26

55 5 0
                                    

"Kupikir kau memang harus bicara pada Jeon Somi" komentar June siang itu setelah siang itu, Rose, June dan Jaewon makan siang berasama setelah bekerja beberapa jam yang lalu.

"Kenapa harus Rose? Dia bukan-"

"Aku juga berpikir begitu" potong Rose sebelum Jaewon menyelesaikan kata katanya. "Kurasa aku akan mencoba berteman dengannya, dan bicara padanya baik baik- aku merasa… dia sepertiku. Tsk…Intinya aku akan bicara dengannya"

"Dia hanya akan memberontak, dia tidak ingin bicara"

"Dia butuh teman untuk bicara. Dan aku akan menjadi temannya. Apa keluarganya tidak ada yang datang sejauh ini?"

"Ck terserah padamu Rose. Jeon Jungkook, setiap hari selasa datang"

Setelah makan siang dengan Jeon Somi yang menjadi topiknya, akhirnya Rose datang keruang rawat Jeon Somi. Tapi betapa terkejutnya ia ketika melihat Somi duduk dan menekuk lututnya dan menangis tanpa suara, tangannya bergetar membawa pisau bedah, dan bersiap memotong urat nadinya.

"Ya!" teriak Rose kemudian merebut pisau itu sebelum Somi benar benar memotong nadinya. Rose melempar asal pisau itu, kemudian melihat Somi yang semakin menangis karna terkejut dan juga karna tidak sanggup untuk mengakhiri hidupnya sendiri. "Apa yang akan kau lakukan hah?! Bunuh diri?! Seberat apa hidupmu sampai kau akan bunuh diri?! Bunuh diri saja di tengah rel kereta atau menunggu mobil menabrakmu! Kau akan cepat mati-"

"Diam!!!" jerit Somi membuat perawat yang berada diluar mengintip dari celah pintu transparan itu. Tidak ada yang berani mendekati ruangan itu, padahal Rose berdiri dan Somi duduk dilantai dengan airmata yang terus mengalir dipipinya. Luka luka di bagian tubuhnya juga belum kering membuatnya terlihat menyedihkan "Kau tidak tau seberat apa hidupku! Jangan urusi urusanku dan pergi lakukan tugasmu! Siapa kau?! Kau tidak tau seberat apa hidupku?! "

"Lalu apa kau tau seberat apa hidupku? Tidak kan? Tidak ada yang tau seberat apa hidup orang satu sama lain. Kau tidak mengerti bagaimana hidupku lalu kenapa aku harus tau hidupnmu?" ucap Rose sinis lalu duduk diranjang single itu, kemudian melirik perawat yang masih berada ditempatnya menyuruhnya pergi.

"Somi-ya… Aku tau apa yang terjadi padamu. Aku tau perasaanmu tapi kasus kita berbeda, aku pernah-"

"Kau! Sama sekali tidak mengerti!" potong Somi dengan nafas memburu lalu bangkit dari duduknya dan berbaring diranjang begitu Rose memilih duduk di sofa ruangan itu.

"Aku memang tidak mengerti apa yang terjadi padamu. Tapi, seberat apa masalahmu, kau tidak perlu yang namanya bunuh diri. Jangan lakukan hal yang sia sia. Tidak ada yang berubah kalau kau bunuh diri. Bicarakan pada orang yang membuatmu nyaman. Oppamu mungkin-"

"Dia tidak peduli padaku!"

"Cobalah, oppamu mungkin akan mendengarkan keluhanmu. Jangan melihat apapun dari sisimu- dari dirimu sendiri. Semuanya akan berbeda kalau kau melihat keseluruhannya"

"Aku pernah berpikir begitu. Tapi itu sangat berat untuku" ucapnya, tapi kali ini sedikit melemah. "Setelah oppaku terkenal. Semuanya seperti…berbeda. Eomma, appa, dan saudara saudaraku lebih menyukai Jungkook oppa. Aku seperti diperlakukan berbeda. Eommaku sakit, dan aku yang terus berada disisinya. Apa kau tau ketika eomma bangun? Kupikir eomma akan mencariku dan menciumku, tapi eomma mencari oppa. Dan oppa tidak ada disana. Aku mencoba menghubunginya setiap hari, dan oppaku hanya bilang 'Aku akan pulang besok' tapi kapan? Oppa tidak pernah pulang. Sampai dimana hari terakhir eomma dan oppaku tudak juga pulang. Dipemakaman pun oppaku tidak juga pulang." ucapnya lalu menghela nafasnya. Gadis itu mulai menangis lagi.

"Tidak ada pemberitaan dari media yang memberi tau kalau ibu dari seorang Jeon Jungkook BTS berpulang-" gadis itu menangis tanpa suara, dan Rose memeluknya.

"Semua akan berbeda kalau kau mendengarkannya. Katakan apa yang ada dalam hatimu pada oppamu, dan suruh oppamu untuk mengatakan apa yang ada dalam hatinya. Kau bisa memperbaiki semuanya," ucap Rose kemudian beranjak pergi setelah memeluk Somi dan memberinya tepukan singkat.

Namun begitu Rose hendak membuka pintu Somi memanggilnya, "Dokter Park, Trimakasih" ucapnya kemudian tersenyum. Sangat tulus namun terlihat menyedihkan dimata Rose.

HappenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang