21. Murid Baru?👦

142 13 0
                                    

Pagi ini hari pertama sekolah semester dua, liburan telah selesai.

Upacara bendera selesai sejak 10 menit yang lalu, kini Zidna dan Ninis sedang berada di kantin, tadinya Zidna menolak tetapi Ninis memaksa.

"Sumpah ya Na hari ini tuh panas banget! Sama kayak hati gue." Ninis mengibas-ngibaskan tangannya, lalu meminum es teh manis yang dipesannya.

"Cepet ke kelas."

"Nanti dong Na, lagian ini kan hari pertama sekolah pasti hari ini bebas."

"Sok tau."

"Kok sok tau? Kan biasanya gitu? Lo amnesia?" Zidna beranjak dari duduknya.

"Kebiasaan." Ninis menyusul Zidna.

Suasana kelas hari ini ramai bak pasar, benar kata Ninis hari ini tidak ada guru yang masuk. Zidna sedang membaca novel, sedang Ninis sedang merumpi bersama beberapa teman kelas. Sedangkan Zidan tidur.

"Na! Tau nggak? Katanya di kelas kita bakal ada murid baru lho!" Ucap Ninis heboh. Zidna hanya melirik Ninis sebentar lalu fokus kembali dengan novelnya.

"Ish Na, murid barunya laki-laki lho? Ganteng gak ya?" Ninis mengguncang-guncangkan tubuh Zidna. Zidna menatap Ninis tajam.

Pintu kelas yang tadinya tertutup kini terbuka, Bu Rose wali kelas Zidna, datang bersama lelaki dibelakangnya. Semua berbisik-bisik, ya itu murid barunya.

"GAZHA!" Pekik Ninis, membuat semua orang menatapnya aneh dan membuat Zidan bangun dari tidurnya.

"Hai Nis." Gazha melambaikan tangannya pada Ninis. Ninis tersenyum bangga, karena murid baru yang dibicarakan teman-temannya ternyata Gazha, orang yang ia kenal, terlebih tadi Gazha melambaikan tangannya.

"Gazha perkenalkan diri kamu." Suruh Bu Rose.

"Perkenalkan nama saya Gazha Adinata." Gazha tersenyum ramah.

"Gazha silakan cari tempat duduk. Anak-anak jangan ada yang keluar kelas! Guru-guru sedang rapat." Ucap Bu Rose setelah itu pergi meninggalkan kelas. Gazha menghampiri Ninis dan Zidna.

"Bantu gue cari tempat duduk dong Na, Nis." Pinta Gazha.

"Zha lo duduk di belakang Zidan aja tuh." Gazha mengangguk lalu duduk dibangku belakang Zidan, orang-orang dikelas banyak yang menghampiri Gazha untuk mengajak berkenalan.

***

Sebelum bel istirahat berbunyi, Zidna, Ninis, dan Gazha sudah berada di kantin.

"Oh ya Zidan sama Luis mana?"

"Zidan? Kaya lo ngga tau aja Zha, dia sama pacarnya kan lengket banget, kalo Luis ngga tau dia dimana, dia itu misterius, tiba-tiba dateng, tiba-tiba hilang, kadang gue ngerasa kalo Luis itu bukan manusia seutuhnya."

"Maksud lo gue itu siluman." Ninis terlonjak.

"Lo tuh suka banget bikin orang jantungan! Kalo jantung gue copot terus gue mati gimana hah!" Geram Ninis lalu menjambak rambut Luis.

"Aduh sakit! Nenek lampir!" Luis meringis.

"Apa!? Nenek lampir!? Dasar siluman!?" Ninis melepaskan jambakannya.

"Lo tuh nakal banget sih! Kalo gue geger otak gimana? Terus gue mati gimana? Nanti lo kangen sama gue gimana?" Luis memegangi kepalanya.

"Alay!" Cibir Ninis.

"Lo berdua tuh gimana sih? Ribut terus kerjaannya? Kalo nanti saling jatuh cinta gimana? Kan jadi ribet."

"Amit-amit!" Ucap Ninis dan Luis bersamaan.

"Kompak. Jangan-jangan kalian berdua jodoh?"

"Ogah!" Jawab Ninis dan Luis bersamaan lagi. Gazha tertawa puas, Ninis dan Luis ikut tertawa.

"Kalian bertiga berisik! Kalo kepala gue pecah gimana?" Mereka bertiga menghentikan tawanya, menatap Zidna heran, sejak kapan Zidna yang kaku itu bisa bercanda?

"Lo barusan ngomong apa Na?" Tanya Luis yang dibuat terkejut. Zidna hanya mengedikkan bahunya. Ninis, Gazha, dan Luis saling berpandangan, lalu mereka bertiga tertawa lagi.

"Yeay Zidna udah mulai cair!" Sorak Ninis. Zidan datang bersama Devina, lalu duduk dibangku kosong sebelah Ninis dan Luis. sedangkan Devina duduk disebelah Gazha dan Zidna.

"Kakak-kakak aku izin duduk disini ya?" Kata Devina dengan hati-hati, jujur saja sebenarnya Devina takut, ia kelas 10 sendiri, sedangkan yang lain kelas 11, jadi ia harus sopan.

"Duduk aja kali Dev, nggak usah sungkan." Ninis tersenyum. Suasana diantar mereka kini hening.

"Kok diem? Bukannya tadi kalian ketawa ya? Kenapa ada gue diem?" Tidak ada yang menanggapi pertanyaan Zidan.

"Ya ampun, Zidna, Gazha, Luis kalian lupa kita kesini kan buat makan, terus kenapa belum ada yang pesen sih? Biar gue yang pesenin aja ya? Semuanya samaain aja ya biar ngga ribet. Oh ya Devina mau makan juga?"

"Enggak kak Ninis, makasih, tadi Devina udah makan."

"Oh oke. Luis temenin gue!" Ninis beranjak dari duduknya, lalu menarik Luis.

"Na tau nggak? Lo dicariin tuh sama Gisa, sama Bunda juga, nanyain lo terus tau."

"Oh ya?"

"Iya. Pulang sekolah ke rumah gue yuk, nanti gue ajak Ninis, Luis, Zidan, sama Devina juga boleh."

"Eh kalo pulang sekolah gue sama Devina nggak bisa Zha, kita mau ke toko buku." Sahut Zidan.

"Oh yaudah gak papa sih. Lo mau ka Na?"

"Ya."

"Na tau enggak? Kata dokter, Nadine ada perkembangan lho Na."

"Ya bagus."

"Nanti temenin gue ke rumah sakit ya Na? Kayaknya lusa deh bisakan?"

"Iya Gazha."

Ninis datang bersama Luis membawa nampan.

"Dev ke taman belakang sekolah yuk? Disini nggak enak dikacangin." Ninis mengernyitkan alisnya mendengar perkataan Zidan.

"Bukannya kita ngacangin lo berdua, lebih tepatnya kita nggak mau ganggu orang pacaran!" Ucap Ninis tajam.

"Eh- Kakak kakak aku pamit ya?" Ucap Devina sedikit berteriak karena ia sudah ditarik Zidan.

"Kembaran lo makin aneh Na. Zidan kenapa sih?" Zidna  mengedikkan bahunya.

"Yuk makan! Jangan lupa baca doa! Selamat makan Zidna, Luis, dan Ninis!"

***

Zidna ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang