Seno menghempaskan badannya disamping Bima yang sedang asik main Mobile Legend. Tak jauh dari mereka, Reno dan Gino sedang asik main playstation dengan heboh.
"Bim," panggil Seno yang hanya dijawab Bima dengan gumaman.
"Bim," panggil Seno lagi. Bima lagi-lagi hanya bergumam yang membuat Seno kesal. Dengan sengaja Seno menyenggol lengan Bima keras hingga ponsel Bima mendarat dengan mulus di karpet yang untungnya tebal.
"Anjing Sen! Lo nggak liat gue lagi ML! Kalau rank gue turun lo tanggung jawab," kata Bima mencak-mencak seraya memungut ponselnya kembali dan kembali asik dengan game-nya.
"Denger gue dulu, Bim." Seno ingin merampas ponsel Bima namun ia terlambat karena Bima sudah pindah posisi.
"Ntar abis main gue dengerin curhatan lo. Sekarang gue mau fokus dulu. Gue nggak mau rank gue dikalahin Nora." Seno hanya bisa memutar bola matanya. Pasrah. Ia lebih baik menunggu Bima selesai main daripada diomelin Bima sepanjang hari.
"Bang Gino curang! Reno nggak terima dicurangin." Reno tiba-tiba menjerit seraya menggoyang-goyangkan badan Gino. Jeritannya mengundang pandangan jijik dari semua sahabatnya kecuali Bima yang masih fokus dengan ponselnya.
"Najis ya, Ren. Jauh-jauh lo dari gue." Gino dengan keras mendorong Reno agar jauh darinya. Ia bahkan bergidik ngeri melihat Reno yang mulai tidak waras.
"Bang Gino mah gitu." Reno mulai cemberut. Bibir bawahnya maju hingga membuat Seno refleks melempar bantal ke wajah cowok itu.
"Seno Anjing! Sakit muka gue, Badak!" amuk Reno. Ia mengusap wajahnya yang perih karena lemparan Seno yang terlalu keras.
"Ya lo najisin, Ren. Sumpah. Berasa liat homo gue. Jauh-jauh deh lo dari kita." Seno bergidik geli. Lagi-lagi Reno memajukan bibir bawahnya. Hampir saja ia terkena lemparan bantal lagi jika Satria tidak datang.
"Makanan datang," pekik Satria dengan membawa sekotak pizza berukuran besar serta beberapa botol soda. Semua orang serempak mengerubungi Satria, bahkan Bima yang tiba-tiba amnesia dengan game-nya.
"Bang Satria! Dedek Reno kangen," pekik Reno tertahan yang membuat Satria mendorong wajah Reno yang hampir menyentuh wajahnya.
"Jauh-jauh dari gue, Homo!" sentak Satria. Reno mencibir karena berkali-kali ditolak oleh para sahabatnya. Ya siapa yang mau coba. Kalau Reno melakukan hal itu pada cewek-cewek, baru akan berhasil.
"Makan yok makan. Laper nih." Bima merebut kotak pizza itu cepat lalu meletakkannya di lantai. Tanpa babibu ia membuka kotak tersebut lalu mengambil sepotong pizza yang segera diikuti oleh yang lain.
"Maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang kau dustakan," gumam Reno dengan nikmat. Yang lain mendadak berhenti mengunyah dan menatap Reno dengan aneh. Kenapa lagi bocah ini tiba-tiba menjadi alim?
"Lo nggak baca bismillah sebelum makan tapi kok alim tiba-tiba?" Reno hanya nyengir lebar.
"Gue hanya berusaha jadi manusia yang nggak kufur nikmat. Gue..."
"Lanjut makan. Khotbah Reno ntar banyak ngelanturnya," potong Gino. Yang lain serempak mengangguk dan kembali asik makan. Meninggalkan Reno yang menggerutu sendiri karena gagal memberi siraman rohani.
"Eh Bim, menang nggak ML tadi?" tanya Satria tiba-tiba. Bima tiba-tiba tersentak dan melempar pizzanya asal. Untung saja mendarat di atas kotak pizza.
"Ya Oncom! Ah kalah ni gue," ringis Bima yang meratapi ponselnya.
"Pasrah Bim. Turun rank doang kok. Bukan diputusin Nora." Satria menepuk-nepuk punggung Bima seraya menahan tawa.
"Diputusin Nora ya nangis lah dia," ledek Gino yang dibalas tertawa oleh yang lain. Bima memutar matanya kesal lalu melempar ponselnya ke sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vania
Teen FictionVania tidak mengerti kenapa Seno memutuskannya secara tiba-tiba. Disaat hubungan mereka baik-baik saja dan tidak ada masalah. Saat ditanya alasannya, Seno tidak memberi jawaban apapun sama sekali. Belum selesai dengan patah hatinya karena diputuskan...