Part 5. Secret

4.1K 291 3
                                    

*****

Sejak peristiwa pengeroyokan itu, hubungan Naruto dan Hinata jadi semakin dekat. Apalagi beberapa kali Hinata dan Naruto serta Kiba harus pergi bersama ke kantor polisi memenuhi panggilan polisi untuk memberi keterangan tentang kasus pengeroyokan itu. Dan karena hal itu juga, Naruto tahu bahwa Hinata lah yang melaporkan pengeroyokan para siswa dari SMA Otto terhadap Kiba dan dirinya hingga polisi datang tepat waktu untuk menangkap mereka.

" Jadi kau yang melaporkannya? Haahh.. Untung saja kau melakukannya. Kalau tidak aku dan Naruto pasti sudah dihabisi oleh Jirobo dan gengnya yang terkenal kejam dan sadis itu. Iya kan Naruto? " tanya Kiba sambil melihat ke arah Naruto. Naruto hanya diam tapi dalam hati dia membenarkan ucapan Kiba itu.

" Terima kasih, Hinata. Kau tidak hanya menyelamatkan kami tapi juga mengantarkan kami ke rumah sakit. Terima kasih ya. " ucap Kiba.

" Sudahlah.. Kita kan teman. Jadi wajar kalau kita saling menolong. " jawab Hinata sambil tersenyum.

" Tapi tidak semua orang cukup peduli untuk melakukan hal yang berbahaya seperti itu, Hinata. Aku harap kau tidak melakukan tindakan seperti itu lagi. " ucap Naruto tiba - tiba.

" Lain kali jika kau melihat peristiwa semacam itu, menjauhlah dan jangan ikut campur. Kau mengerti, Hinata? " ucap Naruto sambil menatap Hinata dengan perasaan khawatir.

" Tapi bagaimana kalau.. " Hinata kaget saat tiba - tiba jari telunjuk Naruto menempel di bibirnya hingga dia tidak bisa melanjutkan ucapannya. Hinata berdebar saat Naruto menangkup wajahnya dan menatapnya dengan wajah cemas.

" Berjanjilah kau akan menjauh dan tidak ikut campur lagi, Hinata. Aku mohon. " ucap Naruto dengan sorot mata dan ekpresi serius di wajahnya.

" Ba - Baiklah.. Aku berjanji tidak akan ikut campur dan menjauh. " ucap Hinata dengan suara gemetar karena terlalu gugup merasakan sentuhan tangan Naruto di wajahnya. Naruto menghela nafas lega mendengarnya.

" Aku minta kau selalu mengingat janjimu itu, Hinata. " ucap Naruto lalu melepaskan tangannya dari wajah Hinata.

Kiba hanya tersenyum melihat interaksi kedua sejoli di hadapannya itu. Dalam hati dia sungguh berharap Naruto bisa bahagia bersama Hinata.

Sejak hari itu, Naruto sering menyapa Hinata ketika mereka kebetulan berpapasan di sekolah. Naruto juga sering mengunjungi kelas Hinata dengan alasan mengajak Kiba ke kantin atau alasan apa pun yang terlintas di otaknya hanya agar bisa melihat Hinata meski hanya sebentar.

" Kau tidak salah orang, Naruto? Aku rasa bukan aku yang ingin kau ajak makan siang bareng." goda Kiba sambil melihat ke arah Hinata dan melambaikan tangannya pada gadis itu. Hinata yang tidak bisa mendengar ucapan Kiba karena tempat duduk mereka memang berjauhan balas melambaikan tangannya. Wajah Hinata terlihat memerah saat gadis itu melihat ke arah Naruto.

" Diam dan ikut saja, Kiba!! Atau kau lebih suka aku hajar?! " ucap Naruto pelan tapi bernada penuh ancaman. Kiba bergidik ngeri melihat kilatan kemarahan di mata Naruto dan aura gelap yang keluar dari sosok pemuda pirang itu.

" Ayo kita segera ke kantin, Naruto. Makanannya keburu habis lhoo. " ucap Kiba sambil lari ngibrit keluar kelas meninggalkan Naruto.

Naruto mendengus kesal melihat tingkah Kiba itu. Dirinya sudah berbaik hati mengajak Kiba makan siang bersama tapi pemuda itu malah lari mendahuluinya. Dasar tidak sopan! Dengan langkah lebar Naruto keluar dari kelas itu setelah melihat sekilas ke arah Hinata yang langsung memerah wajahnya saat bertemu pandang dengannya. Naruto hanya tersenyum melihat reaksi Hinata yang menurutnya sangat menggemaskan itu. Sesampainya di kantin, Naruto mendapati Kiba sudah asyik makan ramen.

Love For HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang