Part 19 - Kaulah Imamku

3.6K 111 2
                                    

JANGAN LUPA DIVOTE YA KAWAN :*

*****

Tiga hari telah berlalu, hari ini adalah akhir pesta pengantin.

"Kita di kamar aja?" ujar Hanum, matanya menelusuri setiap isi ruangan kamar itu.

"Hm," badannya terletang di atas kasur, "Ya, gimana lagi. Di kamar, ya di kamar waktunya tidur."

Hanum hanya terdiam, matanya menatap langit-langit.

"Kita masih didalam berjarak gitu hanum?" ujar firman seraya melirik hanum yang dari tadi diujung kasur tanpa bergerak.

"Kayak patung hidup tau nggak sih?" lanjutnya kembali, hanum hanya melirik firman yang sudah tidur ditempat kasurnya.

"Aku mau ganti baju dulu" ujar hanum lalu melangkahkan kaki pergi "Ikut hanum" ucap nakal firman.

langsung dia berlari menuju hanum, langsung otomatis hanum membalikkan badannya menghadap firman lalu memberinya jarak dengan mengulurkan tangannya pada perut firman.

"Apaan sih" ujar firman lalu menatap tangan hanum diperutnya itu "Dasar otak mesum" bantah hanum lalu memalingkan wajahnya.

"Kan wajar sih hanum pasangan suami istri intip mengintip, hehehe" ujar firman sambil menarik tangan hanum, kini badan kecil hanum sudah melekat di tubuh firman.

"Udahlah, aku mau ganti baju dulu! Gerah tau" bantahnya lalu pergi meninggal firman, firman hanya tersenyum terbahak bahak melihat kelakuan istrinya.

Firman.

"Coba ah ku lihat lacinya hanum sapa tau masih nyimpen foto bagas" ku otak atik laci kamar itu.

Aku hanya menemukan buku diary merah bergamabr hati yang retak tetapi kok digembok, aku mencoba mencari kunci itu.

Tak ada petunjuk apapun di diary itu dimana kuncinya, "Mana sih" kesalku dari tadi sama sekali tidak ada kutemukan kuncinya.

"Nah dapat" ujarku, aku mendapatkan kunci yang slama ini ku cari, kubuka buku diarynya di balik selimut, aku berpura pura tidur sebenarnya sih baca diarynya.

Rasaku makin ada, dan aku percaya jika bagas juga mencintaiku.

Kenapa semua berubah? Apa yang aku inginkan kenapa berubah?

Bagas duwi aji ku harap kau salah satu pria yang mampu membuatku tersenyum saat aku menyebutkan namamu

Aku rasa, ini sebuah perubahanmu

Aku tidak akan percaya perubahan diatas nama cinta, kecuali kau yang mengubahnya bagas

Kebahagiaan itu yang aku tunggu ucapan lamaran itu yang aku inginkan

Suamiku, izinkan aku tertidur pulas di sampingmu seraya mengucap syukur mendapat suami sebaikmu bagas

Kenapa kamu menjauh? Aku takut melawan rasa ini sendirian bagas

Firman fimansyah orang yang mampu membuatku merasakan kehilangan yang berharga

Aku merindukanmu firman, aku tak bisa berjalan sendiri tanpamu

Jujur aku m...

"Firman kamu tidur?" teriak hanum, aku langsung menutup diarynya tanpa aku melanjutkan bait berikutnya.

"Kamu sudah tidur? Cepet banget?" ujarnya seraya memelukku dari belakang, aku begitu merasakannya rasa itu yang aku inginkan.

"Hanum" aku membalikkan badanku. Kini kami saling berhadapan, jidat kami saling berpapasan.

Dia tidak memakai jilbab, rambutnya indah terurai sebagian berada di depan, kini tanganku merayap kerambut indahnya ku elus elus rambut panjangnya, dia menutupkan matanya.

"Hanum, diarymu ku pegang" ujarku seraya mencium keningnya.

"Apa?" kini matanya terbelalak melihatku, aku bangun dari posisi tidurku kini aku berhadapan padanya.

"Kamu kaget? Kamu marah? Aku sudah tau kamu merindukanku kan?" rayuku lalu dia memukul bahuku.

"Ih kamu ngotak atik barang sesuka kamu aja" ujar hanum  sambil membolak balikkan badanku.

"Sayang sayang he" ujarku memegangngi kedua bahunya "Aku sudah tau, aku sudah membacanya lalu apa yang kamu cari" ujarku.

"Kamu.." ujarnya seraya matanya ingin menangis, "Jangan nangis, aku sudah tau dan tenang aku gak marah sayang" ujarku dengan senyuman

Kini hanya diam, tidak ada satu katapun "Ini malam pertama ya" ujaraku memecahkan keheningan dia hanya memandangku.

"Ngapain gitu" ucapku seraya memandangnya balik "Ngapain gimana?" tanyanya, di menghela nafas begitu kencang.

"Main main gitu" ucapku seraya tersenyum, sebernya sih ngode "Kayak anak kecil aja main" ujarnya, dia mulai memalingkan muka dia tidak menghadapku.

"Aku duluan apa kamu duluan" ujarku seraya merayunya, dia hanya tersenyum terlihat pipinya memerah.

"Kamu duluan?" tanyaku kembali dia menundukkan kepala "Apaan sih!" kini suara gugupnya dapat ku tangkap perasaannya.

"Aku ya duluan" ujarku lalu menatapnya serius, dia tidak memandangku dia hanya tersenyum lalu menggangguk pelan seakan juga ragu.

"Matiin lampunya biar nggak ada yang liat" ujarku dengan senyuman bangga terlintas dibibirku.

"Nggak kelihatan nanti" ujarnya dengan pipinya yang semakin memerah "Ya udah ayo" kini aku mulai mendekat pada hanum, ku elus rambut indahnya.

Kaulah Imamku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang