[cerpen] Kadar Kemanusiaan

940 44 0
                                    

[judul "kata sains"]
Kadar Kemanusiaan
Devin Elysia Dhywinanda

Kendati telah bekerja di Departemen Kesehatan Nasional, Silla selalu mengingat potongan dongeng yang Ibu ceritakan: "Tempat tujuan mereka adalah sebuah tempat yang bahkan lebih sulit diimajinasikan oleh kebanyakan dari kita daripada untuk membayangkan kota kebahagiaan". Orang-orang Omelas, demikian Silla menyebutnya, adalah gambaran betapa manusia telah diperbudak oleh nurani dan kemanusiaan itu sendiri.

Setelah perang nuklir terjadi, dunia diselimuti oleh ketakutan akan dampak radiasi. Bunga matahari dibudidayakan, banker-banker dibuat, pemeriksaan barang yang berpotensi terkena dampak radiasi diperketat. Limabelas hari setelah kiamat, negara-negara yang selamat menerbitkan undang-undang perihal suntik mati atas korban paparan radiasi tingkat menengah hingga atas. Kebijakan tersebut diambil untuk meminimalisir pasokan makanan korban selamat dan sepenuhnya dibebankan pada Departemen Kesehatan.

Sialnya, Sillalah salah satu dewa kematian tersebut. Maka, tidak heran bila ia dihadapkan oleh banyak nyawa sekarat tiap harinya. Baju anti-radiasinya pengap, tetapi pikirannya sesak oleh pertanyaan monoton: apa itu kemanusiaan di era serbarasional seperti ini?

Pertanyaan itu meliar hari demi hari, menghantui layaknya kegilaan negara adikuasa; dan, ketika wanita yang terpapar radiasi 3 Gy itu datang, Silla tidak kuasa menahan gemetar.

Rambut wanita itu rontok dan epidermis kulitnya tidak berhenti mengeluarkan darah—tetapi bukan keadaan mengerikan itu yang menjatuhkan pertahanan Silla, melainkan fakta bahwa tanpa bersitatap pun, Silla dapat membayangkan senyuman wanita tersebut.

Apa itu kemanusiaan? Apa dan siapa itu "manusia"?

Pertanyaan itu menguat ketika Silla mendekat, memperhatikan wajah merah yang matanya ditutup oleh kain hitam.

Kala itu, seketika, kisah orang-orang Omelas bergaung membabi buta; bercampur dengan pernyataan gila dari dua negara adikuasa yang melantakkan mimpinya, mimpi banyak orang, mimpi umat manusia.

Silla menahan napas, memandangi sosok itu dengan sayu.

Ibu, pantaskah kita—aku—disebut manusia?

Butuh banyak waktu untuk menjawab pertanyaan kosmik tersebut, tetapi hanya sedetik bagi Silla untuk menyadari, mengingat, betapa manusia di ruangan itu dipenuhi oleh derita, rasa sakit oleh dampak permanen nuklir, serta keputusasaan... yang menghantui, menyakiti, sampai mati.

Semisal, masa tigapuluh hari terlewati dengan selamat dan mereka berhasil hidup dengan membawa partikel radioaktif dalam tubuh mereka, penyiksaan mental (hinaan serta fakta mereka hanya akan hidup di atas ranjang ruang isolasi) tetap menghantui; dan itu membuat Silla bertanya: Apakah membiarkan seseorang menderita selama sisa hidupnya ... adalah hal manusiawi?

Silla terdiam. Pikirannya bermutasi.

a melanggar prosedur suntik mati dan membisikkan sesuatu ke telinga yang tidak berhenti mengeluarkan darah tersebut, "Ibu," Tubuh wanita itu menegang, "aku menyayangimu. Aku tidak akan membiarkanmu kesakitan. Aku harus mengakhiri semua ini."

Hening untuk waktu yang lama.

"Ibu mengerti, 'kan?"

Yang dimaksud menarik bibirnya; dan langkah-langkah itu terdengar jelas di telinga.

Silla menyuntikkan potasium klorida pada lengan beruam ibunya ... atas nama kebejatan negara tetangga, atas nama dunia yang tidak lagi ramah, atas nama kemanusiaan yang diperjuangkan orang-orang Omelas ... bahwa kemanusiaan masih ada di dunia.

*

Beberapa sesepuh idealis berkata bahwa inilah zaman rasionalitas, di mana kemanusiaan dibuang untuk membentuk keturunan-bebas-radiasi; tetapi, Silla, dengan tegas menyatakan bahwa kadar kemanusiaan mereka bukan berkurang, melainkan mengalami resistensi ... sebuah evolusi.

Kemanusiaan adalah hal yang dilakukan untuk membahagiakan orang-orang—membebaskan mereka dari rasa sakit duniawi—'kan? Jadi, bukankah dengan membebaskan orang-orang itu dari rasa sakit ... sama saja dengan memelihara rasa kemanusiaan dalam diri kita? (*)

Ketika Dunia Bercerita [Antologi Cerpen & Puisi dalam Event Frinity Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang