11. Kenal

1.4K 83 6
                                    

Bismillahirahmanirrahim
_

_____

Suasana kelas sangat hening karena sekarang guru yang di segani sedang mengajar di kelas. Di senyapnya kegiatan, hanya Qilla yang sedari tadi terlihat gelisah.

"Lo kenapa?" tanya Ajeng berbisik

"Aku gak bisa konsentrasi, gak tahu kenapa," jawab Qilla

Bu Rike memperhatikan gerak-gerik mereka, hingga akhirnya suara teguran terdengar di penjuru kelas.

"Kalian bersua sudah arisannya? atau mau dilanjutkan di depan?" tanya bu Rike membuat dua gadis itu terdiam.

"Mati," gumam Ajeng tercekat

"Siapa yang mati Ajeng?" tanya bu Rike

"Itu bu kucing saya," jawab Ajeng gugup

"Kalian berdua ke depan," perintahnya

Mau tidak mau Ajeng dan Qilla maju dengan wajah ketakutannya. Bu Rike melanjutkan tulisannya di papan tulis, sampai akhirnya mendengar celetukan gadis.

"Males," seluruh isi kelas menatap horor pada Dwi

"Kamu malas dengan pelajaran saya?" tanya bu Rike

"Iya nu, nulis terus. Capek," keluhnya membuat semua tatapan anak kelas melotot lebih lebar.

"Maju, berdiri bersama mereka," Dwi dengan senang hati maju menemani kedua temannya.

Temannya memandang heran, tidak biasanya Dwi malas dalam urusan pelajaran. Apalagi ini bu Rike, pasalnya dia adalah murid kesayangan bu Rike.

"Ada lagi yang malas dengan pelajaran saya?"

"Saya," jawab Sheva kemudian dia ke depan, seluruh pasang mata menatap heran karena hari ini kedua bintang kelas malas dalam belajar.

Setelah menghabiskan sekitar satu jam setengah untuk berdiri di depan, akhirnya bel istirahat terdengar membuat murid di kelas menghembuskan nafasnya lega.

"Lo kenapa ikut maju?" tanya Dwi

"Lo juga sama," balas Sheva

"Eh mau kemana?" tanya Ajeng pada Sheva yang akan keluar dari kelas

"Urusannya sama lo?" tanya Sheva pada Ajeng yang langsung diam tak berkutik.

"Ke kantin aja, mumet gue disini," ajak Ajeng dengan menarik kedua lengan temannya.

Di kantin mereka seperti biasa memesan makanan yang sama, sekarang Dwi yang di tugaskan untuk memesan. Saat akan membawa nampan ke mejanya, dia merasa kesulitan.

"Sini gue bantu," Rey datang dari arah belakang membantu Dwi membawakan nampan ke mejanya.

Dwi tersadar dari keterkejutannya "Biar gua bawa sendiri," ucapnya berusaha mengambil alih nampannya.

Namun Rey tidak mengindahkannya, dia terus berjalan ke meja yang dituju dengan nampan yang dibawanya. Di belakang Dwi hanya meringis karena seluruh tatapann siswa di kantin seperti sedang mengintimidasi dirinya.

"Makasih," Rey mengangguk dan pergi kembali ke mejanya

"Wah langsung ngegas aja lo bro," Fadil berseru membuat Rey tersenyum sembari menatap gadis yang ia tolong tadi.

"Kayaknya gue suka sama cewek itu," ungkapnya membuat teman-temannya bergidik

"Alhamdulillah Rey udah puber," Radit mendramastis

FAQILLA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang