8

38 10 0
                                    

Rose, masih berada dirumah sakit sejak pagi tadi. Dan malam ini, pukul delapan harusnya shiftnya sudah selesai. Namun, karna siang tadi Heo jihoon—korban kecelakaan—yang selesai dioprasi, masih harus tetap diawasi jadi tim 3 tidur dirumah sakit.

"Perutmu tidak sakit? Kau makan banyak bubuk cabai tadi "ucap june begitu melihat rose kembali keruangannya, setelah selesai mandi dan sudah mengganti pakaiannya dengan celana kain hitam sebatas mata kaki, dengan kaos biru berlengan pendek, gadis itu juga sudah mengganti high heelsnya dengan sendal karet yang nyaman.

"Anniyo, aku sudah minum obat. Aku ingin tidur sebentar diruangan sebelah."ucap Rose, pada june—satu satunya orang diruangan itu karna jongsuk pergi mandi, sedangkan yoon dan yunghyeong makan malam.

Rose melangkahkan kakinya keruangaan rawat inap, yang tidak terpakai. Ruangan itu memang sengaja dikosongkan dan hanya di isi 2 ranjang, untuk dokter atau perawat yang tidak pulang kerumah. Kebetulan Saat itu, Ada sungkyung disana. Jadi rose tidak tidur sendirian.

"Tim2 dapat shift malam? "Tanya rose begitu memasuki ruangan itu, lalu duduk di ranjang dan memasang selimutnya sendiri.

"Hm, jam 5 sore tadi, sampai jam lima pagi nanti. Kau tidak pulang? Bukankah shiftmu hari ini sudah selesai? "

"Ada kecelakaan siang tadi,timku yang menanganinya. Seorang pria mengalami pendarahan dikepalanya, kami tadi melakukan oprasi. Tapi jongsuk oppa bilang…kalau pendarahannya terlalu parah. Dia hanya bisa bertahan sebentar."

"Jadi timmu yang bertanggung jawab dalam kecelakaan itu? "Tanya sungkyung membuat rose mengagguk.

"Eonni, aku ingin bertanya tapi jangan tersinggung"

"Ya, aku tau apa yang akan kau tanyakan. 'Eonni, bagaimana satu tim dengan mantan pacarmu? ' iyakan? Heol…aku sudah menduga itu"ucap sungkyung membuat rose terkekeh lalu mengaggukan kepalanya. "Aku baik baik saja sungguh, kami tetap berteman. Dia tetap memarahiku kalau melakukan kesalahan. Dia benar benar profesional saat bekerja."

Mereka terus bercerita, tanpa sadar sudah larut malam. Rose berniat tidur, walaupun belum mengantuk. Tapi,lagi lagi gadis 27 tahun itu tidak bisa tidur karna tiba tiba yunghyeong memanggilnya mengatakan kalau keadaan Heo jihoon semakin buruk. Buru buru rose mengambil jas putihnya dan bergegas menyusul teman temannya keruang perawatan.

"Oppa bagaimana ini, jantungnya sangat lemah"ucap rose namun tidak sampai satu menit gadis itu mengatakan, suara nyaring terdengar menusuk telinganya. June segera memasang alat pengejut jantung. Lalu memberikannya pada jongsuk.

Satu kali...

Dua kali...

Tiga kali…

Pria itu kehilangan nyawanya. Jongsuk terus mencoba, tapi tetap gagal. Heo jihoon, 01.19 KST meninggal.

Tim3 merasa buruk disana. Rasanya lidah mereka kelu, mengatakan pada anggota keluarga, Heo jihoon. Bahwa Heo jihoon sudah tiada. Memang bukan sekali dua kali mereka melihat orang mati. Tempat itu—Rumah sakit—sudah biasa dengan mayat. Namun entah kenapa malam ini, Tim 3 merasa sangat buruk hanya karna orang mati.

Jongsuk dan keempat anak buahnya kembali keruangan mereka. Hanya suara nafas yang ada diruangan itu. Semuanya lelah, mereka merasa buruk menjadi dokter. Tidak ada yang menangis disana, tapi mereka sama sama tahu saat ini mereka sama sama merasa buruk.

Kini, june tau apa yang dikatakan rose ada benarnya. Ketakutan terbesar adalah gagal. Gagal menjadi, dokter, ketika gagal menyelamatkan nyawa orang lain, ketika gagak diberi tanggung jawab. Dan sekarang pria itu gagal, pria dan timnya gagal menyelamatkan pasien itu.

Dan kini, Rose mengalami kegagalannya. Begitupun dengan yunghyeong, yoon dan ketua tim, lee jongsuk.

Yang dibutuhkan mereka sekarang hanyalah ketenangan, dan Rose bisa mendapatkan ketenangan itu dari gray. Beberapa kali rose menghubungi gray tapi tidak diangkat. Rose menyerah gadis itu sekarang menangis, terisak membuat keempat pria diruangan yang sama juga menangis melihat rose.

Kecewa, marah, lelah, putus asa ada didalam mata mereka. June yang pertama sadar. Pria itu memeluk Rose, dengan sebelah tangganya kemudian diikuti Yoon yang menepuk pelan punggung rose. Mereka sama sama saling menguatkan.

"Oppa kita sudah melakukan hal yang terbaikkan?! Katakan 'iya' kalau kita sudah melakukan yang terbaik oppa! "Teriak rose sembari melihat jongsuk didepannya dengan tangisannya, yang membuatnya terlihat putus asa sekaligus, menyedihkan.

"Kalian, dan kita sudah melakukan yang terbaik untuk mereka"jongsuk mengatakannya dengan nada bergetar, pandangannya sudah tidak bisa diartikan lagi, antara marah, kecewa, putus asa, lelah dan ingin menguatkan.

HappenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang