19.

36 5 0
                                    

"Oppa! "Seru Rose sembari merangkul Jongsuk dan June yang sedang berjalan bersama.

"Ya! Suaramu akan mengaggu orang orang. 2 menit lagi jam kerja kita bisakah kau memanggilku Timjjangnim?" Protes Jongsuk sembari menurunkan lengan gadis itu dari lehernya, membuat Rose mengerucutkan bibirnya. Gadis itu malah menggandeng lengan jongsuk disebelah kirinya dan lengan june disebelah kanannya.

"Moodmu sedang baik eoh? Dimana jasmu?"Tanya Jongsuk sembari mengacak rambut Rose dengan sebelah tangannya yang bebas.

"Tentu saja. Ah, aku tidak bekerja hari ini ya ya ya. Ini jadwalku untuk rapat di AOMG," ucap Rose dengan senyuman yang tidak bisa di hilangkan dari wajahnya.

"Harus pagi ini?" tanya June, yang merasa semalam Rose tidak mengatakan apapun tentang rapat itu.

"Tidak juga, sebenarnya siang ini. Tapi aku ingin bertemu dengan eonniku dulu."

"Kau hanya akan memakai itu?" Tanya June yang mengamati Rose dari ujung kepala hingga ujung kaki. Gadis itu memang hanya memakai Kemeja putih panjang dengan rok jeans navy sebatas pahanya. "Kau sama sekali tidak seperti gadis yang punya banyak saham dan ambisius. Terlihat seperti…anak sekolahan- aw Ya! " komentar June, tapi Rose segera memukul kepalanya membuat pria itu mengaduh kesakitan.

"Ya! Pergilah kalau ingin pergi! Tidak perlu memukuli orang seperti itu"

"Arraseo arraseo… aku mau naik taxi saja.  Nanti aku akan menelpon salah satu dari kalian, dan harus menjemputku. Kalau aku menlepon June, June harus menjemputku, oke?! Aku tidak ingin oranglain yang menjemputku, dan aku pergi dulu byee~~" ucap Rose tanpa memberi celah keduanya untuk protes, lalu segera pergi.

"Hh…kenapa harus aku" keluh June,

"Aku tidak bilang kalau kau yang harus menjemputku! Aku bilang, kalau aku akan menelpon salah satu dari kalian aku bisa menelpon Jongsuk oppa atau yang lainnya!" balas Rose yang masih bisa mendengar keluhan June, membuat Jongsuk tertawa.

~•~

Rose melangkahkan kakinya menuju apartement berlantai 30. Kakinya membawanya ke lantai 7 tempat dimana apartemennya akan disewakan. Rose masuk begitu saja dan mendapati Alice park—kakaknya—dan pacarnya sedang bermesraan sembari menonton film diruang tengah. Gadis itu mendengus kesal lalu duduk ditengah keduanya.

"Ya!" Seru Alice terkejut karna adiknya yang tiba tiba duduk diantara dirinya dan kekasihnya tentunya.

"Jangan buat apartementku menjadi kotor karna ulah kalian. Aku ingin menyewakannya. Jadi bagaimana?" Tanya Rose tanpa peduli dua orang disamping kanan kirinya merasa kesal.

"Sudah, Yejin temanku yang akan menyewanya. Bagaimana dengan harganya? Beri dia diskon, dia temanku. Yejin ingin membayar pertahun, bagaimana? "

"Bagus. Beri dia diskon 30% saja? Apa dia Im Yeajin eonni? Model itu?"Tanya Rose lalu bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju dapur dan nengambil sebotol air mineral.

"Baiklah tidak masalah. Bagaimana dengan bayaranku? Memangnya kenapa kalau Im Yeajin yang itu"

"Tidak apa apa aku hanya bertanya. Kau masih menginginkan uang itu, eonni? Kupikir kau sudah cukup kaya karna uang dari warisan appa" ledek Rose, membuat Alice langsung melemparkan bantal sofa pada adiknya itu.

"Ya! Kau yang membuatku harus sendirian mengurus warisan sialan itu! Kenapa kau membuatku harus mengurus rumah sakit milik appa hah?! Kenapa kau tidak bekerja disana dan malah melarikan diri. Sialan! " maki Alice seakan tidak ingat ada kekasihnya yang sedang menonton kelakukan kakak beradik itu. "Menjadi pemilik rumah sakit benar benar membuatku pusing! "

"Haha, kukira eonni hanya menerima dan memberi uang saja" ledek Rose membuat Alice benar benar ingin melenyapkan adiknya sekarang juga.

Setelah pertemuan Rose dengan kakaknya, Rose langsung pergi ke agensi. Kakinya membawanya keruang rapat agensi itu. Rose bersyukur Gray tidak menemuinya seperti biasanya—walaupun tetap ada sebuah sisi kecil hatinya sangat menginginkannya.

"Annyeonghaseyo, maaf aku terlambat…"ucap gadis itu lalu duduk disalah satu kursi kosong disana.

Rapat itu dimulai. Hingga jam menunjukan pukul 2 siang, akhirnya rapat selesai. Para pemegang saham awalnya akan makan siang bersama namun Rose menolaknya. Gadis itu memilih untuk langsung pergi kerumah sakit, mungkin?

Rose membeku begitu melihat dua orang memasuki lift bersamanya dan beberapa staff diagensi itu—Gray dan Chaeerin. Gadis itu berpikir bahwa Gray memang benar benar selingkuh dibelakangnya, sebelum meniduri Chaeerin. Buktinya, Chaeerin sekarang berada diagensi ini, dan terus menempel pada Gray membuat pria itu sedikit risih. Keduanya masih tidak menyadari kehadiran Rose.

Hingga pintu lift terbuka dan Woo Wonjae menyapanya. Membuat Chaeerin yang tadinya akan mengatakan sesuatu, menjadi diam menelan kembali kata katanya.

Dalam hati, Rose merutuki Wonjae yang memanggilnya. Pria itu terlihat terengah, keringat bercucuran dari pelipisnya, dengan tangan kanannya yang terulur memberikan benda persegi milik Rose.

"Ah, ponselku. Trimakasih wonjae-ssi" ucap Rose dengan senyuman tipis diwajahnya dan Wonjae hanya mengacungkan jempolnya. Gadis itu  lalu melangkahkan kakinya, namun terhenti begitu Gray menahan tangannya.

"Kau datang kemari? Kenapa tidak menghubungiku? "Tanyanya membuat Rose mengerutkan keningnya. Untuk apa menghubunginya? Apa pria didepannya lupa kalau mereka sudah putus? Rose benar benar tidak habis pikir.

"Untuk apa dia menghubungimu oppa, kalian sudah putus." ucap Chaeerin sembari melepaskan tangan Gray dari Rose. Ucapannya membuat Rose tidak harus repot repot membalas ucapan Gray. Sesak, sangat sesak sampai rasanya tidak bisa berkata apapun, lalu pergi meninggalkan keduanya yang kembali bertengkar. Samar samar Rose bisa mendengarnya.

"Ya! Biarkan aku bicara dengannya!

"Apa yang akan kau bicarakan dengannya oppa?!"

"Pergi dan jangan kembali dihadapanku, gadis sialan! "

"Ya! Kenapa kau sangat kasar dia sudah pergi jangan mengejarnya. Aku mencintaimu, jangan berkencan dengannya lagi! "

Kecewa? Rose merasakan itu tentunya. Pria itu sama sekali tidak mengejarnya. Niat untuk kembali kerumah sakit dan tidak jadi cuti, sepertinya harus diurungkan. Moodnya jatuh kedasar.

HappenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang