Selamat membaca! Tarik napas, hembuskan... baru scroll yaaaa ♥
***
Bonus :
Teteh Fisya & Indira
Cantikan mana? 😂***
Mungkin benar, Allah tak menjodohkan kita sebelummya karena kita masih labil menentukan pilihan.
Kita masih perlu belajar saling mendewasakan diri.🥋🥋🥋
Pada awalnya, Amalia hanya menjawab salam dan bergumam merespon kedatangan Alyssa. Wanita paruh baya itu masih harus menyiapkan minuman untuk menu berbuka. Di sampingnya, ada Atthaya yang juga sedang sibuk. Jadi tidak menyadari adanya sosok asing disana. Indira sendiri sudah menggigit bibir bawahnya berulang kali. Beberapa kali ia ketahuan Alyssa tengah memegangi ujung roknya. Ia gugup. Ini pertama kalinya ia berkunjung ke rumah laki-laki. Terlebih, hanya sendirian tanpa Bunda.
Satu kata yang terucap dari bibirnya saat melihat rumah keluarga Azzam adalah, sungguh luar biasa. Rumah ini besar dan megah, tiga kali lipat dengan rumahnya, warnanya dominan putih dan juga hitam sebagai warna beberapa perabotan, yakni sofa yang tadi Indira lihat di ruang tamu, meja, beberapa bingkai foto yang terpampag jelas di perjalanan ia menuju dapur. Semuanya ditata rapi dan juga apik. Nampak tidak membosankan.
"Umi... Mbak Atthaya... lihat kesini dong, coba lihat siapa yang datang?" Alyssa berusaha menarik dua wanita berbeda usia tersebut. Dan berhasil. Keduanya menoleh pada satu titik. Yakni, pada Indira.
"Lho, kamu...," ucapan Amalia menggantung, ia seperti sudah pernah bertemu dengan gadis itu, tapi kapan dan dimana? Sementara Indira menatap Amalia takjub dari atas sampai bawah. Wanita yang pernah menolongnya dulu. Indira segera mendekat. "Umi Lia..." entah bagaimana bisa, Amalia malah memeluk Indira. Ia tersenyum bisa melihat gadis bernama Indira. Ya, dia ingat namanya. Dia pernah bertemu pertama kali di rumah Ressa-sahabatnya dulu saat mengadakan pengajian. Juga, bertemu di rumah sakit saat Azzam mengalami cidera kira-kira hampir satu tahun lalu.
"Umi... Indi kangen banget...," ucap Indira, jujur apa adanya. Melihat Amalia, ia jadi teringat pada Bunda. Sementara Amalia terkekeh kecil. Mengusap punggung Indira dengan lembut. "Iya yaa udah lama kita nggak ketemu. Kamu kemana aja? Kok Umi nggak pernah lihat kamu sama Bundamu ikut pengajian? Padahal Tante Ressa beberapa kali mengadakan pengajian."
Indira memasang wajah murung. "Iya Umi, lagi nggak aktif ikut pengajian karena Bunda lagi ngurus bayi di rumah. Mbak Fisya kewalahan kalau mengurus bayinya sendirian."
"Wah... keponakan kamu? Siapa namanya?" Amalia begitu antusias jika sudah menyangkut urusan bayi. Ia memang sangat penyayang anak kecil sejak dulu. Indira tersenyum melihat respon Amalia yang begitu bersemangat. "Alhamdulillah perempuan, Umi. Namanya Farikha Malika Maheswara."
KAMU SEDANG MEMBACA
[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAH
EspiritualNUGRAHA SERIES : GENERASI #2-2 ___ Trilogy of [Assalamualaikum Calon Abi] *** Ini tentang perkara hati dan janji. Indira Mahestri, seorang mahasiswi polos di Universitas Dharma. Semua orang menyukainya karena Indira begitu baik dan suka membantu ses...