Part 9 - Kaulah Imamku

2.3K 81 1
                                    

Rumah sakit

"Bagaimana hasilnya? Dia nggak perjaka kan? Aku yakin."

Suip hanya memberikan secarik kertas atas hasil yang ditunggunya, tangannya menggenggam erat kertas yang diberikan. Matanya meneliti setiap print tinta hitam itu.

"Apa?" Mata Hanum terbelalak, "Ini pasti bohong!."

"Ini benar terjadi!" tegas suip pada Hanum.

Flashback on
"Kita mau kemana bagas?" ujar fatimah seraya menggandeng tangan bagas.

"kita mau ke markas kamu ikut nggak? Kalau nggak aku ajak kamu pulang" ujar bagas, yang memperhatikan setiap lengkuk tubuh fatimah.

"Ikut aja deh" ujarnya, fatimah mulai menempel dengan bagas "kita sudah sampai" ujar bagas seraya keluar dari mobilnya.

"Hay bos! Eh loh kok ada fatimah juga?" ujar suip "ya dia mau ikut katanya?" jawab bagas, fatimah dan bagas mulai duduk disamping mereka yang sedang mabuk.

"Sini fatimah deket sama abang" ucap rey, fatimah hanya tersenyum.

"Loh, mah kok pake beginian? Mau goda kita ya?" ucap suip memandangi setiap badan yang tidak dilapisi kain itu, siapa yang tidak akan tergoda badan kecil tingginya 170cm dengan celana hotpen dan baju kemeja yang ketat tanpa kancingkan dan didalamnya ada baju tengtop dan itu pasti melihatkan yang terbentuk dalam badannya.

"Minum dulu dong" tawar rey "asyik juga" ujar fatimah, mengambil 1 gelas tanggung full.

"Eh ternyata doyan tuh fatimah" ujar suip sambil nyengir, tanpa disadari kemeja yang digunakan fatimah dilepasnya dan dia hanya menggunakan tengtopnya saja

"Ajak dia masuk!" ujar bagas yang tak tahan dengan tingkah lakunya, teman karib bagas langsung membawanya dikamar, fatimah langsung menyiapkan dirinya diatas kasur

"Kesinilah kalian" ujar fatimah seraya membukakan kancing celananya

"Wih kita dapet jatah" ujar suip yang tidak tahan dengan fatimah

"Nikmatilah" tanpa disuruhpun mereka berempat sudah beraksi atas ditubuh fatimah. Sedangkan bagas hanya menunggu diluar.
Flashback off

"Kau menjual Fatimah?" Hanum menatap keras pada pria yang sekarang beranggap enteng.

"Aku tidak menjualnya sama sekali. Kau tau? Dia memang nakal. Dia suka mabuk, tapi baru kali ini dia dijamak empat orang!" ujarnya seraya menyengir.

"Jika benar, siapa yang menghamilinya?" Kontak mata satu per satu orang yang berhadapan dengan Hanum.

"Aku akan menikahinya sekarang juga," tegas Suip.

Takkan ku biarkan fatimah membohongiku!. Batin Hanum, ia tidak terima dengan bohongan ini.

Hanum menarik tangan Firman, menatap kasar dari sudut ujung rumah sakit. Hatinya seakan tertimpa beban 100 kilo gram hingga ia tidak bisa tahan lagi.

Firman telah membating stir mobil yang mereka tumpangi, rasa benci yang ada di Hanum sudah menjalar ke Firman.

Hanum masih termenung, ia merasa sudah salah sangka. Sedangkan, gadis itu telah mempercayai buaya dari pada kumbang.

"Assalammualaikum, Fatimah!" salam Hanum, ia menjaga kondisi emosinya.

"Anum?" Tatapannya menatap ke sosok orang di ujung, Hanum tidak hanya bersama Firman saja. Ia juga bersama pria yang ingin bertanggung jawab.

"Maafkan aku num, aku telah membohongimu. Sebenernya ini bukan anak bagas, cuman aku cemburu melihatmu mencintai bagas! Aku ingin memiliki bagas, maafkan aku."

Tak ada sepatah katapun dari bibir gadis di depan pintu, rasa kecewa melumuri dirinya.

"Aku akan menikahimu."

"Aku tidak mencintaimu."

Brak.

Suara pintu jelas terdengar di telinga mereka, gadis yang masih berdiri itu hanya memejamkan matanya. Ia sadar, terdiamnya bukan suatu keputusan yang baik untuk masalah ini.

"Aku tidak mau menikah dengan siapapun! Aku akan mengurusi anak ini sendiri."

"Jangan pernah terfikir untuk aborsi."

Lamunan gadis itu buyar, ia tidak bisa bertindak lebih. Badannya berbalik begitu tegap, kakinya melangkah begitu pelan. Tatapannya kosong tak ada yang terbesit dibenaknya, kecuali masalah seberat ini.

"Ayo kita pulang." Ucapan terakhir dari Hanum, tangannya menggandeng pria yang berada di sampingnya.

Jika saja ia menjadi Fatimah, mungkin otaknya akan buntu. Tak ada jalan keluar, semuanya seakan sia-sia jika dijalankan.

"Kamu kenapa nangis?"

"Aku cuman takut, kalau nanti dia aborsi, masa depannya sudah hancur. Pasti dia tidak punya harapan lagi, dia wanita aku juga wanita pasti sama perasaannya pasti sama, jika aku jadi dia aku juga tidak bisa buat apa apa!."

Firman hanya menatap gadis itu, air mata telah membasahi kulit wajahnya.

"Aku nggak akan bisa mikir, keadaan dia bagaimana?."

"Aku akan berusahakan menikahinya aku juga tau derajat wanita," sahut Suip.

"Udah jangan nangis gitu dong, kan udah mau dinikahin num."

Rasa pasrah berada di ujung, rasanya dirinya sudah dijemput ajalnya. Air matanya tak mampu dibendung lagi.

SMAN Mukti 2

"Nggak ada kata maaf gitu?" ujar pria yang berada dibelakang Hanum.

"Apa maksudmu!?" Suara kecil terdengar di telinga pria itu.

"Udah nuduh kayak kemarin, masih kayak nggak punya salah aja," ucap Bagas, sambari mengangkat kakinya untuk tertumpu di kaki yang satunya.

"He! Itu juga salahmu! Karena idemu! Dia hamil, dimana derajat wanita bodoh," kini suara Hanum menambah satu oktaf.

"Gila banget! Salah nggak mau ngaku," bantah Bagas, ia juga menambahkan satu oktaf pada suaranya.

"hey! Itu juga salahmu ingat! Disini aku juga tidak salah," elak Hanum, ia tidak merasakan kesalahan apapun pada dirinya.

"Dasar keras kepala!" bentak Bagas, sambari memandang jijik gadis yang berada didepannya.

Bagas melangkahkan kaki untuk pergi, ia muak melihat gadis keras kepala ini.

"Ada apa sih Num?" tanya Firman, sambil melihat kekesalan yang ada diwajah gadis didepannya saat ini.

"Ntah! Pria bodoh itu!"

"Hmm."

Rasa tanda tanya di kepala Firman membuat ia tidak bisa berkata banyak. Sedangkan, ia tau Hanum hanya membenci pria yang dia ajak bicara tadi.

.
.
.

25/08/2020
Revisi
.
.
.

Kaulah Imamku [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang