[Visual Atthaya : Kak Saritiw]
Jika dia cantik, maka kamu lebih. Jika dia lebih menawan, maka kamu lebih aku rindukan.
🥋🥋🥋
"BUN, Indi lapar banget. Mau makan," ucap Indira ketika Bunda masih melafalkan ayat suci Al-Qur'an. Bunda menatap putrinya itu jengah. "Sebentar ya, Dek. Ini diselesaiin dulu ngajinya. Nggak enak itu sama Bu Ressa. Sebentar lagi ya."
Indira manyun. Bibirnya mencebik. Ia sudah sangat lapar padahal baru beberapa jam yang lalu Bunda membuatkan sarapan roti panggang. Benar kata orang, jika orang Indonesia tidak akan kenyang sebelum memakan nasi. Indira ingin memakan nasi sekarang, tak apa jika lauknya hanya telur mata sapi tanpa garam.
Ya Allah, resiko punya perut karet.
Kebetulan, gerak-gerik Indira ini dipantau oleh seorang wanita di sisinya. Yang tak lain adalah Ressa. Ressa menoleh ke arah seorang perempuan yang sangat terlihat imut itu. "Kenapa, nak?"
"Eh." Indira tergagap. Bunda menggelengkan kepalanya heran. Melalui tatapan mata, Bunda seolah mengibaratkan agar Indira diam sebentar. Jangan membuat kegaduhan dengan bersikap seperti cacing kepanasan.
"Kamu Indira, kan? Putri bungsu almarhum Pak Isa?" Indira mengangguk. Ressa sempat terkejut melihat putri dari almarhum pegawainya dulu sudah sebesar ini. Ressa berbincang sebentar dengan Bunda. Menanyakan kabar mereka setelah kepergian almarhum Ayah. Lalu, pandangan Ressa kembali kepada Indira. "Anak Pak Isa cantik. Pintar lagi mau berhijab."
Indira menyengir. Tangannya mengusap perut karena lapar. Ah, tadi saja dia membawa makanan dari rumah atau membeli makanan ringan di minimarket.
"Tante, pintu keluarnya dimana ya?" Indira tidak tahan lagi. Selain lapar, ia juga kebelet pipis. Entahlah, ini perut lapar atau sakit perut karena ingin datang bulan. Terkadang, Indira tidak bisa membedakan mana lapar dan sakit perut mau datang bulan.
"Indira." Bunda memanggil. "Bentar lagi, sabar."
"Aduh, Bunda. Perut Indi juga sakit banget ini. Kayaknya mau datang bulan deh, bukan lapar," bisiknya pada telinga Bunda. Bunda menggelengkan kepala tidak percaya dengan tingkah sang putri. Lalu, Bunda meminta izin untuk Indira ke toilet.
"Oh toiletnya di belakang, Sayang. Itu kan ada pintu, masuk aja. Belok kanan. Nanti ada toilet di sebelah dapur." Ressa menjawab. "Bilang dong kalau mau ke toilet. Kan Tante nggak tahu kamu kenapa."
"Hehe, makasih ya Tante. Indi pamit ke belakang dulu." setelah mendapat anggukan dari Ressa, Indira akhirnya pamit dari sana. Ia mengikuti arah petunjuk Ressa tadi. Ketika menemukan toilet, Indira dengan cepat masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAH
SpiritualNUGRAHA SERIES : GENERASI #2-2 ___ Trilogy of [Assalamualaikum Calon Abi] *** Ini tentang perkara hati dan janji. Indira Mahestri, seorang mahasiswi polos di Universitas Dharma. Semua orang menyukainya karena Indira begitu baik dan suka membantu ses...