Part 11 - Kaulah Imamku

2.7K 73 2
                                    

Badannya kini tertumpu oleh kasur kesayangan, bayang-bayang Hanum menghantuinya. Otaknya penuh dengan wajah orang yang sama, wanita yang dilihatnya tadi sore.

Kenapa ya rasanya pengen deket terus sama hanum?. Batin Bagas

Wanita yang berbeda, itu pikir Bagas saat ini. Dia mampu membuat dirinya cemburu, cemburu yang tak jelas. Jika dibandingan, Hanum tidak sebanding dengan para mantan Bagas yang begitu cantik dan juga seksi. Namun, cinta berpihak lain.

Gadis itu tidak memiliki kelebihan, ia hanya senang menatap Hanum karena mata bulat dan bulu mata yang lebat. Namun, badannya yang begitu kecil, dan tak banyak bicara yang membuat gadis itu seperti misterius di depannya.

"Nak, makan malam dulu," teriak suara serak milik ibu Bagas.

"Iya, Ma. Bagas turun."

Kakinya beranjak berdiri dari tempat tidurnya, langkahnya lemah. Pikirannya masih terisi penuh gadis misterius itu.

"Tumben nurut, biasanya nanti nanti."

"Ah, aku lapar ma."

Klunting...

"Hpmu ada sms kak!" teriak suara kecil di sampingnya.

Suara itu milik adiknya, ia berumur 11 tahun. Tapi, ia tidak bisa bersekolah. Karena, adanya kelainan di tubuhnya. Sebenarnya, itu tidak menganggu pembelajarannya, tapi seiring waktu. Ia merasa malu, dan ia tidak pernah keluar rumah.

"Ya, nanti mas ambil dek," ujar Bagas. Ia terseyum tipis pada adiknya.

Bagas sangat mencintai adiknya, bahkan menyayanginya lebih dari segalanya. Namun, seakan rasa itu terganti semenjak gadis misterius itu menghinggapi hatinya.

"Oh ya ma, besokkan rapotan naik kelas 3. Aku kenalkan temenku ya."

"Emang siapa?"

"Besok ajalah, sekarangkan dia gak ada disini."

*****

Pagi telah menyambut makhluk bumi. Papar sinar matahari kini berada di atas kepala Hanum, ia tersenyum miris melihat temannya sedang berlari untuk mengecek ruang guru.

Ini adalah hal terbahagia, kenaikan kelas akan diterima baik oleh para siswa. Hanum tetap berjalan dengan pelan, menatap setiap pintu kelas yang sudah dipenuhi oleh pemiliknya.

"Firman," panggil Hanum, sambari melambaikan tangannya kepada Firman.

Laki-laki itu berjalan menuju Hanum, matanya mulai menyipit, sinar matahari mulai terkena di kepalanya.

"Ngapain di situ? Panas," papar Firman, tangannya masih berada di atas matanya untuk menutupi pancaran sinar matahari.

"Udah nggak kerasa ya, kita udah kelas 3 aja," terang gadis itu.

Ia mulai melangkahkan kaki menuju pria yang berdiri di tengah lapangan itu, tangannya juga melebar menutup matanya yag terkena sinar matahari.

"Eh ya, gak nyangka juga, hampir mau lulus aja," tambah pria itu.

"Eh," gadis itu menoleh ke belakang, "Anum sini," ujar pria yang berada di ujung lapangan. Tangannya melambai-lambai, tampak ia bersama wanita dewasa.

"Ya, tunggu."

Kini Hanum melaju menuju pria tersebut, sedangkan Firman hanya mengekori gadis yang berada di depannya.

"Gimana?."

"Ma, ini temenku."

Senyum indah terlontar dari ibu itu, Hanum hanya tersenyum lembut sambari memandang bola mata ibu itu.

Kaulah Imamku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang