16. Menyesal

1.1K 76 9
                                    

Selamat menghalu

_____________

"Arghhhh!" Sheva meninjukan kepalan tangannya pada tiang rumah sakit.

"Gua cinta sama lo Aqilla," lirihnya

"Lo suka sama dia?" Sheva terkejut dengan kedatangan Rey yang mendadak dan nendengar apa yang tadi ia ucapkan.

"Qilla udah sama temen kita, itu artinya lo harus bisa lupain dia," ucap Rey dengan menepuk pundak Sheva, namun Sheva tetap terdiam dengan pandangan lurus.

"Tapi gua cinta sama dia, sayang sama dia," kini Sheva membuka suara

"Iya gua tau, tapi mau bagaimana lagi lo harus relain demi sahabat lo," Rey berusaha membuka pikiran Sheva

"Gue gak mau pertemanan kami bertiga renggang cuma gara-gara satu cewek,"

"Hm," gumam Sheva kemudian meninggalakan rumah sakit.

Rey menggeleng melihat sahabatnya itu, ia turut prihatin dengan perasaan Sheva. Sekalinya mencintai tetapi orang yang dicintainya mencintai orang lain.

"Gue berharap lo bisa ikhlasin Shev," Rey beranjak pergi untuk ke food court rumah sakit, niatnya tadi akan membelikan makanan untuk Dwi, gadisnya.

Di lain tempat Qilla sedang di introgasi oleh Dwi, dia ditanya ini dan itu bahkan dari a sampai z tidak ada yang terlewat.

"Awalnya gimana? Kok bisa sampai gini? Lo kenal gak sama pelakunya?" tanya Dwi tak sabar

Qilla menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan sahabatnya, sampai pada akhir ia memberitahukan siapa pelaku di balik semua ini. Hal tersebut membuat Dwi terdiam, ia tidak percaya dengan apa yang sudah di ucapkan oleh teman di depannya.

"Se.. seriusan Ajeng?" tanya nya

"Iya," jawab Qilla. Sebenarnya ia tidak mau mengatakan ini, tapi ia tidak mau Ajeng akan berbuat seperti sekarang ini kepada orang lain.

"Kenapa bisa gini sih Jeng," lirih Qilla

•••

Seorang gadis kini sedang memberantakan semua isi kamarnya, bahkan lampu duduk yang ada di nakas pun ikut ia pecahkan. Alat makeup terpecah dan berhamburan di lantai.

"Apa yang udah gue lakuin sama sahabat gue sendiri," sesal Ajeng yang kini terduduk sembari menyandar ke tempat tidur.

"Gue emang gak tau diri,"

"Gue bego,"

"Gue tolol,"

"Maafin gue Qilla," sesalnya

Ajeng mengambil ponselnya, ia ingin memberitahukan semuanya pada Dwi. Namun teleponnya sudah empat kali ditolak, bahkan pesannya pun tidak dibaca. Sampai akhirnya sambungan telpon tersambung.

"Gue gak nyangka Jeng lo sebangsat itu,"
ucap suara di seberang telpon.

"Lll..o Lo udah tahu?" gugupnya

FAQILLA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang