[57] Straight+Epilog

1.2K 115 15
                                    

Jun tidak mengalihkan tatapannya dari seorang pemuda manis yang kini duduk disampingnya sambil bergelayut dilengan kekarnya. Bukan tatapan terpanah ataupun kagum, melainkan risih.

Iya, risih. Siapa yang tidak risih jika sesama jenismu terus-menerus memeluk lenganmu selama hampir dua jam??

Bukankah itu menjijikkan? Tentu. Tentu menjijikkan bagi seorang Wen Junhui yang telah mengklaim dirinya sendiri bahwa ia seorang homophobic. Sekalipun hubungan sejenis itu sudah menjadi suatu hal yang tabu disekitarnya. Jun masih suka wanita, Jun lelaki normal yang jika melihat wanita seksi maka ia akan tergoda.

Cukup orang tuanya saja yang homo, Jun tidak mau ikut-ikutan menjadi homo juga.

Namun, sayang nasibnya kurang beruntung karena justru sekarang ini seorang lelaki manis sedang tergila-gila padanya. Dan itu awal dari sebuah bencana untuk Junhui.

"Lepas Minghao, sampai kapan lo mau terus-terusan meluk lengan gue?" Minghao--lelaki manis itu tak menggrubis, dia tetap terpejam dengan kepala yang seenak jidat diletakkan diatas bahu lebar Jun.

"Banyak orang yang liat! Ayo cepet lepas!" ucap Jun, mulai geram. Pasalnya tadi ia hanya berusaha membantu menenangkan Minghao yang menangis sendirian di taman kampus. Lelaki itu sama sekali tak tau apa masalah Minghao. Namun, Jun yang baik hati dan iba melihat Minghao menangis sesegukan--akhirnya ia memutuskan untuk menenangkan si manis itu.

Dan berhasil. Tangisnya mereda dan selama hampir dua jam ia memeluk lengan Jun, tak membiarkan pria itu untuk beranjak sedikit saja. Dan itu membuat Jun sedikit menyesal.

"Gak mau." jawab Minghao singkat. Jun mendengus sebal.

"Laki-laki atau perempuan sih?? Manja banget kayak perempuan, lepasin cepet malu tau gak lo gelendotan kayak gini macam homo! Sadar gender kenapa sih!" ucap Jun, nadanya meninggi. Dan kali ini Minghao yang mendengus sebal, dengan terpaksa ia melepaskan pelukannya pada lengan Jun, membuat Jun bernapas lega.

"Ck. Setiap kali gue mau deket sama lo, lo selalu bilang kayak gitu. Terus aja ngaku lurus padahal kemaren gue liat lo pelukan sama Wonwoo, apa itu bukan homo namanya?!"

"Kalo sama Wonwoo beda, lagian gue pelukan sama dia sebagai sahabat. Dia udah punya pacar kali, cewek pula pacarnya. Dia normal dan gue normal. Gak kayak lo, yang dengan gatau malunya dateng-dateng langsung bilang ke gue kalo lo itu homo dan lo suka sama gue. Ck, jijik tau gak!" balas Jun. Minghao diam, matanya berkaca-kaca lagi karena merasa terhina sama kata-kata Jun, yang sialnya emang bener.

"Kalo gitu lo ngapain nyamperin gue tadi kalo cuma buat menghina??"

"Sisi kemanusiaan, namanya. Lagian gue gak menghina, gue berbicara soal fakta."

Setelahnya hening. Mereka sama-sama diam. Jun juga belum beranjak dari tempatnya padahal pelukannya udah dilepas sama Minghao. Jun yang sibuk memainkan daun yang jatuh ditangannya, sedangkan Minghao yang sibuk menatapi tanah dengan tatapan kosong dan pikiran yang melayang-layang entah kemana.

"Jun..." panggil Minghao lirih, dia tidak mengalihkan tatapannya dari tanah sama sekali.

"Hm."

"Kiss me, please~"

"Sinting!"

Dan setelahnya Jun pergi, meninggalkan Minghao yang hanya bisa tersenyum miris, setetes air mata jatuh lagi dari pelupuk matanya, membuat jejak di pipi mulus itu.

Kalo gue bisa sebahagia ini ada dideket lo walaupun selalu ditolak, kenapa nggak Jun?

.

Minghao melangkah gontai memasuki rumahnya yang sederhana, ia bingung kenapa ada dua buah koper besar di ruang tengah? Rumahnya juga tampak berantakan, kotak tisu yang jatuh dilantai dengan tisu bekas yang tercecer di lantai, bantal sofanya berantakan ada dimana-mana, bahkan sebuah vas bunga keramik sudah hancur berkeping-keping di atas lantai.

THE 8 OF JUN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang