*****
Hinata masih ingin bersahabat dengan Sakura, masih ingin bertemu teman- teman sekekelasnya, Shikamaru, Kiba dan Choji. Hinata masih ingin bertemu dan melihat Naruto, pemuda yang selama ini dicintainya dan merupakan satu - satunya orang yang sanggup menjadi pelipur lara di hatinya. Apa jadinya jika papanya benar - benar memasukkannya ke sekolah asrama? Apakah dia harus kehilangan mereka semua? Bahkan hanya membayangkannya saja Hinata tidak sanggup. Dan itu semua terjadi karena sebuah foto?
" Kau! Kau benar – benar mau melawanku, Hinata??!! " teriak Hiashi marah.
Lelaki tua itu melayangkan tangannya untuk kembali menampar Hinata. Hinata spontan melindungi wajahnya dengan kedua tangannya. Tapi sebelum tangan besar itu menyentuh Hinata ada tangan lain yang menangkisnya. Bukan itu saja, pemilik tangan itu yang tidak lain adalah Naruto, menarik Hinata hingga tangan Hinata terlepas dari cekalan Hiashi. Naruto menyembunyikan Hinata di belakang punggungnya sambil terus memegang telapak tangan mungil Hinata.
" Sudah Cukup!! " teriak Naruto sambil menatap Hiashi dengan sorot mata marah.
" Kakekku bilang lelaki yang memukul perempuan adalah lelaki pengecut. Jadi aku tidak akan membiarkan lelaki pengecut seperti Anda memukul Hinata lagi. " ucap Naruto sambil menahan diri untuk tidak menyerang lelaki tua di hadapannya.
" Bocah kurang ajar!! Berani sekali kau mau ikut campur urusan orang tua dengan anaknya?! " teriak Hiashi murka.
" Anak?! Apa saya tidak salah dengar?! Bukankah Anda tidak mau mengakui Hinata sebagai anak karena malu?! Anda sendiri yang bilang tadi kan?! " jawab Naruto dengan suara yang tidak kalah keras.
" Anak yang Anda pukul dengan tangan Anda!! " teriak Naruto.
" Anak yang tidak anda percayai kejujurannya!! Anda lebih memilih percaya pada foto sialan itu dari pada ucapan anak Anda sendiri!! " Naruto benar – benar tidak bisa menahan kemarahannya lagi.
" Sejak kecil saya tidak punya orang tua dan harus tinggal di panti asuhan. Selama ini saya selalu menginginkan mempunyai ibu dan juga ayah. " ucap Naruto sambil meremas tangan Hinata.
" Tapi setelah melihat Anda, saya sangat bersyukur tidak punya seorang ayah seperti Anda. " ucap Naruto dengan penuh penekanan.
Hiashi terdiam mendengar ucapan Naruto. Dia menatap Naruto dengan sorot mata yang tidak Naruto mengerti. Kemudian Hiashi melihat ke arah Hinata yang ada di belakang Naruto. Gadis itu terus menangis sambil menatapnya dengan sorot mata sedih.
" Ayo pergi, Hinata. Sebelum aku habis kesabaran dan memukul papamu. " ucap Naruto sambil menggandeng Hinata pergi meninggalkan Hiashi.
Hiashi hanya diam saat melihat Hinata dibawa oleh Naruto pergi. Hinata menoleh ke arah Hiashi yang hanya menatapnya saat Naruto menarik tangannya dan membawanya meninggalkan tempat itu. Hinata berharap papanya itu akan berteriak marah pada Naruto dan menghentikannya lalu membawanya pulang ke rumah. Tapi itu semua tidak terjadi. Gadis itu kecewa karena papanya membiarkan Naruto membawanya pergi tanpa melakukan apapun. Hinata sangat sedih karena mengira papanya sudah tidak peduli lagi padanya.
" Apakah papa tidak menyayangiku meski sedikit saja? " tanya Hinata dalam hati.
Sepeninggal Naruto yang pergi membawa Hinata, Hiashi masih berdiri di tempatnya sambil berpikir tentang apa yang diucapkan oleh Naruto. Dia lalu mendatangi salah seorang siswa yang berada di depan pintu perpustakaan dan menanyakan apakah dia juga menerima kiriman foto Naruto dan Hinata di ponselnya? Siswa itu dan juga beberapa siswa lainnya yang kebetulan berada di perpustakaan dan juga staff perpustakaan menjelaskan bahwa foto itu memang sudah tersebar ke semua siswa melalui sebuah aplikasi jejaring sosial media. Tapi masalah Naruto dan Hinata pacaran, mereka tidak bisa memastikannya. Mereka hanya bilang Naruto itu selalu berada di tempat dan waktu yang tepat saat Hinata memerlukan pertolongan lalu menolong gadis itu. Selebihnya, mereka tidak pernah melihat Naruto dan Hinata berjalan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Hinata
FanfictionDisclaimer @ Masashi Kishimoto. Naruto, Haruhina, Anime, Drama, Family.