pangkuan.

"Hoi!"

"Biarin dulu, gue mau ngomong." Jimin menurut, memberi lampu hijau Jungkook untuk melakukan apapun. Jungkook memeluk erat pinggang calonnya.

"Lihat lo masak, kayak istri gue, lucu. Gak sabar milikin lo sepenuhnya, gue bakal tunggu moment itu. Sorry, dadakan juga, soalnya lo ngambek, masa gue tinggal gitu aja? Bisa-bisa gak dikasih jatah cium. Sekalian lo kenalan sama para sohib gue malam ini, mereka memang mirip anjing, tapi mereka baik," Pipi gembil Jimin merona samar, bibirnya menahan senyum.

"Thank you, sweet pie. You did a great job tonight, gue sayang lo. Banget." Setelah Jungkook selesai bicara, Jimin segera menyambar bibir tipis dan dingin Jungkook, menyesapnya lembut, sedikit rasa rokok mentol yang membekas. Jungkook membalas tak kalah halus, menyesap ranum kesukaannya dengan hati-hati.








"WOW, MATAKU TERNODAI!" Seruan Bambam terdengar di ambang pintu. Baik Jimin atau Jungkook mati kutu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Child. ㅡkookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang