6. Sial

1.7K 108 34
                                    

Eh kita ketemu lagi, kebetulan apa jodoh?

[Jujur siapa yang kalau gak sengaja ketemu sama doi, suka mikir gitu?]

•••

Semilih angin malam menerpa wajah cantik nan lugu seorang gadis yang sedang memandangi bintang dari balkon kamarnya, dengan alunan musik yang terputar dari ponselnya.

"Ngapain di situ? masuk, dingin," Radit menghampiri Qilla membuat adiknya langsung tersenyum simpul

"Ada juga abang ngapain kesini? bukannya tadi bilangnya demam ya?"

"Abang kan strong," jawab Radit angkuh

"Stres tak tertolong," cibir Qilla

"Tadi yanh udah terjadi di sekolah jangan kamu ambil hati ya?" Radit mengingat kembali kejadian yang tadi siang menimpa adiknya, ia takut adiknya tidak betah bersekolah di sekolahnya

"Udah biasa," ungkap Qilla membuat Radit melotot mendengarnya

"Apa kamu bilang? udah biasa? kamu disana sering di begituin?" pertanyaan terus terdengar dari bibir kakaknya membuat Qilla menatapnya dengan risih

"Gak juga, udah lah jangan dibahas. Males bahas kayak gituan," setelah berucap Qilla langsung mengalihkan pembicaraannya, ia tidak mau jika hal itu diingat kembali.

Pasalnya dia sangat muak pada manusia-manusia yang ingin dihargai, tapi tidak tahu caranya menghargai orang lain.

"Bang, kak Fadil ganteng ya." Radit terkejut, tidak biasanya adiknya seperti itu

"Gantengan juga abang."

"Tapi asli deh, kak Fadil manis banget. Keliatan pendiam juga, boleh lah bang sama aku."

"Enggak gak boleh, yang kamu lihat itu luarnya Fadil aja. Kalau kamu lihat dalamnya, aku bakal ilfil," ucap Radit membuat Qilla menekuk alisnya

"Maksudnya? kalem di luarnya aja?"

"Iya, aslinya bobrok." Qilla terkekeh mendengarnya

"Radit, Qilla bunda gak tanggung jawab kalau nanti kalian masuk angin," seru Marisa yang baru saja datang ke tempat mereka mengobrol.

"Ampun bun," ucap keduanya meringis karena sekarang salah satu telinga mereka ditarik kencang oleh sang bunda

"Kamu juga katanya demam, malah kedinginan. Qilla juga, udah bunda bilangin kamu itu rawan kena angin malam," bundanya terus saja memarahi keduanya dan menariknya untuk segera masuk

"Ini udah bun aduh, iya ini mau tidur kok asli gak boong," tanda peac dari Radit membuat tarikan di telinga mereka terlepas

"Tidur, jangan begadang." Marisa langsung meninggalkan keduanya

"Cepet tidur. Nanti bunda kamu marah." Radit langsung beranjak

"Bundaku bunda kamu juga kali bang."

"Hei bunda denger ya," teriak Marisa dari luar kamar

"Bunda maaf, jangan marah nanti cepat tua," balas keduanya

"Kalian ngatain bunda tua?" Marisa muncul kembali di ambang pintu

"Sudah, kamu ini seperti anak-anak saja," lerai Handika pada istrinya

"Tuh bun, dengerin pak Handika," celetuk Radit

"Kamu itu ya," saat Marisa akan masuk kembali ke kamar Qilla, Handik langsung sigap menggendongnya seperti karung beras. Membuat istrinya meronta-ronta dengan kepala di bawah dan kaki di atas

FAQILLA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang