For you guys,terimakasih yang udah mau nyempetin waktu nya buat baca cerita aku.
.
Happy reading
Semoga suka! :).Kami berdua masih di loteng. Jinyoung yang masih sibuk mengobati telapak tanganku dengan telaten,dan aku yang sibuk melamun tentang jisung yang datang bersama jinyoung saat aku berkelahi dengan momo.
Kalian pasti menjerit melihat ketelatenan jinyoung dalam mengobati ku. Aku akui itu memang mengagumkan.
"lo tadi dateng sama siapa" ucapku memecah keheningan.
"hah?siapa?" -jinyoung.
Inilah sifatnya yang paling menyebalkan dari seorang jinyoung,dia sangat lemot.
"tadi yang dateng sama kamu pas aku berantem"
"cie manggil nya aku kamu" -jinyoung.
"jawab ajasih!" nadaku meninggi.
Sungguh,aku sedang tidak mau berdebat. Aku sangat lelah,terlebih segala sesuatu selalu terlihat sulit dimataku.
"kenapa emang si jisung?" sindir jinyoung.
"oh,engga. Cuma nanya,kayak pernah liat gitu di suatu tempat. Tapi gatau dimana" balasku,sambil lemas menjawab.
Yaampun,begitu banyak dosa yang telah kubuat,karena membohongi para sahabatku.
Ini sangat menguras tenaga batinku.Tolong maafkan aku tuhan.
"nih udah,lain kali kalo mau berantem. Bilang gue kek,gue juga pengen melampiaskan balas dendam gue ke si jennie" jinyoung bicara panjang lebar.
"dih,ada masalah apa lo sama nek lampir itu" aku tersenyum tipis,dan sedikit menyindir.
"gue pernah dibikin malu satu kelas sama dia" -jinyoung.
Jinyoung menatap ku iba dan heran. Entah kenapa tatapan itu selalu membuatku nyaman,teduh. Dan itu terjadi selama 11 tahun. Kadang aku berterimakasih kepada tuhan,kadang juga ingin mengumpat kepadanya.
"paan sih,sa ae kali liatin nya" aku memecahkan keheningan.
Dia hanya tersenyum,melithat ku. Dia bilang aku imut jika bertingkah laku seperti ini.
Perlu diingat kami hanyalah sahabat dari kecil.
Kemudian. Aku merangkul tangannya,menyuruhnya melihat langit yang sedang cerah tapi tidak panas. Lalu,aku menyenderkan kepala ku dipundaknya. Itulah kebiasaanku ketika aku benar benar merasa bingung. Dan hilang arah.
"sekali lagi,gue beruntung punya lo. Bae jinyoung" sungutku,dengan nada sedikit purau karena aku tidak bisa menahan tangis yang sejak tadi ku pendam.
Tidak tau kenapa,aku hanya emosional akhir akhir ini. Aku merasakan jiyoung mengelus pucuk rambutku dan menepuk pundakku,tanpa berkata apa apa. Dia sudah mengerti,disaat seperti ini dia hanya perlu diam dan mendengar apa yang ingin ku keluhkan. Kami memang begini,tapi lebih tepatnya aku yang selalu begini.
Kami bolos 2 mata pelajaran,tapi aku benar benar tidak peduli. Karena wendy bilang daritadi memang tidak ada guru karena rapat.
~~~~
Aku pulang kerumah menggunakan angkutan umum. Tidak ada pilihan lain,karena jinyoung harus les setelah pulang sekolah."pulang juga kamu!" tiba tiba ibukku membentak.
Aku terjekut. Mataku membesar. Kornea ku bergetar. Apa apaan ini?! Teriak ku dalam hati.
"kamu ngapain ngambil uang ibu di dompet,kan ibu udah kasih kamu jatah. Kenapa kamu malah ngambil ga bilang bilang! Hah?! Jawab!" bentak ibuku sambil menghunyungkan kepalaku.
"aku ga pernah ambil uang ibu sepeserpun" jawabku dengan nada bergetar ingin menangis.
"siapa lagi kalo bukan kamu,dirumah ini cuman kamu yang selalu cari gara gara" lalu ibuku menarik kerah bajuku lalu dihempaskan nya aku kedalam kamar mandi,tempat paling kubenci. Tempat gelap,lembab. Aku tidak suka gelap.
"tidur kamu disana! Semalaman. Kamu gadapet jatah makan malem!" bentaknya lagi. Sambil membanting pintu kamar mandi.
Kenapa tidak melawan? Aku tidak seberontak kakakku dan adikku. Hey,itu ibuku lagipula. Aku tidak pernah berani membetaknya. Aku menarik napas lalu mengeluarkan nya perlahan,aku menangis.
"jinyoung,kenapa ini sangat sulit untukku" keluh ku dalam diam. Sepertinya hanya dia yang mengerti perasaan ku disaat seperti.
~~~~
"hey joy. Lo liat yoora ga?. Ko dari pagi gue galiat dia ya" ucap jinyoung kebingungan.
"galiat tuh,tadi gue juga sempet nelfon. Tapi ga diangkat sama dianya" -joy.
"duh,tu anak kemana yaa. Baru aja di tinggal ga pulang bareng lansung ngilang" jinyoung malah ngobrol sendiri.
"yaudah,lo cari aja. Nanti gue kalau udah dapet kabar,lansung hubungin lo" -joy.
Jiyoung setengah frustasi mencariku. Dia sampai lari kesana kesini mencariku,memutari koridor sekolah,menanyai setiap orang yang dia lewati. Dan masih banyak lagi upaya yang dia lakukan. Sekhawatir itukah jinyoung karena aku menghilang seharian tanpa kabar?.
"ngapain gan?" tanya jisung kepada jinyoung yang sibuk cepat cepat membereskan barang barang,agar segera pulang.
"lo galiat bgst?!" jinyoung sedikit emosi.
"santuy sih,gue nanya baik baik" -jisung.
"Eh sorry sorry gue gamaksud,cuma lagi gafokus,duh." -jinyoung.
Tanpa berkata apa apa,jinyoung menghiraukan jisung dan teman teman nya. Dia hanya khawatir karena memang faktanya aku sama sekali tidak mengabari siapa siapa.
Bagaimana aku bisa mengabari,tubuhku saja masih terbujur kaku di ruang yang paling aku benci. Lembab,basah,pengap. Itulah yang aku rasakan saat ini.
Aku hanya merintih percuma. Aku lebih memilih pasrah,dan selalu berdoa kepada tuhan. Hanya tuhan yang bisa mendengarkan segala keluhan,rintihan ku.
Duakhh!
Kudengar samar samar suara pintu kamar mandi di dobrak. Sungguh,saat itu tubuhku sangat tidak memadai untuk bergerak. Rasanya seperti mati rasa. Tubuhku seperti membeku.
"lo kenapa sih ra,kenapa lo gabilang sama gue sih. Gue kan jadinya ga perlu repot repot nyari lo kesana kemari" sungut jinyoung .
Jinyoung bodoh,kenapa disaat ini dia malah menceramahiku.
Sambil masih menceramahi ku dia lansung memopong ku untuk berdiri walau tak mampu. Membawaku kekamar ku yang dingin. Dia merawat ku dengan sangat telaten,seperti biasa. Aku memang tidak melihatnya tapi aku bisa merasakannya. Aku yang hanya diam membisu,hanya tersenyum tipis saat jinyoung memopong tubuhku.
Tuhan,terimakasih telah mendatangkan jinyoung di hidupku. Begitulah doaku kepada tuhan diatas sana.
Sampai jumpa lagi🍃❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Kala Itu - PARK JISUNG (NCT)
Teen FictionDisini saya akan bercerita bagaimana hujan bisa seindah kala itu. Dan saya ingin menyampaikan sesuatu kepada penggemar hujan.