Sudah 5 bulan berjalan, kini kehamilan Hanum mulai membesar, begitu juga perasaan Firman kepada Hanum yang semakin hari semakin besar.
Firman sosok ayah yang stand by, selalu memprioritaskan kandungan istrinya. Hanum tidak banyak bergerak, setiap siang suaminya pulang untuk membantu membersihkan rumah.
Matanya melayang ke jam dinding, jarum jam menunjukkan pukul 09.00. Ia tersenyum tipis, merlirik perut buncitnya.
Tok.. Tok.. Tok...
Matanya menatap pintu depan, bibirnya tetsenyum tipis, "Sudah pulang aja."
Kakinya melangkah maju perlahan, tangan kirinya memegang perut buncitnya. Senyum tipis di bibirnya, rasa bahagia menyelimuti dirinya.
Hanum membuka pintu dengan perlahan, "Say--"
"Hanum?"
Laki-laki itu menelusuri orang di depannya, "Kamu hamil?"
Hanum menepis rasa rindunya dulu, ia membanting pintu itu. Rasa tidak percaya menyelimutinya, memori buruk itu terputar di otaknya.
Laki-laki itu mengetuk pintu begitu keras, "Hanum, maafkan aku," ia mencoba mengetuknya lagi, namun tak ada respon dari pemilik rumah, "Ada yang ingin aku bicarakan."
Dibalik pintu, wanita yang sedang hamil itu merasa terpuruk. Rambutnya yang acak-acakan, air mata yang membasahi pipinya. Ia tidak tau lagi harus bagaimana, ia benar-benar sangat tidak percaya akan seperti ini.
Laki-laki itu tetap berdiri di depan pintu, mengharap wanita yang sedang hamil itu mau menjawab atau bahkan berbicara dengannya.
"Permisi," sapa laki-laki yang baru saja pulang dari kerjanya.
Laki-laki itu menengok kebelakang, "Firman?" Matanya terbelalak melihat orang di depannya, yang kini sudah berubah kehidupannya, "Kenapa kamu disini?"
Firman tersenyum sinis, "Justru, aku yang harus tanya. Kenapa kamu disini?."
Laki-laki itu terdiam terpaku, jari telunjuknya menggantung di udara, "Jadi kamu?" Matanya melirik pintu.
"Iya, aku suaminya."
Raut tidak percaya terdapat di wajah laki-laki itu, "Oh, jadi kamu yang mengambil posisiku?."
"Hah?" Firman menatap matanya begitu tajam, "Lu kemana bro? Akad nikah dulu, Hanum butuh lu saat itu."
"Ja-jadi dia ha--"
"Iya, Hanum hamil anakku."
Pukulan laki-laki itu mendarat tepat di pintu, "Gue harus ngomong sama Hanum."
"Sudah, lu udah beristri. Jangan ganggu Hanum lagi, lu lebih baik pergi saja."
"Lu tau dari mana, hah?" teriak laki-laki itu, ia tidak terima dengan pernyataan orang di depannya.
"Silahkan keluar, anda tidak berhak lagi untuk lebih lama disini."
Dengan terpaksa laki-laki itu pergi dari rumah mantan kekasihnya, rasa menyesal menyelimutinya.
Tangan Firman mengetuk pintunya, "Sayang, ini aku Firman. Tolong bukakan pintu," tangannya menggayuh gagang pintu itu, menekannya lalu mendorong pintu kedalam, "Hanum."
Wanita di ujung sofa, wajahnya bersembunyi dibalik lipatan tangannya, Firman menghampiri wanita itu, pandangan lembut terlontar darinya.
"Jangan nangis, nggak baik untuk bayinya."
Hanum mengangkat kepalanya, matanya begitu sebab, "Katakan padaku, jika Bagas telah beristri."
Bola matanya berkaca-kaca menatap wanita di depannya, "Hanum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaulah Imamku [SUDAH TERBIT]
Romansa#1 Ijab qobul (25 Juni 2019) #1 wattys2019 ( 19 Desember 2019) Gaun cantik menempel di tubuh gadis itu, ijab qobul akan segera di mulai. Hatinya begitu gelisah, calon suaminya tak kunjung datang untuk mengujarkannya. Sah! Ini bukan suatu kebahagian...