Zidna menatap langit-langit kamarnya. Ia tidak bisa tidur. Besok adalah pernikahan Papanya dan Bundanya Ninis. Pernikahan akan berlangsung di salah satu hotel milik Papanya.
Jika boleh jujur, Zidna sama seperti Zidan, sedikit tidak rela Papanya akan menikah lagi, tetapi mau bagaimana lagi? Jika ini kebahagiaan Papanya, maka Zidna hanya bisa ikut bahagia.
Ponsel Zidna berdering, Zidna tersadar dari lamunannya.
Gazha
Zidna langsung mengangkat telepon dari Gazha.
"Halo Na."
"Hm."
"Besok gue ngga bisa datang pagi Na."
"Iya."
"Nadine juga nanti ikut lho Na."
"Ok."
"Yaudah Na, cuma mau ngasih tau itu aja." Zidna mematikan teleponnya secara sepihak.
Kini Gazha menjadi jarang mengobrol bersama Zidna, bahkan disekolah Gazha selalu memainkan ponselnya, chat dengan Nadine, katanya.
***
Pagi ini Zidna sudah rapih dan cantik juga terlihat makin anggun dengan dress selutut berwarna hitam, dan high heels berwarna putih, wajahnya juga ditambah make up tipis.
Zidan juga terlihat lebih menawan dengan jas warna hitam dan celana putih.
Dress Ninis sama dengan Zidna.
Jaz Luis sama seperti Zidan.
Zidna menyaksikan akad nikah Papanya dan Bundanya Ninis. Rasanya Zidna ingin menangis, tetapi Zidna tahan, tidak, Zidna tidak boleh menangis, ia harus tersenyum, ia harus terlihat bahagia, bukan sedih.
Setelah selesai akad nikah, Papanya duduk di pelaminan bersama Bundanya Ninis.
Tiba-tiba Ninis memeluk Zidna yang sedang melamun dari samping.
"Na gue ngga nyangka kita bakalan jadi saudara, ya walaupun saudara tiri, tapi tetep aja kan ya saudara karena judulnya saudara, intinya gue masih nggak nyangka."
"Me too."
"Makan yuk. Laper nih gue belum sarapan."
"Duluan aja. Gak lapar."
"Oke gue makan ya." Ninis berlari ke tempat prasmanan.
"Na." Luis menepuk pundak Zidna.
"Ya?"
"Lo tuh kenapa diem aja?"
"Biasanya juga diam."
"Oh iya. Ganti pertanyaan. Lo tuh kenapa? Muka lo murung." Zidna sedikit terkejut, memang wajahnya terlihat murung?
"Oh ya?"
"Iya. Lihat tuh Ninis, dia senyum terus. Emangnya lo gak bahagia?"
"Ninis murah senyum dari dulu. Bahagia." Luis menggeleng pelan.
"Muka sama mata lo nunjukin bahwa lo sedih. Kenapa Zidna? Lo gak mau kan Papa lo tau kalau lo lagi sedih?"
"Gue gak sedih."
"Untuk hari ini aja Na, lo kayaknya harus murah senyum."
"Gak bisa."
"Kan belum dicoba. Jangan pesimis dong. Senyum lo kan manis banget." Zidna hanya menatap datar Luis, lalu meninggalkan Luis.
"Dasar es batu!" Gumam Luis.
***
Zidan duduk bersama Devina sambil bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zidna ✔ (Completed)
Novela JuvenilCover by @marscaprico Tentang perjalanan hidup Zidna Marella🌸 "Jangan lupa bahagia ya?" "Dingin." "Iya dingin kayak lo." "Langitnya indah ya Na, kayak lo." "Hati manusia itu seperti laut," "Tidak ada yang tahu isinya." "Na teriak yuk!" "Biar apa?" ...