Kebahagian menyertai mereka, sudah berjalan 3 bulan lamanya. Hari demi hari, Hanum mulai menerima adanya Firman sebagai suaminya.
Firman menatap kancing kemejanya yang belum terkunci, kakinya berjalan menuju arah ke istrinya, "Sayang, aku berangkat kerja dulu."
Hanum menatap arah suara tersebut, "Sarapan dulu," tangannya sambari mengambil piring dari rak.
"Oh ya," Mata Firman melayang melihat jam di tangannya, "Pulangku akan lebih awal, kita jalan-jalan ya."
"Iya," kakinya melangkah menuju ke ruang makan, "Ini makanannya, sarapan dulu."
Mata Firman terbelalak bahagia, sepiring tumis telur kesukaannya, "Inilah yang paling ku tunggu."
Hanum melangkah maju menuju kursi makan, tepat di samping suaminya. Pandangannya tetap terarah pada makanan yang di lahap hampir habis.
"Baiklah," Tangannya meraih tas di atas meja, "Nanti pulang mau makan apa? Biar aku siapkan."
Firman melahap makanannya, ia melirik istrinya, "Soto."
Hanum tersenyum manis, tetapi seketika hilang begitu saja. Ia merasakan perutnya seakan ingin muntah, sejak kemarin ia merasakan pusing di kepalanya.
"Sebentar ya, aku tinggal dulu."
Mata Firman mengekori tubuh istrinya yang mulai menghilang, memang akhir-akhir ini istrinya sedang sakit. Dia mulai mengeluh dengan rasa mual dan pusing, mungkin karena mereka sering bergadang setiap malam.
"Sayang," panggil Firman, lalu melahap suapan terakhir dari tangannya.
Ia berdiri menuju ke kamar mandi, menjenguk istrinya di dalam. Mengecek keadaannya apakah baik baik saja, perasaannya tercampur dengan khawatir.
Berkali-kali tangannya mengetuk pintu, namun tidak ada respon dari dalam. Tangannya menyentuh knop, memutarnya lalu membuka pintu itu. Matanya tertuju wanita yang sedang menahan muntahannya, kakinya melangkah pelan, bola matanya seakan memberikan sentuhan hangat untuk istrinya.
"Sayang," panggil Firman, lalu tangannya merayap di bahu istrinya.
"Kepalaku pusing," ujar Hanum, lalu memegangi kepalanya.
Sebagai suami sigap, Firman merogoh saku celananya. Bola matanya berputar, menandakan mencari sesuatu di saku celananya.
Kini, tangannya mengangkat sebuah ponsel genggam miliknya, "Halo, Hari ini saya tidak datang, tolong Dani menggantikan saya."
Tanpa menunggu balasan dari ucapannya, ia langsung menekan tombol merah dalam layar ponselnya. Kedua tangannya mengangkat tubuh istrinya, wajah yang begitu pucat membuat Firman segera membawanya kedalam mobil.
"Tahan sayang," lirihnya, sambari meluncurkan ciuman di kening istrinya.
****
Kini kakinya menuruni mobil, tangannya segera membopong tubuh istrinya. Hanum hanya tersenyum, wajahnya bersembunyi di balik dada bidang milik suaminya.
Langkahnya menelusuri setiap ruangan, bola matanya sering kali melirik, tempat yang kosong untuk istrinya. Dan, ia menemukan tempat kosong itu. Kakinya melangkah cepat, berlari kecil menuju ruangan persegi itu. Dengan cepat Firman menidurkan istrinya di tempat yang di sediakan.
Dengan sigap, dokter itu berdiri lalu menjalankan tugasnya. Firman terlihat begitu khawatir, hingga ia lupa jika ia hampir menghabiskan 2 botol air mineral berukuran tanggung.
Dokter itu keluar dari tempat persegi panjang yang hanya di tutupi oleh tirai berwarna hijau, "Bapak, suaminya?."
Firman mengangguk dengan antusias, "Bagaimana keadaannya?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaulah Imamku [SUDAH TERBIT]
Romance#1 Ijab qobul (25 Juni 2019) #1 wattys2019 ( 19 Desember 2019) Gaun cantik menempel di tubuh gadis itu, ijab qobul akan segera di mulai. Hatinya begitu gelisah, calon suaminya tak kunjung datang untuk mengujarkannya. Sah! Ini bukan suatu kebahagian...