12

36 6 0
                                    

Gray bangun dan mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya. Kepalanya pusing, pria itu masih distudionya, dan beberapa botol minuman terbuka berada disana. Pria itu memijat kepalanya sendiri, berusaha mengingat apa yang terjadi.

Dan ya, begitu melihat ponselnya pria itu merutuki kebodohannya. Pria itu sadar bahwa ia sudah mengatakan semuanya pada Rose, kekasihnya—ah, atau sekarang, mantan kekasih?. Gray benar benar berharap semalam, ia hanya membual. Pria itu menyemprotoan parfum ketubuhnya untuk menyamarkan bau alkohol, lalu meraih kunci mobilnya dan jaketnya. Kemudian pergi kerumah sakit—lagi.

"Rose "lirih gray begitu melihat, Rose dan kedua teman prianya—seungyoon dan June. "Rose, aku perlu bicara denganmu"ucap gray lalu meraih tangan rose. Gadis itu sedikit tersentak, dan 2 pria lainnya juga merasa terkejut.

"Rose- Ah…maksudku dokter park. Sepertinya kami akan pergi dulu, kau bisa menyusul secepatnya nanti"ucap seungyoon,lalu berjalan dengan june, meninggalkan gray dan rose disana.

"Rose bisakah kita-"

"Maaf oppa, tapi ini masih jam kerjaku. Aku sibuk, karna masih banyak pasien yang harus ku urus"ucap rose lalu pergi, tanpa memberi celah pria itu, menyela ucapannya. Gadis itu menekan kuat kuat sesak dalam dadanya, walaupun tidak separah semalam.

"Rose aku minta maaf, "ucap gray, sekali lagi meraih tangan gadis itu.

Rose memejamkan matanya sebentar lalu membukanya kembali, "Maaf tuan Lee sunghwa, sepertinya anda harus belajar tata krama. Ini rumah sakit, banyak orang dan semua orang bisa mendengar ucapan anda. Bukankah ini masih terlalu pagi untuk bicara tidak sopan? Aku sudah bilang, aku sibuk. Ini masih jam kerjaku. Banyak yang harus kukerjakan, permisi"ucap rose sembari menekan kata lee sungwa, anda, dan permisi. Gadis itu, mungkin akan langsung mengusir gray, kalau dirinya tidak sadar sekarang ini masih berada dirumah sakit.

"Shit!"umpat gray sembari menjambak rambutnya sendiri, frustasi. Pria itu tau, kalau sekarang ini rose sedang tidak bisa diajak bicara. Pria itu memutuskan untuk pulang, dan akan kembali saat makan siang nanti.

"Dokter Park! "Seru june begitu keluar dari salah satu ruang perawatan, seusai mengecek keadaan salah satu pasien. Pria itu keluar lalu, menghampiri rose yang jaraknya tidak jauh darinya.

"Heol…Biasanya kau memanggilku Rose, tumben sekali memanggilku dokter park," cibir rose yang sepertinya masih terlihat tidak baik baik saja dimata june, tapi june tau gadis itu mencoba baik baik saja.

"Aku tau kau tidak baik baik saja dokter park, menangislah kalau ingin menangis. Jangan menyiksa dirimu sendiri seperti itu"ucap june, namun kata katanya sangat mirip dengan ucapan gray, dan itu membuat rose merasa tertohok. Gadis itu merasa sesak, namun berusaha untuk tersenyum.

"Hm…trimakasih sarannya dokter koo, hari ini kurasa aku akan membantu beberapa tim. Tim 3 tidak banyak tugas kan hari ini? Tolong, katakan pada timjjangnim kalau hari ini aku akan sibuk untuk tim lainnya. Tapi kalau kalian nembutuhkanku kalian bisa memanggilku. Permisi"ucap gadis itu lalu berlari kecil mengikuti tim1, yang sedang terburu buru karna pasien mereka yang sepertinya darurat. Pasien yang baru saja diturunkan dari ambulance.

Gadis itu menyibukan dirinya sendiri, untuk mengurangi sesak dalam dadanya. Setidaknya, bekerja keras membuatnya mengalihkan pikirannya dadi pria brengsek itu.

HappenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang