25

46 5 0
                                    

Setelah malam itu, para anggota tim 3 dan para anggota tim lainnya yang bekerja di shift malam, libur.

Lagi lagi, Rose dan June. Berada di apartement yang sama, diruangan yang sama. Rose sibuk dengan ponselnya karna dokter Jung jaewon, baru saja, menelponnya.

"Aku baru tau kalau Somi adalah adik dari Jeon Jungkook, BTS. Kudengar, belum lama ini ibunya meninggal karna serangan jantung. Ayahnya terlambat datang dan ibunya sudah terlanjur meninggal. Dan parahnya, kakaknya itu, tidak datang sewaktu pemakaman karna harus konser di Singapura. Ketika Jungkook akan pulang, pesawatnya delay, 1 jam padahal ibunya sudah akan dimakamkan. Dokter Lee bilang, Jeon Somi marah pada kakaknya, karna tidak datang pada saat ibunya akan dimakamkan" begitu kata Jaewon yang tidak menangani kasus Jeon Somi, tapi tahu dari teman psikiater lainnya, Dokter Lee Taeyong.

"Apa Jeon Somi bisa diajak bicara besok? Aku ingin bicara padanya. Kurasa aku sangat tau dia seperti apa sekarang" ucap Rose sebelum menutup panggilannya.

Rose kembali duduk di ruang tengah dengan tv yang menayangkan sebuah drama. Tapi, June yang menyalakan tv nya, sama sekali tidak melihat layar didepannya itu. Pria itu berpura pura sibuk dengan layar ponselnya.

"Kenapa?" tanya June yang menyadari Rose sudah duduk sembari menatap kosong meja didepannya. Benar benar canggung, karna ada seorang perempuan selain kakaknya yang datang.

"Jeon Somi. Aku pikir dia sama sepertiku, tapi nyatanya kami tidak sama"

"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu?"

"Dulu, appaku membangun sebuah Rumah sakit di Busan. Ya… walaupun sekarang masih ada. Appa adalah ayah yang super sibuk, apalagi menyangkut bisnis di Rumah sakitnya" ucap Rose lalu melirik ponselnya yang bergetar.

"Apa mungkin Rumah sakit yang kau ceritakan itu tempatku bekerja- "

"Mungkin saja. Rumah sakit itu berada didepan salon kecantikan terkenal"

"Ah ya… CEO Rumah sakit itu memang seorang wanita. Kata para dokter disana juga, bilang kalau pemilik aslinya di Australia"

"Hm itu benar. Bisakah aku melanjutkan ceritaku? "

"Maaf aku memotongmu. Aku tidak akan komentar sampai kau menyelesaikan ceritamu"

"Baguslah. Waktu itu ibuku sakit, dan eonniku menelpon appa untuk, membawanya kerumah sakit. Tapi appa, harus melakukan oprasi darurat padahal eommaku juga kesakitan waktu itu. Lalu eommaku sesak napas, dan akhirnya tidak bisa bernapas setelah beberapa jam bertahan. Lalu appaku datang dan semuanya terlambat. Dan kupikir appa lebih menyayangi oranglain dari keluarganya. Waktu itu aku hampir membenci appa- ah anniyo aku memang  membencinya karna setelah kematian eomma, aku lulus dari sekolah menengah dan appa memaksaku masuk ke fakultas kedokteran. Lalu di semester kedua aku masuk di fakultas bisnis" ucapnya lalu menghela nafasnya.

"Lalu setelah kejadian itu, appa tidak pernah pulang dari rumah sakit. Kupikir, rumahnya benar benar ada dirumah sakit. Jadi aku hanya tinggal dirumah berdua dengan eonniku. Sampai kurang lebih 8 bulan, appa tidak pulang, ternyata appa pulang kerumah orangtuanya satu minggu sebelum ia kembali lagi kerumah, dan ketika appa pulang dia membawa seorang gadis yang ternyata adalah calon ibu baruku. Lalu mereka tinggal di Australia. Dan rumah sakit itu, diwariskan padaku dan eonniku. Tapi aku tidak mau, jadi aku memberikan rumah sakit itu pada eonniku seutuhnya. Aku tidak ingin mengambil bagian apapun, walaupun eonniku juga tidak mau."

"Kau tidak ikut appamu?" tanya June lalu memberikan sebotol air mineral yang baru saja diambil dari kulkas.

"Awalnya appa mengajaku- ah, intinya aku tidak ingin ikut dengan ibu baruku. Aku sudah dewasa dan aku bisa hidup sendiri." ucapnya lalu meninggalkan June sendirian diruang tengah. Gadis itu masuk kekamarnya karna terasa sangat sesak ketika memikirkan masalalu.

HappenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang