Jungkook memang handal soal bikin Jimin lemah, seperti sekarang. Asik jalan berdua, menikmati udara malam yang dingin telak menusuk kulit.
Sebelah tangan Jimin di genggam erat sama calonnya; menciptakan rasa hangat. Bahkan hangatnya sampai hati, uhuy.
Jimin yakin sekali, Jungkook itu idaman para wanita di kampusnya.
Kenapa bisa?
Jelas nampak sekali dari gaya Jungkook yang pacarable. Dengan outfit yang simple tapi pas untuk Jungkook.
Seperti sekarang, padahal cuma pakai hoodie hitam polos dan celana jeans sedikit robek di bagian lutut, tapi kesan coolnya sangat kentara.
Wajah yang tampan, rahang tegas, hidung bangir tapi mancung, apalagi dengan sebelah tangan dimasukan ke dalam saku celana dan tangan lainnya genggam tangan Jimin.
Wah, Jimin total merona lihat tangannya yang di genggam calonnya.
Di tambah dengan wangi mint dan maskulin yang menguar dari tubuh Jungkook. Loh, Jimin perhatikan detail betul calonnya ini.
Bundanya memang gak pernah mengecewakan hati, batinnya begitu.
"Mau beli kopi atau coklat panas?" Jimin dongak; tatap Jungkook yang tengah menatapnya juga.
"Hmㅡmau ramen,"
Jungkook menaikan sebelah alisnya, "Gak ada dalam pilihan, Jimin."
"Uhㅡtapi lapar, hehe." Jimin tepuk pelan perutnya sambil tatap Jungkook ‘puppy eyes’, ditambah bibirnya yang mengerucut imut.
Detik berikutnya telak buat Jimin bungkam. Total blank. Tau kenapa? Jungkook cium pipinya tadi. Jimin menjerit dalam hati.
"Yaudah ayo."
Genggaman semakin erat, Jimin ditarik ke kedai terdekat.
|
"Ahㅡkenyangnya,"
Jimin mendesah lega, perutnya sudah terisi dan gak bakal bunyi terus seperti sebelumnya. Jungkook tatap Jimin yang duduk di sebelahnya,
"Sudah?"
Jimin mengangguk, gak lupa senyuman manis terpampang di wajahnya. Kesan manisnya bertambah, Jungkook jatuh sekali lagi dalam pesona Jimin.
Baru kali ini rasain apa itu namanya suka atau bahkan cinta? Gak ambil pusing kalo Jungkook.
Sialan memang.
"Yasudah bayar sana."
"Loh? Jadi ini bukan traktiran?"
"Gue gak bilang mau traktir lo,"
Jawab Jungkook santai, sebatang rokok diselipkan di bibir. Sesekali hembuskan asapnya.
"Ishㅡku kira mau traktir," Jimin mencebik kesal, memilih habisin just jeruknya. Jungkook matikan rokoknya, lantas pergi ke kasir.
"Ngapain dikasir?"
"Minta nomor yang jaga kasir, cantik soalnya." Jimin tersedak jus jeruknya sendiri, Jungkook terkekeh pelan.
"Becanda, bayar makananmu doang kok." Jimin menoyor kening Jungkook,
"Eh, lo kutuan?"
"Hah? Kutuㅡmana!?"
Jimin kaget setengah mati, masa iya kutuan? Apalagi Jungkook yang sadar. Mau taro dimana ini muka?
"Ini nihㅡini dulu makanya, Jimin."
Jungkook menyelipkan kepala Jimin di ketiaknya, terkekeh pelan dan di ciumnya kening yang lebih tua,
"Nah. Sudah hilang kutunya." Jimin merona telak sampai ketelinga. Untung gak kena serangan jantung dadakan.
"Jantungku mau copot."
Jungkook tertawa kencang lihat Jimin yang tengah menangkup wajahnya sendiri dengan warna merah padam menghiasi. Jungkook cubit pipi Jimin,
"Dasar, gembrot."
"JUNGKOOK!!!"
;
Update karna hati lagi senang ehehe, maaf pendek lagi :D