Chapter 06 | Bukan Makhram

21K 2.2K 183
                                    

Di atas ada trailer SAUF [SENPAI, ANA UHIBBUKA FILLAH]. Kalian bisa tonton di YouTube. Cari nama Arthar Puspita, jangan lupa subscribe biar tahu setiap updatean aku disana hihi. Like juga yaa biar SAUF juga banyak yang tahu ☺ di YouTube juga ada trailer ACA & MAD yang baru. Yang pasti bisa nemenin kamu sambil nunggu update-an SAUF, hehe.

♥♥♥

Aku tertarik padamu. Mungkin ini salah karena bisa dibilang baru kemarin kita bertemu. Tetapi, apakah salah jika rasa ini memang tertuju padamu? Bukankah cinta itu anugerah dari Tuhan?

🥋🥋🥋


KAFKA mengatakan jika waktu latihan sudah habis. Azzam ikut menoleh pada sahabatnya itu. Ia menghembuskan napas, lalu memilih duduk di bangku tribun tempat para senior beristirahat. Sodoran air mineral dari Kafka diterimanya. Sahabatnya itu memang sangat perhatian. Azzam mengucapkan kata terima kasih. Lalu, meminum air mineral itu perlahan demi perlahan.

"Tadi gue lihat lo ngobrol sama cewek, Az. Siapa?" Kafka bertanya, matanya menatap mata Azzam dengan arti selidik.

Azzam mengerutkan dahi. "Siapa? Indira maksud lo?"

"Mungkin, yang anak baru itu. Gue nggak tahu namanya."

"Cuma nanya kayak biasa aja. Kenapa?" Azzam balik menatap Kafka. Sahabatnya itu menggelengkan kepala. "Gue lihat saat lo natap dia itu beda."

Lalu, Azzam tergelak akibat ucapan Kafka. Ia melempar air mineral yang langsung diterima Kafka dengan sigap. "Biasa aja kali. Jangan suudzhon begitu. Nggak baik. Nanti jatuhnya fitnah."

"Ya-ya. Mungkin cuma perasaan gue aja." Kafka lalu membuka ponselnya, entah menghubungi siapa. Mungkin Ibunya. Karena laki-laki segera berpamitan pada Azzam untuk pulang. Azzam mengangguk, mengucapkan hati-hati padanya.

Kepergian Kafka membuat Azzam menoleh pada bangku tribun di seberangnya. Para junior tengah beristirahat. Ada yang masih minum, makan, sampai menjulurkan kaki karena pegal. Termasuk, Indira.

"Aduh, Al! Yang bener dong mijitnya! Payah, nih." celetukan gemas Indira yang memarahi Alma karena cewek itu tak pandai memijit. Azzam menggelengkan kepala melihat tingkah dua juniornya itu.

"Woi, bro! Gue cariin juga. Lama banget sih, elah. Gue jamuran kali nunggu di mobil." Fatih datang dengan wajah merah padam, mungkin menahan marah karena sudah dibuat menunggu lama oleh Azzam. Sepupunya itu benar-benar keterlaluan. Azzam melupakan janji mereka yang seharusnya laki-laki itu datangi 10 menit yang lalu.

"Gue baru selesai latihan ini," jawab Azzam santai. Azzam menunjukkan tegi'-nya yang kotor meski ia tak latihan di lapangan terbuka. "Gue harus ganti dulu. Lo jangan marah-marah begitu ah. Nggak baik begitu. Gue bilangin Bunda mau?"

"Dih, ngadu!" Fatih mengumpat ketika Azzam malah merangkulnya. "Gila! Bau banget lo! Mandi sana! Gue nggak mau ya main sama lo kalau lo bau begitu!"

Selesai memarahi Azzam dan mengumpat sekali lagi, Fatih pergi meninggalkan Azzam. Entah kemana perginya, yang pasti sepupunya itu tidak akan pulang sebelum mereka menjalani misi rahasia seperti biasanya.

Azzam pun segera menuju kamar mandi guna membersihkan diri. Ia akan mengganti tegi'-nya dengan kaus putih polos yang ia bawa sebagai baju ganti. Setelah itu, ia akan melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim, yakni melaksanakan shalat ashar di mushola kampus yang letaknya di perbatasan Fakultas Sastra Jepang dan lobi.

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang