Sejatinya manusia memang ditakdirkan untuk saling tolong-menolong. Ikhlas dan tak mengharapkan kata terimakasih.
🥋🥋🥋
"INI nih, makan dulu. Kamu belum makan lho, Dir. Justru bekal kamu aku yang makan semua. Jangan marah lho ya kalau nanti habis sama aku!" Alma mencak-mencak. Ia sudah kehilangan kesabaran untuk mengingatkan Indira agar mau memakan bekalnya. Pasalnya, Indira yang membawa bekal dan menawarinya. Masa dia yang harus menghabiskan semuanya? Alma sih oke-oke saja karena perutnya masih muat.
"Bunda masaknya enak banget, Dir. Pokoknya nanti aku mau minta masakin rendang!" Alma sudah mengulum senyum, membayangkan nanti ia akan menginap di rumah Indira. Sudah pasti ia akan makan enak. Tidak akan makan chicken atau mie instan lagi di kost-an.
Alma memang salah satu anak kost-an di kampus. Ayah dan Ibunya berada di Jawa. Purworejo, lebih tepatnya nama kampung Alma. Ia memang merantau ke Jakarta bersama Tari. Dia dan Tari sudah seperti sepupu. Padahal, mereka dulunya tetangga dekat. Namun, lambat laun Alma dan Tari jadi sangat dekat karena mereka seumuran.
"Kata Tari, dia juga mau ketemu kamu lho, Dir. Katanya penasaran sama siapa yang mau temenan sama aku selain dia. Dih, dia ngejek aku banget!!" Alma kembali menyuapi pudding ke dalam mulut. Perlahan, sekotak pudding itu tandas karena sudah masuk ke dalam perutnya.
"Eh, Dir. Maaf banget aduh aku kebablasan!" Alma buru-buru merapikan kotak bekal Indira yang sudah habis dilahapnya. Ia berjanji akan menggantinya nanti.
"Dir, kamu kenapa sih?" Alma sebal. Bisa-bisanya ia bicara tetapi dikacangin begini? Indira sungguh tidak seperti biasanya.
"Indira, kenapa sih? Aku didiemin aja begini. Nggak enak tau! Apalagi dikasih harapan doang! Ih, PHP itu namanya!"
"Apaan deh, Al. Makin ngawur ngomongnya," celetuk Indira. Entah mengapa moodnya hari ini hancur. Indira malas mau menjawab ucapan Alma yang cenderung tidak jelas itu.
"Dih, Mbaknya sensi banget..." Alma menoel dagu Indira, seperti kebiasaanya menggoda Indira jika sahabatnya itu sedang mode ngambek.
"Ih, jangan pegang-pegang!" Indira berkata sewot. Jika diibaratkan kartun, kepala Indira sekarang sudah bertanduk dan mengepulkan asap. Diam-diam Alma tertawa membayangkan hal konyol itu.
"Kamu kenapa sih, Dir. Nggak jelas banget tahu nggak? Kelas Milka Sensei juga udah selesai. Hari ini juga nggak ada tugas. Kita bahkan dapat longgaran waktu sebelum latihan karena senior lagi pada rapat. Tuh, yang lain mah enak adem ayem tidur. Lah kamu, disini cemberut aja itu bibir."
"Alma! Udah deh. Jangan gangguin aku. Sana! Aku mau sendiri." Indira menundukkan kepalanya di atas meja. Mereka memang sedang berada di taman kampus. Berkat Indira yang merajuk tidak mau masuk ke dalam ruang karate, Alma harus jadi sorotan penghuni kampus akibat Indira yang menyeret-nyeret lengannya seperti seorang anak yang menangis meminta dibelikan mainan oleh Ibunya.
"Yeeeeu, Mbak. Biasa aja kali. Aku juga tahu kok gimana rasanya kalau lagi datang bulan." akhirnya, Alma terdiam karena mendapat pelototan dari Indira. Gadis itu bukannya seram karena melotot, namun malah terlihat lucu karena matanya yang sipit menjadi belo.
Indira sebenarnya juga tidak habis pikir. Apa yang terjadi dengannya sih? Mengapa ia jadi malas seperti ini? Indira yakin, jika ia hanya dalam mode singa akibat datang bulan! Ya, benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAH
روحانياتNUGRAHA SERIES : GENERASI #2-2 ___ Trilogy of [Assalamualaikum Calon Abi] *** Ini tentang perkara hati dan janji. Indira Mahestri, seorang mahasiswi polos di Universitas Dharma. Semua orang menyukainya karena Indira begitu baik dan suka membantu ses...