21

38 5 0
                                    

"Hh…lelahnyaa…" keluh Rose begitu masuk ke apartement June, dan duduk di sofa panjang ruangan itu. Gadis itu tidak jadi tidur di Sauna karna June menawarinya untuk tidur dirumahnya. "Ini sama saja aku pulang kerumahku. Hanya saja aku tidur dirumah tetanggaku, "celetuk Rose kemudian bangkit dari tidurnya lalu kedapur mengikuti June.

June memang tinggal di apartement yang sama dengan Rose. June dilantai 9 dan Rose dilantai 7, tapi seingatnya mereka tidak pernah bertemu, bahkan diparkiran sekalipun. Mereka juga sama sama tidak tau kalau sebenarnya mereka bertetangga.

"Aku tidak pernah bertemu denganmu. Aku sudah tinggal setahun disini" Ucap june membuat Rose diam sejenak, berpikir.

"Aku baru 8 bulan sebenarnya hehe. Bukankah kau pindahan dari Busan? Lalu kenapa kau, ada disini "

"Hanya busan. Itu dekat, ini bukan seoul dengan jeju. Naik mobil, atau naik kereta saja sudah sampai. Ya…walaupun melelahkan." ucap June lalu memberikan secangkir teh hangat untuk Rose.

Gadis itu menghabiskannya lalu pergi mandi, begitu June menunjukan kamar tamunya. Butuh waktu 20 menit Rose berendam dikamar mandi, gadis itu memikirkan kejadian siang tadi dan ucapan wanita paruh baya ditaman tadi.

Apakah dirinya benar benar harus melupakan Gray? Lalu bagaimana kenangan yang mereka buat satu setengah tahun lalu? Apa harus mencari orang baru. Lalu bagaimana? Orang baru hanya akan tersakiti, Rose tidak mungkin berpura pura menyukai pria lain untuk melupakan Gray. Semuanya hanya akan seperti Roda yang berputar diatas pisau. Itu sama saja saling menyakiti. Rose lelah.

Gadis itu keluar kamarnya,  lalu menghampiri june dan duduk didekatnya. Gadis itu juga sudah mengganti pakaiannya dengan kemeja oversize milik june dan celana olahraga yang juga milik june.

"Apa kau lelah? Ayo melakukan sesuatu? Aku sedang ingin bersenang senang" tawar Rose pada June yang sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. June sudah mandi, dan mengganti pakaiannya dengan kaos hitam dengan celana olahraga.

"Huh, kau tidak lelah? Bukankah kakimu sedikit terluka tadi? " balas june yang sedikit terkejut karna ajakan Rose.

"Anniyo…apa kau lelah? Aku belum mengantuk… ingin melakukan sesuatu."ucapnya lagi, membuat June menaikan sebelah alisnya. June kemudian bagun dari duduknya dan mengajak Rose masuk kedalam kamarnya. "Woh aku baru tau kalau kamarmu sebesar ini. Pintu apa itu- daebak… kau punya ini. Astaga aku mau melakukannya! "Seru Rose yang saat ini malah seperti anak kecil, membuat June terlekeh.

Apartement June, sebenarnya mempunyai 4 kamar, tapi satu kamar lagi sedikit direnovasi untuk dijadikan tempat bermainnya. Disana sudah ada mesin pencapit boneka, dan beberapa playstation. Lalu satu kamar digunakan untuk kamar tamu dan satu kamar lagi digunakan untuk Ruangan kerjanya.

Rose menghampiri mesin pencapit itu, dengan sedikit berlari kecil dan langsung bermain. "Woah ini tidak memakai koin. Apa kau pernah mendapatkan bonekanya? Darimana kau mendapat semua boneka ini? Aku selalu bermain ini dengan Lisa setiap kali kami berbelanja bersama di supermarket. Lisa benar benar sudah profesional. Setiap boneka yang lisa dapat…pasti diberikan pada anak anak yang mengantri dibelakangnya. Lisa dermawan kan? Hehe, kadang aku iri dengan anak anak…itu-oh shit!" oceh Rose tanpa mengalihkan tatapannya dari mesin pencapit itu, lalu mengumpat saat bonekanya jatuh.

"Anniyo aku tidak pernah dapat bonekanya, aku jarang memainkannya. Noonaku yang sering memainkannya. Apa kau tidak dermawan seperti lisa? Ah…pasti kau mengusir anak anak itu, dan bermain sendiri tapi.tidak pernah dapat. Haha, payah" ledek June sembari terkekeh melihat tingkah Rose yang kekanak kanakan.

"Tsk…enak saja! Aku pernah dapat tapi satu. Itupun lisa yang sedikit membantuku."

"Walaupun aku pemula, aku bisa membantumu. Mau kubantu? "Tawar June dengan wajah meledeknya membuat Rose kembali berpikir pikir lagi, sebelum akhirnya mengagguk dan mengikuti arahan June. Tapi ternyata pria itu hanya berniat menjahilinya membuat Rose kesal.

Mereka bermain hingga waktu menunjukan pukul 2 pagi. Keduanya sama sama lelah, tapi tawa mereka tidak berhenti. Memang, setelah mereka bermain di mesin pencapit, Rose menyerah lalu melihat monopoli milik June dan mengajaknya bermain. Hanya 40 menit karna Rose kalah dan terus merengek pada June untuk memberinya uang. Mereka bermain sampai akhirnya lelah dan tertidur.

Mereka baru bagun begitu begitu jam menunjukan 8 pagi. Rose yang pertama bangun dan langsung berteriak karna mereka harus bekerja, parahnya mereka terlambat dan harus buru buru. Bangun dengan terkejut membuat keduanya pusing dan tidak ada yang mau mengalah untuk menyetir.

"Ya! Kau yang menyetir! "Seru Rose Begitu June duduk jok belakang sedangkan Rose berada di Jok depan.

"Ck…bisakah hari ini kau yang menyetir? Kepalaku sakit karna kau berteriak aku hanya bersiap selama- astaga ayo berangkat kita sudah terlambat 20 menit! Jongsuk hyung pasti akan-"

"Diamlah! Kalau ingin aku yang menyetir, duduk didepan! Aku bukan supirmu! "Balas Rose memotong ucapan June yang mau tidak mau harus menyetir untuk pria itu.

Rose langsung menyetir mobilnya, cukup cepat sampai June berteriak memprotes Rose agar mengemudikan mobilnya dengan pelan. "Ya! Kau mau mati hah?!  Kalau kau ingin mati, jangan melibatkan orang tidak bersalah sepertiku. Biar aku gantikan"ucap June yang merasa kesal pada Rose. Tapi gadis itu tetap tidak peduli dengan June.

"Ya! Sudah bagus aku menyetir untukmu. Kau yang menyuruhku tadi tidak-"

"Kau yang membuatku tidak bisa menyetir! Kau yang membuatku harus bermain denganmu, sampai aku terlambat bangun, dan sekarang apa aku harus dihukum juga? Oh ayolah jangan konyol-"

"Siapa suruh kau menyetujuinya. Sudah sampai~ silahkan turun Dokter Koo" ucap Rose memotong ucapan June begitu mobilnya sampai didepan Rumah Sakit. "Bilang pada timjjangnim aku cuti hari ini. Aku akan menghubungi Ketua Dokter utama nanti! Aku pinjam mobilmu. Bye~~"seru Rose pada June begitu Pria itu turun dari mobilnya lalu pergi dengan sangat tidak sopan membuat June mengumpat, lalu berlari menuju ruangan tim 3.

HappenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang