Part 6. Heart Beat Fast

3.7K 303 5
                                    

****

Sejak Sakura pacaran dengan Sasuke, Hinata jadi lebih sering sendirian saat makan ke kantin atau pulang sekolah. Hinata jadi merasa sedikit kesepian. Seperti saat ini, pelajaran terakhir yaitu IPS kosong dan Iruka sensei memberi tugas sangat banyak hingga kelas Hinata terpaksa pulang lebih akhir dan kebetulan hari ini juga ada kegiatan ekstrakurikuler. Hinata berjalan pulang dengan perasaan sedikit takut karena hari sudah hampir gelap dan dia juga harus pulang sendirian.

" Hey! Boleh aku pulang bersamamu? " Sebuah suara terdengar dan membuat Hinata menoleh.

" Na - Naruto?! " teriak Hinata kaget.

Mata Hinata membola saking kagetnya dan jantungnya langsung berdebar sangat kencang melihat Naruto sudah berdiri di sampingnya.

" Reaksimu itu seperti sedang melihat setan saja. Apakah aku begitu menakutkan bagimu? " tanya Naruto.

Naruto jadi merasa sedikit cemas kalau keberadaannya di dekat Hinata malah membuat gadis itu takut padahal dia hanya bermaksud mengantar Hinata pulang karena tidak tega membiarkan Hinata pulang sendiri saat hari sudah mulai malam.

Akhir-akhir ini Naruto sengaja menyapa Hinata tiap kali mereka kebetulan berpapasan dan juga sering muncul di kelas Hinata agar gadis itu bisa terbiasa dengan kehadirannya. Naruto berharap setelah Hinata terbiasa dengan kehadirannya, Hinata bisa lebih mudah menghilangkan ketakutannya, rasa marah dan sakit hatinya  yang diakibatkan dari ciuman paksa yang dilakukannya pada gadis itu beberapa waktu yang lalu. Naruto bahkan mengira Hinata sudah mulai memaafkannya saat Hinata membiarkannya menyentuh dan memeriksa luka di wajahnya saat terkena bola basket dan juga saat Hinata bersedia menolongnya saat dirinya dan Kiba dikeroyok oleh siswa SMA Otto.

" Ma - Maaf. Aku hanya sedikit kaget saja. " ucap Hinata sambil menunduk.

" Jadi kau tidak keberatan kan kalau pulang bersamaku? Kita kan searah. " tanya Naruto lagi.

" Ti - Tidak sama sekali. " jawab Hinata gugup. Naruto tersenyum lega mendengar jawaban Hinata itu.

" Kalau begitu ayo jalan. " ucap Naruto lalu berjalan terlebih dulu.

Hinata mengikuti langkah Naruto dengan jantung yang berdebar kencang. Bagaimana tidak? Pemuda yang kau sukai mengajakmu pulang bersama. Bukankah itu adalah harapan semua gadis yang sedang jatuh cinta? Tidak terkecuali Hinata.

Hinata menatap sosok Naruto yang berjalan di depannya. Tubuh tinggi besar dengan rambut pirangnya yang menebarkan aroma citrus segar itu membuat Hinata terpesona. Ada rasa gugup sekaligus rasa bahagia saat dia berjalan bersama pemuda pirang itu. Bahkan perasaan sakit hatinya pada Naruto karena pemuda itu pernah menciumnya dengan paksa sudah terlupakan oleh Hinata, berganti desiran aneh yang menyenangkan dalam dirinya saat berdekatan dengan Naruto. Akhirnya Hinata tidak sanggup memandang sosok pemuda pirang yang kini telah menguasai hati dan pikirannya dengan pesonanya itu dan hanya bisa menunduk. Gadis itu lebih memilih memandangi jalanan, trotoar atau tangga serta lantai keramik yang dilaluinya yang tidak akan membuat jantungnya berdebar terlalu kencang saat melihatnya.

" Bugh! " Hinata terkejut saat tiba - tiba dia menabrak sesuatu. Saat mendongak Hinata kaget karena dirinya menabrak punggung Naruto yang tiba - tiba saja menghentikan langkahnya.

" Ma - Maaf.. " ucap Hinata sambil membungkuk untuk minta maaf.

" Kita sudah sampai. " ucap Naruto.

Hinata melihat sekeliling dan kaget saat sadar mereka berdua sudah berada di depan pintu apartemennya.

" Bagaimana kau tahu aku tinggal di sini? " tanya Hinata heran.

Love For HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang