Semenjak kepindahan Nadine. Gazha dan Zidna makin dekat. Setiap pagi Gazha menjemput Zidna, padahal Zidna sudah bilang tidak usah, Zidna bisa berangkat dengan Pa Ami, supir pribadinya yang telah selesai liburan.
Tetapi semenjak Papanya kecelakaan, Pa Ami menjadi supir untuk Papanya, ya Bundanya Ninis terlalu posesif, Papanya tidak boleh menyetir sendiri. Selain Pa Ami, rumah Zidna juga sudah dijaga kembali oleh Pa Boo, dan Bi Bee juga telah selesai liburan.
Setiap pulang sekolah juga, Gazha juga mengantar Zidna pulang. Bahkan disekolah sudah menyebar gosip murahan bahwa Zidna dan Gazha berpacaran, selain berangkat dan pulang bersama, disekolah juga dimana ada Zidna disitu ada Gazha, Zidna sering mengusir Gazha secara halus, Gazha ya tetap Gazha. Tetapi tidak ada yang tahu, mungkin hanya Zidna dan Luis yang tahu, bahwa selama ini ada juga Lucky yang selalu mengikuti Zidna.
Sekarang sudah jam setengah 12 malam. Gazha masih di taman kota bersama Zidna, padahal Zidna sudah meminta pulang, tetapi Gahza selalu menjawab nanti, nanti, dan nanti.
"Pulang."
"Nanti Na."
"Kapan?"
"Na. Kalau ada orang yang nembak lo diterima ngga?"
"Nggak." Ketus Zidna, Zidna benar-benar kesal pada Gazha, andai ada taksi yang lewat Zidna segera memberhentikan taksi itu.
"Kenapa enggak?"
"Nanti gue mati."
"Maksud gue, bukan nembak pake pistol kali Na."
"Terus?"
"Nembak perasaan gitu." Zidna tidak meladeni ucapan Gazha.
"Yaudah deh. Yuk pulang."
Selama perjalanan pulang, Gazha selalu berceloteh, Zidna tidak meladeninya. Walaupun besok hari minggu, tetap saja tidak baik anak perempuan pulang ke rumah lewat jam 10 malam. Bagaimana bisa juga Gazha meminta izin pada Papanya, dan Papanya memperbolehkan ia dibawa oleh Gazha sampai tengah malam seperti ini.
Sesampainya di depan rumah Zidna, tidak ada Pa Boo yang membukakan pagar, jadi Zidna yang membuka pagar sendiri. Zidna sedikit merinding, sejak kapan rumahnya menjadi gelap dan menyeramkan? Gazha berjalan di belakang Zidna, motornya sudah ia masukan ke halaman rumah Zidna.
Gahza yang dari tadi mengoceh terus kini diam dengan tatapan datar, Zidna jadi tidak enak dengan Gazha, mungkin Gahza marah dengannya? Lucky juga entah dimana Zidna tidak tahu.Saat Zidna membuka pintu rumahnya, tiba-tiba...
"SELAMAT ULANG TAHUN ZIDNA DAN ZIDAN!" Lampu rumah menyala, ada Zidan yang memengangi kue, ruang tamu sudah berubah menjadi rumah balon bagi Zidna, ya banyak sekali balon. Jadi ini alasannya Gazha tidak mengantarkannya pulang? Gazha tersenyum lebar dibelakang Zidna.
"Selamat Ulang Tahun, Princess Zidna." Bisik Gazha.
Zidna terharu, disana ada Zidan, Papanya, Bundanya Ninis, Ninis, Luis, Devina, bahkan ada Pa Ami, Pa Boo dan Bi Bee.
Zidna dan Zidan meniup lilin.
"Zidan, happy birthday."
"Selamat ulang tahun juga Zidna." Zidan terkekeh.
"Selamat ulang tahun anak kembar Papa, semoga menjadi lebih baik dari sebelumnya." Sang Papa mengelus rambut Zidna dan Zidna.
"Selamat Ulang Tahun, Zidna dan Zidan." Ucap Bundanya Ninis.
"Makasih Papa, Bunda." Jawab Zidna dan Zidan bersamaan. Setelah itu Papanya Zidna, dan Bundanya Ninis pergi, Pa Boo, Bi Bee, dan Pa Ami pergi, mereka pikir ini acara anak muda.
"Zidna selamat ulang tahun." Lucky tersenyum disebelah Zidna.
"Makasih." Gumam Zidna.
"Zidna." Panggil Gazha yang sedang berdiri di belakang Zidna, Zidna menoleh pada Gazha. Gazha memberikan kotak kecil pada Zidna.
"Buat lo."
"Makasih."
"Zidna." Panggil Gazha lagi, Zidna mengerutkan keningnya.
"Lo mau nggak jadi pacar gue?" Gazha terlihat sangat gugup, baik Gazha maupun yang lain menunggu jawaban Zidna.
"Terima aja Na." Bisik Lucky disebelah Gazha. Zidna menggeleng, Gazha nampak kecewa begitupun, Zidan, Devina, Ninis, dan Luis yang menyaksikan.
"Hah? Kenapa?" Gazha menatap Zidna sendu.
"Gue nggak mau kita pacaran. Pacaran itu ujung-ujungnya putus, dan pacaran itu terlalu lebay, banyak aturan ini dan itu, gue nggak suka dikekang." Zidna menghela nafasnya.
"Yaudah, nggak papa kok Na." Gazha mencoba tersenyum, Zidna tahu, itu senyum yang menutupi kecewa, Zidna tersenyum juga.
"Tapi, gue maunya kita berkomitmen, kita saling percaya, kita saling mendukung. Lalu kita bisa lebih serius setelah cita-cita kita sudah tercapai." Mata Gazha yang tadinya sendu, kini berubah menjadi berbinar. Ia tidak salah pilih,ya Zidna benar-benar perempuan yang dewasa. Yang lain takjub pada Zidna, tidak menyangka bahwa Zidna memang perempuan yang mandiri dan dewasa.
"Seriusan Na? Makasih Zidna makasih." Gazha mengguncang-guncangkan tubuh Zidna.
"Gue terharu Luis." Luis hanya berdehem menanggapi ucapan Ninis.
"Huh? Kenapa diem? Biasanya lo jawab gue lebih terharu karena ngeliat jomblo terharu." Cibir Ninis.
"Dih ogeb. Lo emangnya jomblo?"
"Eh iya sekarang kan udah punya Babang Luis." Ninis memasang wajah sok imut, lalu tertawa.
Zidna memandang tak percaya, Mamanya sedang berdiri di ambang pintu bersama Lucky sambil tersenyum ke arahnya. Zidna mendekati Mamanya.
"Mama?" Rasanya Zidna ingin menangis.
"Selamat ulang tahun sayang."
"Mama." Panggil Zidna lagi. Semua menatap heran Zidna, ya kecuali, Luis, Luis tahu Zidna berbicara dengan siapa.
"Sekali lagi, selamat ulang tahun Zidna. Jangan lupa bahagia!" Lucky tersenyum manis, sangat manis.
"Tugas Lucky menjagamu sudah selesai. Kamu sudah cukup bahagia bukan? Lucky harus kembali." Zidna menggeleng, air matanya sudah tumpah.
"Zidna aku kan sudah bilang, jangan nangis ya? Jangan pernah nangis lagi, kamu harus selalu senyum!" Bukannya berhenti menangis, Zidna makin sesenggukan.
"Selamat Ulang Tahun Zidna. Selamat tinggal Zidna. Bahagia selalu. Kita sayang Zidna." Ucap Mamanya dan Lucky bersamaan sambil tersenyum.
Mamanya dan Lucky terbang keluar, Zidna mengejar mereka, makin lama Mamanya dan Lucky makin terbang tinggi lalu hilang, yang lain ikut mengejar Zidna keluar.
Zidna terduduk lemas, air matanya susah untuk dihentikan. Lucky benar-benar pergi lagi? Mamanya yang ia kira akan kembali seperti Lucky, justru membawa Lucky pergi.
Tidak, Zidna tidak boleh sedih, masih banyak orang-orang yang menyayanginya. Ia harus mengikhlaskan Mamanya dan Lucky.
Ninis dan Devina memeluk Zidna, entah mengapa Ninis dan Devina ikut menangis.
Gazha dan Zidan tampak kebingungan.
Sedangkan Luis? Ia tersenyum tipis, ia juga bingung antara sedih atau bahagia, sedih karena Lucky telah pergi lagi, dan senang karena Lucky tidak terus terjebak di dunia.
"Selamat jalan Mama, selamat jalan Lucky, aku sayang kalian." Ucap Zidna tanpa suara.
~TAMAT~
KAMU SEDANG MEMBACA
Zidna ✔ (Completed)
Fiksi RemajaCover by @marscaprico Tentang perjalanan hidup Zidna Marella🌸 "Jangan lupa bahagia ya?" "Dingin." "Iya dingin kayak lo." "Langitnya indah ya Na, kayak lo." "Hati manusia itu seperti laut," "Tidak ada yang tahu isinya." "Na teriak yuk!" "Biar apa?" ...