4. Hadiah(2)🎁

227 21 0
                                    

Pagi ini hujan, Zidna suka hujan, tetapi Zidna tidak suka hujan juga, karena pasti pagi ini ia tidak bisa duduk ditaman seperti biasanya, padahal ia ingin menaruh surat untuk Prince di bangku taman.

Sesampainya di sekolah, Zidna langsung memasuki kelasnya, masih pagi, baru beberapa orang yang datang di kelas Zidna.

"ZIDNA!" Teriak Ninis dari pintu kelas.

"Selamat Pagi Zidna." Sapa Ninis.

"Hm."

"Eh dingin nih, kek sikap lo ke gue haha." Ninis duduk disebelah Zidna.

"Eh ini kan dingin, lo kok ga pake jaket atau apa kek? Emang lo ga kedinginan?" Tanya Ninis. Zidna melirik Ninis, lalu menggeleng.

***

Waktu istirahat telah tiba. Zidna dan Ninis sedang makan dikantin. Zidna memakan bakso dan es teh manis, sedangkan Ninis hanya memakan roti dan air putih hangat, sedang diet katanya. Hujan masih turun, bahkan hujan semakin besar.

"Na lo itu aneh ya dari dulu, padahal yang lain kedinginan butuh yang hangat-hangat lah elo malah minum es." Celoteh Ninis yang hanya dibalas tatapan datar oleh Zidna. Ninis hanya nyengir menampilkan gigi kelincinya.

"Bolehkan gue duduk disini?" Zidna mengenali suara itu, suara yang beberapa hari ini sering ia dengar, sering mengajaknya bicara, namun ia tak menghiraukannya.

"Zidna itu dia ngomong sama lo." Bisik Ninis.

"Lo ga bilang apa-apa. Berarti jawabannya boleh." Luis duduk di hadapan Zidna.

Sudah 5 menit tidak ada percakapan diantara mereka bertiga.

Zidna sibuk dengan baksonya, Ninis sibuk memperhatikan sekitarnya, sedangkan Luis sibuk memperhatikan Zidna.

Ninis berdehem sambil melirik Luis, Luis menangkat satu alisnya.

"Lo ngeliatin Zidna nya biasa aja dong." Ninis risih pada Luis yang dari tadi terus memperhatikan Zidna.

"Habis Zidna enak dipandeng, ga kaya lo. Sirik aja lo." Ninis yang mendengengar ucapan Luis hanya menatap tajam Luis.

Selesai makan, Zidna langsung pergi dari kantin meninggalkan Ninis dan Luis.

"Ih ko ditinggal sih. ZIDNA TUNGGUIN!" Teriak Ninis.

***

Zidna menatap lurus ke depan. Kini ia sedang menunggu taksi di halte, Ninis sudah pulang duluan bersama Bundanya.

Hujan sudah mulai reda, tetapi hawanya tetap saja dingin. Zidna merasa kedinginan, ia menyesal tidak membawa jaket atau sweternya. Zidna memeluk tubuhnya sendiri. Halte sudah mulai sepi, hanya ada Zidna dan empat orang perempuan lainnya.

"Kak Zidna, Kak Zidna." Seorang anak perempuan menepuk-nepuk tangan Zidna. Zidna tidak mengenali anak perempuan tersebut.

"Hah?"

"Ini kak Zidna kan?" Tanyanya.

"Ya."

"Ini ada titipan sweter untuk kak Zidna. Kak Zidna kedinginan kan?" Anak kecil tersebut menyerahkan sweter bergambar kelinci berwana pink pada Zidna.

"Siapa?" Tanya Zidna.

"Siapa apanya kak?"

"Dari siapa?"

"Oh iya dari kakak ganteng, siapa ya aku lupa namanya hehe. Ah iya kak Prince. Aku pergi dulu kak. Sampai jumpa." Sebelum Zidna mengucapkan terima kasih, anak perempuan tersebut sudah lari terlebih dahulu.

Zidna langsung memakai sweter tersebut. Dari kejauhan ada seseorang yang dari tadi memperhatikan Zidna, orang tersebut tersenyum simpul.

***

Zidna ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang