Part 19. Proof of Love

3.1K 241 10
                                    

*****

Naruto memandangi Hinata yang masih terus menangis. Naruto menangkup wajah yang basah dan penuh air mata itu dalam diam. Ingin rasanya Naruto berteriak lantang dan mengatakan suka pada gadis di depannya ini. Ingin rasanya dia mengatakan bahwa dirinya memang sangat peduli dan selalu ingin melindungi Hinata karena dia sangat mencintainya. Haruskah dia mengatakan semua yang dirasakannya selama ini pada Hinata sekarang juga?  

" Baru aku tinggal sebentar dan kau sudah menyelinap ke kamar anak gadisku? Berani sekali kau anak muda! "

Suara berat yang terdengar membuat Naruto langsung melepaskan Hinata. Dia menoleh dan melihat Hiashi Hyuga, papa dari Hinata masuk. Lelaki tua itu menatap tajam Naruto dan Hinata yang segera saling menjauh. Naruto segera duduk kembali ke kursi rodanya.

" Waktu itu aku membiarkanmu membawa Hinata karena aku pikir kau bisa menjaga Hinata. Tapi apa kenyataannya? Kau malah membuat Hinata celaka seperti ini! " ucap Hiashi.

Hati Naruto serasa ditusuk mendengar ucapan Hiashi. Dia lalu teringat saat dia memaksa Hinata untuk meninggalkan papanya setelah melihat Hinata ditampar karena masalah foto kebersamaannya dengan gadis itu beredar beberapa waktu lalu. Tapi saat itu Naruto benar - benar tidak tahan melihat Hinata dimaki dan dipukul meskipun oleh papanya sendiri.

" Maaf.. " ucap Naruto sambil menunduk.

" Naruto sudah menolongku, Pa. Aku mohon jangan menyalahkannya. " ucap Hinata.

" Aku tidak menyalahkannya. Aku menyalahkan diriku sendiri yang terlalu mudah percaya padanya. Tapi aku tidak akan mengulangi kesalahanku itu. Setelah kau sembuh, aku akan memindahkanmu ke sekolah asrama putri terbaik di Ibukota. Kau akan aman di sana. " putus Hiashi.

Naruto dan Hinata kaget mendengar keputusan sepihak Hiashi itu. Hinata langsung menangis.

" Aku tidak mau ke Ibukota, Pa. Aku mau sekolah di Konoha saja. Aku mohon, Pa.. Aku tidak mau pindah sekolah.. " isak Hinata.

Naruto memandang wajah sedih Hinata yang penuh air mata. Pemuda pirang itu mendengus marah.

" Tuan Hyuga! Kenapa Anda selalu saja membuat Hinata bersedih dan menangis? Kenapa Anda selalu saja menyakiti hati putri Anda sendiri? Ayah macam apa Anda ini?! " teriak Naruto pada Hiashi.

" Apa yang kau bicarakan, Bocah?! Di sana Hinata akan mendapat pendidikan bersama para putri bangsawan dan pejabat negara!! Dia akan mempunyai masa depan yang cerah setelah mendapat pendidikan dari para guru terbaik dan profesional di sekolah itu! Sekolah itu adalah sekolah terbaik di negeri ini " ucap Hiashi.

" Terbaik?! Untuk siapa?! Untuk Hinata atau untuk reputasimu dan keluarga Hyuga yang kau bangga - banggakan itu?! " tanya Naruto geram.

" KAU JANGAN LANCANG, BOCAH!! TENTU SAJA AKU MELAKUKAN SEMUANYA UNTUK KEBAHAGIAAN HINATA!! " teriak Hiashi murka. Dia benar - benar tidak bisa menerima sikap lancang Naruto yang menghinanya dan terutama nama keluarganya.

" Begitu? Untuk kebahagiaan Hinata? Kalau begitu ingatlah baik - baik Tuan Hiashi Hyuga yang terhormat. " ucap Naruto sambil menatap tajam Hiashi Hyuga.

" Kapan Anda pernah menemui Hinata, putri Anda ini tanpa membuatnya menangis akibat tamparan dan makian Anda? Kapan Anda datang menemui Hinata, putri Anda ini dan meninggalkannya dalam keadaan tersenyum bahagia? Kapan itu terjadi Tuan Hiashi Hyuga?! " tanya Naruto dengan nada penuh kemarahan.

" Anda membiarkan Hinata hidup sendirian dan tidak pernah datang menemuinya. Tapi Anda selalu memaki, berteriak dan menyalahkan Hinata, putri Anda setiap kali berjumpa! Anda selalu menampar Hinata saat dia sedikit saja melakukan kesalahan! Itukah yang disebut dengan melakukan semuanya untuk kebahagiaan Hinata? " tanya Naruto dengan emosi yang meledak - ledak di dalam hatinya.

Love For HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang