Mereka sudah menjadi biji akar kebencian bagi Hanum. Ia tak bersemangat lagi seperti tadi pagi, pikirannya terlalu terpenuhi oleh pria idamannya. Oh bukan. Sekarang dia berubah menjadi pria gila bagi Hanum.
Dan tak ada seorangpun yang melebihi kegilaannya. Ia benci, bahkan ingin menyatakan sumpah serapahnya kepada mereka.
"Loh nak? Kenapa wajahmu masam begitu?" Mamanya menatap wajah putrinya, yang sekarang berubah menjadi dingin seperti es di kutub utara.
Hanum hanya melirik, "Gak kok Ma." Kakinya melanjutkan jalannya.
"Mau makan dulu nak?" Pertanyaan terlontar kembali. Sebenarnya, Hanum malas berbanyak berbicara. Tapi, apalah daya, ia tak ada kekuatan lagi untuk membuka bibirnya.
Brakk!!
Bantingan pintu terdengar jelas, mungkin jika ruangan itu kedap suara itu akan menjadi suara bom meledak di rumahnya. Jika saja pintunya memiliki nyawa, mungkin ia meninggal saat ini.
Suara tangis terdengar di telinga Hanum, ia tak bisa membendung lagi air matanya.
Mereka seakan manusia tanpa hati, Pikirnya.
Kasur kesayangannya kini telah siap menampung badan Hanum. Kejadian itu tetap jelas di pikirannya, tak ada yang bisa mengusir ingatan gila ini.
"Kenapa semua terjadi! Kenapa?" Hanum berteriak, tekanan stress telah tumbuh di tubuhnya.
Tak ada celah cahaya lagi, di ruangan gadis ini. Bak seperti lorong yang jauh dari penerangan. Semua seperti tak berbentuk lagi, Gadis ini membuat kamarnya seakan kapal pecah. Tak ada kata tertata rapi lagi, itu sesuai dengan perasaan hatinya yang sedang kacau.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan paruh baya ini membuat putrinya semakin terlarut dalam kesedihan. Hanum hanya ingin sendiri, mungkin, pikirnya ia akan kembali menerima sebuah kenyataan, yang mungkin itu pahit ditelannya.
Derai air mata terasa di pipi Hanum, begitu membasahi pipi dan sudut wajahnya. Matanya semakin berat, itu dari efek tangisannya yang hampir setiap detik menetes.
"Nak? Kamu tidak apa apa kan?" Mama menaikan satu oktaf suaranya, rasa khawatir menyelimuti beliau.
Redakan emosimu, batin Hanum di iringi tangannya yang menghapus air mata di pipi gadis ini.
"Nggak ma, Anum pengen sendiri."
Berulang kali bibirnya berlafal istighfar, mencoba menenangkan meski akan berakhir nihil.
Biadap. Itu yang ada dipikiran Hanum, kejadian itu bagai hantu baginya. Selalu menggentangi disaat ia mencoba mengikhlaskan.
Matanya mulai mengantup. Gadis ini mudah kelelahan jika sedang patah hati, itu kateria dari sosok Hanum.
Mata bengkak menghiasi wajahnya, serta hidung mungil itu berwarna merah, terlihat jelas kulitnya terlalu putih hingga warna merah itu menjadi mencolok di wajah Hanum.
*****
Sudah pukul 15.00, Hanum mulai tersadar dari bangunnya. Senyum khasnya mengawali bangun tidurnya ini, pipi mengembangnya itu semakin membulat di wajahnya.
Kakinya berdiri tanpa ada bantuan cahaya apapun, ia begitu hafal tempat atau benda yang ada dikamarnya.
Ceklek.
Cahaya lampu yang memiliki hanya 4 watt ini, memberikan efek remang di ruangan kamarnya. Terlihat jelas betapa hancurnya kamar itu, benda benda penting ataupun tidak kini memenuhi lantai kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaulah Imamku [SUDAH TERBIT]
Romance#1 Ijab qobul (25 Juni 2019) #1 wattys2019 ( 19 Desember 2019) Gaun cantik menempel di tubuh gadis itu, ijab qobul akan segera di mulai. Hatinya begitu gelisah, calon suaminya tak kunjung datang untuk mengujarkannya. Sah! Ini bukan suatu kebahagian...