-------
__________
Setelah menjalani rawat inap satu hari di rumah sakit, akhirnya Qilla di izinkan untuk pulang. Bahkan sekarang dia sudah berangkat ke sekolah seperti biasanya. Lukanya memang belum sembuh total, tapi ia rasa tidak akan ada masalah jika dirinya sekolah.
Saat masuk ke halaman sekolah, semua pasang mata menatap dua pasangan baru yang kini sedang melintas di lapangan. Fakih berjalan dengan sangat pelan karena ia menunggu cara jalan kekasihnya yang masih lambat karena luka di kakinya.
"Habis kena bully itu cewek."
"Lagian sok-sokan sih. So cantik banget."
"Lemah amat."
"Kuwalat deketin cogan gitu."
"Jangan dengerin," ucap Fakih pada Qilla
"Udah biasa kayak gitu mah."
Fakih tidak mengantar Qilla sampai kelasnya karena Qilla melarang hal itu. Ia tidak mau Riya melihatnya, pasti temannya itu sangat marah.
Saat masuk ke dalam kelas, Ajeng lah yang pertama Qilla lihat. Namun dengan cepat Qilla mengalihkan pandangannya, bahkan sekarang Ajeng menatapnya dengan sendu.
Dwi yang melihat itu terdiam, ia tahu perasaan kedua sahabatnya. Ia tidak bisa membela salah satunya, karena memang perlakuan Ajeng sangat tidak pantas. Namun dia juga tidak bisa menyalahkan Qilla, orang mana yang tidak kecewa jika sahabat terpercaya nya melakukan tindakan kriminal.
"Masih sakit kenapa sekolah?" tanya Dwi yang kini sudah ada di meja Qilla
"Udah enggak kok,"
"Jangan banyak gerak Qil, luka lo belum full sembuh," pesan Dwi kemudian dia kembali ke tempatnya.
Berita pembullyan itu sudah menyebar, entah siapa yang menyebarkan nya. Namun pelaku dari pembullyan itu tidak dibeberkan dalam informasi tersebut.
Sebenarnya Qilla ingin sekali bertegur sapa dengan Ajeng seperti biasanya, namun keadaannya lah yang memaksanya untuk menjadis seperti ini. Semua orang terdekatnya sudah tahu bahwa ada Ajeng dibalik semua kejadian. Tapi semuanya berusaha tutup mulut, mereka tidak mau menyakiti Ajeng. Apa yang akan terjadi jika mereka tahu bahwa pembullyan ini di latar belakangi oleh sahabatnya sendiri.
"Masih hidup ternyata." Riya berbisik pada Qilla namun tidak ia tanggapi
Tidak lama guru yang disegani semua murid pun datang, siapa lagi jika bukan bu Rike. Guru yang biasa dipanggil Burik itu hanya masuk dan memberi selembar kertas yang isinya daftar kelompok serta tugas yang harus di kerjakan.
Saat Burik sudah keluar, semua murid dikelas ribut ingin tahu dengan siapa mereka satu kelompok, dan tugas apa yang akan mereka kerjakan.
"WOI DIEMMM. BIAR GUE AJA YANG SEBUTIN, KALIAN TULIS DI CATATAN MASING-MASING TUGAS KELOMPOK DAN ANGGOTA KELOMPOKNYA!!" Seru Andry si ketua kelas
"BURUAN DRY."
"SEMOGA GUE SEKELOMPOK SAMA SHEVA, BIAR NILAI GUE GAK ANJLOK SEMESTER INI." Harap Saeful
KAMU SEDANG MEMBACA
FAQILLA [TERBIT]
Teen Fiction[Sudah terbit. Tidak tersedia di Gramedia] Kunjungi instagram guepedia_penerbitan untuk pembelian Fakih Pradifta Melvano. Dia acuh pada sekitar, sikap tersebut terbentuk karena semua yang ia hadapinya. Bahkan ia trauma menjadi orang baik, ia tidak i...