Minghao menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang setelah melempar tas punggungnya dengan asal. Senyum yang merekah di wajahnya bak baru saja tertimpa sebuah keuntungan. Junhui yang baru saja masuk ke dalam kamar Minghao, terheran melihat tingkah sang sahabat yang...aneh.
Mereka memang tinggal di satu apartemen. Karena ibu Minghao meminta Jun untuk menjaga anak semata wayangnya selama di Korea, begitu juga dengan ibu Jun yang mendesak sang putra untuk selalu menjaga Minghao. Mereka bersahabat sejak keduanya masih SMP (Jun kelas VIII dan Minghao kelas VII, saat itu) keluarga mereka juga menjalin hubungan sahabat dengan baik.
Kembali ke cerita,
"Apa yang membuatmu gila hari ini, Hao?" tanya Jun asal. Minghao reflek menoleh ke arah sumber suara itu dan dengan semangat mengganti posisinya menjadi duduk lantas menepuk sisi kosong ranjang, mengisyaratkan kepada Jun untuk duduk disampingnya.
"Kemari Jun! Aku baru saja mengalami sesuatu yang menyenangkan. Dan ini membuatku gila!" serunya dengan antusias. Jun meringis melihat tingkah aneh lelaki manis di hadapannya ini. Namun ia tetap duduk di samping Minghao.
"Keberuntungan?" tanya Jun, berusaha menebak.
"Ini lebih dari sekedar keberuntungan, keberuntungan besar menurutku," jawab Minghao dengan semangat.
"Keberuntungan besar apa yang kamu dapat selain bisa melihat wajah tampanku setiap hari, Hao?" ujar Jun dengan tingkat kepercayaan dirinya yang di atas rata-rata.
"Iuh! Kau PD sekali sih!" Jun hanya tersenyum geli mendengar cibiran dari lelaki manis yang satu tahun lebih muda darinya itu. "Aku tadi diantar kak Soonyoung lho, Jun!" pekik Minghao tiba-tiba, wajahnya terlihat sangat senang. Junhui mengernyitkan dahinya heran.
"Jadi..itu yang kamu maksud dengan lebih dari sekedar keberuntungan?" Minghao mengangguk semangat.
"Dalam rangka apa?" tanya Jun, nada bicaranya berubah menjadi dingin.
"Aish menyebalkan! Kenapa kau bertanya begitu, huh? Sudah jelas-jelas kak Soonyoung memang ingin mengantarku pulang!" elak Minghao. Ia melanjutkan kalimatnya dengan berkata, "dia juga mengajakku makan siang bersama di kantin tadi, dia itu memang baik ya?" Jun menatap Minghao dengan tajam, namun yang ditatap sama sekali tak sadar kalau dirinya ditatap setajam itu oleh lelaki tampan asal Shenzhen bermarga Wen tersebut.
Ia kurang---eh maksudnya, ia sangat tidak suka jika Minghao sudah berbicara tentang pujaan hatinya (baca: Soonyoung) di depannya. Jun sangat tidak senang melihat Soonyoung mendekati Minghao, dan begitupun sebaliknya.
"Tidak! Aku kan sudah bilang, kau tidak boleh dekat dengannya!" ucap Jun dengan suara tingginya, membuat Minghao terlonjak lantas menatap Junhui tak suka.
"Kenapa? Aku kan suka dengan kak Soonyoung, aku jatuh cinta padanya, Jun. Aku bukan penganut love in silent yang mencintai seseorang diam-diam, dan hanya berani menatap pujaan hatinya dari jauh, tak berbuat apa-apa hanya pasrah dengan keadaan. Itu pengecut sekali, Jun. Dan itu bukan aku!" Jun tertegun mendengar ucapan Minghao. Hatinya merasa tersindir karena itu.
Hening. Junhui tak tau harus menjawab apa, kalimat Minghao barusan berhasil membuatnya kehabisan kata-kata.
"Kenapa diam? Jun..tolong ya berhenti membicarakan ini, aku lelah kalau harus terus berdebat denganmu soal kak Soonyoung. Dia baik kok. Dia tau aku menyukainya dan kak Soonyoung tak akan mungkin menyakitiku, tenang saja" ucap Minghao santai dan lembut, dengan sebelah tangannya yang menggenggam tangan kiri Jun berusaha meyakinkan lelaki itu. "Kau bisa menjitak aku jika nantinya aku menangis karena disakiti kak Soonyoung. Sudahlah, aku mau mandi, bye Jun!" Minghao berjalan ke kamar mandi meninggalkan Junhui yang masih menatap punggung Minghao yang telah lenyap dibalik pintu kamar mandi--tatapan antara khawatir dan kecewa tergambar jelas di manik mata Junhui.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE 8 OF JUN ✓
Random[ONE SHOOT JUNHAO] Kopi itu sama kayak Junhao. Sama-sama ada manisnya tapi, terkadang juga ada paitnya. Ini short storynya Junhao. Update sesuai mood dan ide ©fieanggraa Highest rank: #1 -chinaline {01122018} #66 -oneshoot {13062018} [#start 2017...