Chapter 35 | Suasana Desa

16.6K 2K 424
                                    

ALHAMDULILLAH BERSYUKUR. SAUF 100K READERS 😊😍🔥. KIRA-KIRA BISA NEMBUS KAYAK ABI / ABANG RAI NGGAK YAAAA?

FIX, KALAU RAJIN UPDATE GINI BULAN APRIL BISA SELESAI. AAMIIN ☺.

Minta 300 komentar boleh? 😊

Kemari, akan Ar tunjukkan sedikit tentang kampung halaman Ar :)

***

Pada dasarnya manusia selalu diberi kemudahan. Hanya saja, manusia cenderung kurang bersyukur dengan apa yang mereka punya. Mereka akan sadar, jika maut sebenarnya sudah mengincar. Jangan sombong, manusia terbuat dari tanah. Dan akan kembali ke tanah.

🥋🥋🥋

MEREKA bertiga sampai di Purworejo, Jawa Tengah.

Karena merasa lapar, mereka memutuskan untuk makan sebentar di warteg tak jauh dari Stasiun. Mereka kehabisan bekal dan minum. Indira memesan teh hangat dan juga nasi berlauk ayam goreng. Memakannya lahap dengan membeli dari uang yang diberikan Indra.

Indira sudah mengabari Indra jika ia sudah sampai. Sekitar satu jam lagi, mereka akan sampai di kediaman Alma. Alma yang mengatakannya sendiri dan sekarang mereka sedang menunggu mobil jemputan. Pamannya Alma yang akan menjemput.

"Alhamdulillah, kenyang." Alma meminum segelas air putihnya. Mengusap perutnya yang semakin buncit saja akibat terlalu banyak makan tanpa diimbangi olahraga. Tari sebenarnya sudah memarahinya karena ia sangat tidak suka berolahraga. Meskipun gendut, setidaknya Alma harus sehat. Jangan biarkan lemak dan minyak menumpuk di dalam tubuh atau akan berakibat fatal.

Indira pun tak kalah melarang. Gadis itu sudah menawarinya produk-produk minuman untuk mengecilkan lingkar perut dan berat badan. Namun, namanya juga Alma, sudah kecanduan makanan. Mulutnya seolah diciptakan untuk selalu mengunyah.

Tapi, syukurlah. Mulutnya tidak digunakan untuk membicarakan orang lain/ghibah.

"Pamanku udah sampai depan. Ayo kita ke depan. Mobilnya nggak bisa masuk karena antrian penuh," ucap Alma membuat Indira dan Tari mengangguk. Ketiganya berjalan keluar stasiun dengan membawa tas ransel masing-masing.

"Lek Ahmad yo sing jemput, Al?" tanya Tari.

*Paman Ahmad ya yang jemput, Al?

Alma mengangguk. "Yo, Lek Ari agi sibuk ngurus konter anyare. Mengko nek arep mampir disit. Ngisi pulsa. Agi promo jerene."

*Ya. Paman Ari lagi sibuk ngurus konter barunya. Nanti kalau mau mampir dulu. Ngisi pulsa. Lagi promo katanya.

Indira yang tidak tahu bahasa mereka berdua hanya diam saja. Matanya menjelajah kampung halaman Alma. Rasanya adem meski banyak kendaraan. Mungkin karena masih banyak pepohonan yang dibiarkan hijau di sepanjang jalan. Juga tanah yang dibiarkan tersisa dari perbaikan jalan hingga rasanya tak terlalu panas saat siang hari seperti ini.

"Sing temenan koe, Al? Wah, arep mampir aku. Ngisi paketan, wis entek paketku," ucap Tari menunjuk ponsel yang dia genggam.

*Yang bener kamu, Al? Wah, mau mampir aku. Ngisi paketan, sudah habis paketku.

"Temenan atu. Mengko mampir yo."

*Beneran atu. Nanti mampir ya.

[NUG's 3✔] SENPAI, Ana Uhibbuka FILLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang