4. Toilet

2K 111 13
                                    

Siapa sangka pertemuan singkat bisa membangun cerita yang panjang di masa yang akan datang

•[]•

Gebrakan itu membuat si pemilik meja berjengit kaget, bahkan sangat kaget karena orang itu langsung menarik Qilla dengan kasar.

"Maksud lo apa liatin Fakih kayak gitu? Lo suka kan sama dia?" bentak Amel membuat Qilla tertunduk karena sekarang ia malu di saksikan murid tiga angkatan, meskipun tidak semuanya pasti gosip akan menyebar satu sekolah.

"Heh lo apa-apaan, dia ngeliatin Fakih karena dia punya mata," balas Dwi sarkas. "Dan lo? Lo punya hak apa buat ngelaranf itu?" tanya Dwi membuat Amel memendam amarahnya dalam-dalam

"Gak bisa jawab kan? Iyalah wi, dia kan cuma cemburu doang, padahal gak ada hak," timpal Ajeng

"Maksud kalian apa? kalian berani sama kita? kita kakak kelas kalian, bodoh!" Sinta datang membela Amel

"Kakak kelas lo bilang? Sifat lo udah layak ditiru belum nih?" tanya Ajeng, Nabila ingin angkat bicara namun tangannya digenggam oleh Fadil

"Gue peringatin ke lo, jangan berani deketin hak milik gue," ucap Amel penuh penekanan pada Qilla

"Eh Mel, gue gak salah denger? hak apa yang lo maksud? hak asasi manusia?" tanya Radit yang hadir di antara keributan tersebut

"Diem Radit, gue gak mau ada adik kelas yang berani kayak gini."

"Emang mereka salah apa sama lo? lo gak malu? mereka diem aja loh padahal dari tadi. Kan emang lo nya aja yang posesif, melarang apa yang emang gak harus lo larang," terang Radit

Kemudian Radit menarik tangan Qilla untuk keluar dari kantin. Hal tersebut membuat Amel bahkan penghuni kantin melongo melihatnya. Diantara mereka langsung menebak nebak hubungan antara keduanya

"Gila anjir baru juga masuk udah dapetin Radit, gue aja tiga tahun gak dapet dapet."

"Tadi pagi berangkatnya bareng, sekarang mereka mau kemana?"

"Mereka pacaran?"

"Kenapa masih disini?" tanya Dwi pada Amel

"Belum puas kita hujat?" kini giliran Ajeng

"Gue ingetin lagi sama kalian, gue ini kakak tingkat kalian. Jangan macem macem sama gue." Amel berucap penuh penekanan

"Setidaknya kalau lo mau dihargai, maka belajar menghargai orang lain," ucap Fakih sarkas yang kini melenggang keluar dari kantin

"Bahkan kita sebagai adik kelas ngerasa gak pantas buat hormatin orang kayak lo," bahkan sekarang Sheva menambahkan

Amel hanya terdiam mematung, dia tidak menyangka efek anak baru itu sangatlah besar untuknya. Bahkan baru pertama kalinya Radit menyalahkan nya, biasanya Radit selalu bersikap acuh.

"Mending lo duduk, nih minum minuman gue. Belum gue apa apain kok." Fadil menyerahkan es teh manisnya

"Amel malu maluin angkatan aja."

"Mel lo mau di hargain? Berapa harga lo Mel?"

"Soeltann eaaa."

Hancur, benci, dendam. Itu yang sekarang Amel rasakan.

"ARRGHHH," geramnya kemudian meninggalkan kantin diikuti oleh Sinta dan Nabila. Suasana kantin kembali seperti biasa sebab biang keroknya sudah pergi. Namun di lain tempat

"Kamu enggak kenapa kenapa kan?" tanya Radit

"Enggak, cuma kaget aja," jawab Qilla

"Lain kali kalo Amel macem macem jangan masukin hati, sinting itu anak."

FAQILLA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang