Pagi ini Zidna lari pagi ke taman kota.
Saat Zidna sedang berlarian kecil, seseorang menaiki sepeda menabrak kaki Zidna. Zidna tersungkur di aspal.
Zidna hanya meringis sambil memegangi lututnya, tidak sakit, tetapi perih.
Zidna menatap uluran tangan di depannya, tanpa berpikir siapa pemilik tangan tersebut, Zidna menerima uluran tangannya.
Deg!
Mata dan tatapan orang itu tidak asing bagi Zidna. Tetapi wajahnya, Zidna tidak tahu dia siapa.
"Hei. Maaf ya. Tadi gue sempet nglamun." Zidna tidak menggubris ucapannya.
"Hm." Dehemannya membuat Zidna tersadar dari pikirannya yang melayang entah kemana.
"Ya?"
"Maaf. Kaki lo sakit?" Zidna menggeleng.
"Yuk duduk dibangku itu, nanti gue obatin luka lo." Lelaki itu memapah Zidna.
Setelah pergi ke warung ingin membeli obat luka katanya, lelaki itu kembali menemui Zidna.
"Sini kaki lo. Ini pasti perih." Lelaki itu mengobati luka Zidna dengan hati-hati, sesekali Zidna meringis.
"Ngomong-ngomong kita belum kenalan. Jadi siapa nama lo?"
"Zidna."
"Hah?"
"Zidna Marella."
"Lo kelas berapa?"
"Sebelas."
"Jurusan?"
"IPA."
"Wah berarti kita sama dong. Lo ngga nanya balik tentang gue?"
"Ngga."
"Yaudah gue mau sekedar ngasih tau. Nama gue Gazha Adinata."
"Nah selesai deh." Gazha tersenyum melihat luka Zidna yang sudah ia obati.
"Minta nomer hp lo dong." Ia menyodorkan ponselnya pada Zidna.
***
Malam ini Zidna, Zidan, dan Papanya sedang berkumpul di ruang keluarga.
Papanya dan Zidan sedang menonton tv, sedangkan Zidna sedang membaca novel.
Bel rumah berbunyi.
"Biar Papa yang bukain."
"Eh jangan Papa dong, bola nya belum selesai Pa, biar Zidna aja." Zidna menatap Zidan kesal. Tidak ada Pa Boo, Bi Bee, maupun Pa Ami, mereka sedang pulang ke kampung halaman masing-masing.
Zidna sedikit takut membukakan pagar. Ini pukul setengah tujuh malam. Bisa saja itu maling, atau orang gila.
"Siap-"
"Hai Zidna." Orang itu tersenyum pada Zidna sambil melambaikan tangan pelan.
"Apa?" Tanya Zidna ketus.
"Dinner di luar yuk."
"Udah makan."
"Yaudah temenin gue makan."
"Tau rumah gue dari man-"
"Zidna, apasih yang ngga tau tentang lo." Zidna hendak menutup pagar, tetapi di cegah.
"Biar gue yang izin ke bokap lo deh."
"Ish. Per-"
"Ada siapa Zidna?" Zidna menghela nafas, Papanya datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zidna ✔ (Completed)
Teen FictionCover by @marscaprico Tentang perjalanan hidup Zidna Marella🌸 "Jangan lupa bahagia ya?" "Dingin." "Iya dingin kayak lo." "Langitnya indah ya Na, kayak lo." "Hati manusia itu seperti laut," "Tidak ada yang tahu isinya." "Na teriak yuk!" "Biar apa?" ...