Apa arti dari pertemuan kita? Apakah ini takdir? Atau hanya kebetulan semata?
***
"BUNDA, Indi pulang!" teriak Indira lantang, begitu semangat jika sudah menyangkut Bunda. Dari dalam rumah, seorang wanita paruh baya tergesa-gesa membukakan pintu. Asyifa-Bunda Indira menggelengkan kepala. "Indi, pulang-pulang kok teriak-teriak gitu? Salam dulu dong, Sayang."
Indira menyengir. "Maaf, Bun. Terlalu semangat, hehe."
"Yasudah. Bersih-bersih dulu. Habis itu makan. Bunda sudah masakin kamu tumis kacang plus toge kesukaan kamu." Indira berbinar mendengar makanan kesukaannya dimasakkan oleh Bunda. Ia pun segera pergi menuju kamarnya. Bergegas mengganti pakaiannya dan turun menuju ruang makan.
Dentingan sendok dan piring yang beradu di meja makan terdengar. Indira meminum segelas air yang Bunda sodorkan. Bunda tersenyum melihat putrinya memakan masakannya dengan lahap. "Mau nambah lagi, Sayang?"
Indira menggeleng, tangannya mengusap perutnya yang menggembung. "Nggak, Bunda. Makasih. Perut Indi udah gede banget nih, liat! Indi kekenyangan."
"Lebay kamu. Perut kamu tuh nggak bakal gendut meskipun kamu banyak makan." Bunda meledek Indira gemas. Bunda mencubit pipi Indira. "Nih, lemaknya kesini semua. Yang gendut pipinya, bukan perutnya. Beda sama Alma, teman baru kamu di kampus itu."
"Ih, Bunda. Aku bilangin Alma lho. Nanti Alma ngamuk kalau dibilang gendut terus." Bunda tertawa, putrinya benar-benar polos. "Ajakin Alma-nya lagi dong kesini."
Memang, saat seminggu Indira berkenalan dengan Alma, Alma ingin sekali berkunjung ke rumahnya karena dari cerita-cerita yang Indira ceritakan, Indira selalu menceritakan jika Bundanya sangat pandai memasak. Tak ada masakan yang tak enak jika sudah di tangan Bunda.
"Iya, nanti ya Bunda kalau ada waktu luang."
"Iya, Sayang." Bunda menjawab. "Yaudah, kamu istirahat dulu gih. Nanti malam katanya Abang pulang. Kamu jadi minta dianterin ke toko buku, nggak?"
"Wah!" Indira bersorak. "Jadi dong, Bunda. Pokoknya Bang Indra harus antar Indi ke toko buku, Bun. Kan Abang udah janji pas itu."
Bunda mengusap kepalanya dengan sayang. "Yaudah gih istirahat."
Indira mengangguk, menyalami tangan Bunda dan beranjak menuju kamarnya guna beristirahat setelah lelah dengan segala aktivitasnya di kampus.
***
Salah satu kegiatan Azzam setelah sibuk di kampus, yakni memanjakan kedua adik perempuannya. Azzam sadar jika selama ini ia kurang perhatian pada mereka. Setelah memasuki dunia kampus, Azzam berubah menjadi sosok laki-laki dewasa. Ia tidak lagi merenung hanya karena merasakan debaran aneh hinggap di dadanya. Azzam merasa, semua akan tiba pada waktunya ketika Allah sudah menakdirkan seseorang yang pantas menjadi pendamping hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAH
SpiritualNUGRAHA SERIES : GENERASI #2-2 ___ Trilogy of [Assalamualaikum Calon Abi] *** Ini tentang perkara hati dan janji. Indira Mahestri, seorang mahasiswi polos di Universitas Dharma. Semua orang menyukainya karena Indira begitu baik dan suka membantu ses...